Bab 12 : Dalam Pengawasan

16 8 8
                                    

"B-bang Gara?"

Sagara menaikkan alis, berdiri tegap di ambang pintu. Pemuda itu menghampiri Savalas dan melihat apa yang sedang anak itu kerjakan.

"Jurnal? Tugas apa itu? Perasaan tadi di sekolah cuman ada tugas matematika. Ngerjain apa lo?" tanya Sagara melemparkan tatapan tajam.

Savalas tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Sagara terlalu tiba-tiba datang ke kamar, membuat pemuda itu terlihat seperti maling yang tertangkap basah.

"Bahasa Indonesia? Anna lagi?"

Savalas mengangguk ragu. Ia sempat menghela napas untuk mengusir rasa takutnya.

"Bukannya dia bukan guru les lo lagi?"

Mendengar hal itu, Savalas menghela napas gusar. 

"Emang dia udah bukan guru les gue lagi, tapi dia tetep masih jadi guru Bahasa Indonesia. Maksudnya dia ngasih tugas tambahan ke gue, itu juga di waktu-waktu tertentu. Apalagi dia punya nomer telepon gue, dan dia ngasih file tugas ke nomer HP gue," jawab Savalas.

Jujur saja, Savalas tidak mau seperti ini. Lagipula apa kesalahannya pada Anna? Sejak awal Savalas berguru padanya, sifat asli Anna semakin terlihat. Terlebih lagi saat Savalas sudah menginjak kelas enam SD.

Sementara itu, Sagara mencoba menahan emosinya. Ia mengulurkan tangan, meminta Savalas untuk menunjukkan isi chat bersama Anna.

Tanpa banyak protes, Savalas memberikan ponselnya. Tepat saat ponsel Savalas ada di tangan Sagara, guru tersebut kembali mengirimkan sebuah pesan dan Sagara yang membalasnya.

"Nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nih. Udah, gak usah lo jawab chat dia lagi. Sekarang lo cerita aja gimana si Anna nyuruh-nyuruh lo."

Savalas menerima kembali ponselnya, sempat terkejut dengan jawaban Sagara. "Bang, ini kalau gue dimarahin ayah gimana?"

"Gue yang ngaku. Udah, gak usah ngalihin topik. Cepetan ngomong, jujur ke gue. Sekarang juga, Savalas," desak Sagara semakin menatap Savalas dengan tajam.

Mendengar Sagara yang sepertinya sangat memaksa Savalas untuk bercerita, pemuda itu menghela napas.

"Gue sama dia ketemu cuman waktu les bahasa Indonesia doang, itu dulu selama gue di SD-SMP. Gue gak pernah ketemu di sekolah, karena kebetulan dia bukan guru bahasa Indonesia di sekolah gue. Ketemunya waktu kelas 10."

Savalas mengerutkan keningnya, mencoba untuk mengulik kembali memorinya yang sudah ia lupakan. 

"Oh, ketemu lagi kita, Savalas. Ibu seneng kamu jadi murid Bahasa Indonesia di sekolah ini," ucap Anna tersenyum hangat.

Melihat Anna yang memiliki gelar S.Pd di belakang namanya, sontak membuat Savalas menatap tak percaya. "Hah? Lah, guru Bahasa Indonesia juga di sini?"

Reaksi Savalas yang terlihat begitu terkejut, mengundang tawa Anna. Wanita itu memberi tatapan merendahkan. 

"Kenapa raut wajah kamu kayak ketakutan gitu, hm? Semoga Ibu mengajar di kelasmu juga, ya. Sampai jumpa, murid kesayangan Ibu."

Mistake [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang