11

765 42 1
                                    

"Ar."

"Apa, cantik?"

Anca semakin menyandarkan punggungnya pada dada Arga. Jarinya memainkan jari Arga yang tengah mengusap perutnya. "Lo kenapa gak kayak cowok kebanyakan?"

"Maksudnya?"

"Yang nakal gitu. Kayak jadi anak motor, ikut geng, atau jadi bad boy sekolah gitu."

Arga terkekeh, ia menghirup wangi Anca. "Gue mau ngehormatin nama papa. Papa polisi yang jabatannya udah tinggi gak mungkin anaknya mau jadi berandalan. Papa mama didik gue dari kecil juga jadi anak yang biasa aja, mereka gak pernah nuntut apapun, dan masa tiba-tiba gue mau jadi berandal gitu aja? Emang lo juga mau punya pacar yang kayak gitu?"

"Kalau itu lo sih gue mau aja."

Arga tersenyum, ia memeluk gemas tubuh gadisnya. "Udah bisa gombal, makin lucu jadinya."

Anca mendongak dan ia menyengir. "Besok gue izin ya?"

"Ke mana?"

"Tempat oma."

Bibir Arga melengkung ke bawah. "Ninggalin gue?"

"Cuma dua hari, sabtu minggu aja."

"Semuanya atau cuma lo?"

"Semuanya lah."

"Gue gak boleh ikut?"

"Tanya sama papi."

"Sama tante Davina yang cantik aja boleh gak?"

"Boleh aja kalau lo mau di tabok papi."

Arga menghela nafasnya, calon papa mertuanya itu memang begitu, tidak mengizinkannya untuk berbicara berdua dengan mama mertuanya. "Nanti gue ngomong ah, siapa tau boleh ikut."

"Kalau ikut mau ngapain?"

"Mau berduaan sama lo."

"Gak paham gue sama bucin nya pacar gue," gumam Anca yang dibalas senyuman pemuda itu.

"Tanya mama lo dulu sebelum minta izin papi."

"Ok- ehh enggak dong, minta izin om Yud dulu baru minta izin mama."

Anca memukul tangan Arga. "Mama lo dahuluin. Cepetan."

Arga memilih mengikuti perintah gadisnya. "Mama."

"Apa? Tumben banget nelpon."

"Besok abang boleh ikut om Yud?"

"Om Yud atau Anca?"

"Kan sama tujuannya. Boleh?"

"Ke mana?"

"Ke tempat oma Anca."

"Besok?"

"Iya. Boleh atau enggak, mama isshh."

"Kamu lupa besok hari apa?"

"Hari?" Arga menatap Anca dan gadis ia menggidikkan bahunya. Anca kemudian mengecek kalender dan ia menepuk paha Arga. "Papa lo!"

"Papa?" Arga ikut melihat kalender dan matanya membelalak. "Ulang tahun papa?"

"Tuh pinter. Besok seperti biasa, ada quality time sekeluarga, jadi gak mungkin kamu gak ada. Kalau kamu gak ngomong Anca besok mau ke rumah oma, mama suruh ajak malahan karena Fira juga ajak ayang beb nya."

Arga menghela nafas panjang. "Ya udah, Arga gak ikut Anca deh."

"Kapan-kapan lagi aja ikutnya, kalau besok bukan ulang tahunnya papa bakalan mama bolehin kok."

"Iya, mama sayang. Abang tutup ya." Arga melempar ponselnya ke atas meja yang ada di sampingnya. Kembali memeluk tubuh Anca dengan erat. "Padahal pengen ikut...."

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang