20

744 49 0
                                    

Arga mengerutkan keningnya saat seorang pemuda duduk di depan Anca. Ia baru meninggalkan Anca lima menit hanya untuk ke kamar mandi, tapi Anca sudah di dekati cowok saja? Bisa gila Arga untuk menjaga gadisnya.

"Sayang?"

Gadis yang tadi tengah menatap ponselnya langsung menatap Arga. Melihat tatapan Arga, Anca menggidikkan bahunya.

Pemuda yang ada di depan Anca langsung menatap Arga. "Pacar lo?"

"Iya."

Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue kira lagi sendirian. Dari tadi soalnya gue tanya cuma diem aja gak ngerespon, ya udah gue duduk aja."

"Gue di toilet. Lo gak pindah?"

"Pindah, incaran gue ternyata udah ada pacar."

Arga duduk di samping Anca kembali setelah pemuda itu pergi. "Kenapa diem?"

"Males ngeladenin. Gue jawab sekali walaupun jawaban gue udah punya pacar cowok kayak gitu pasti ngajak ngomong terus, mendingan gue diem."

Arga mengusap rambut Anca. "Nanya apa aja?"

"Halo, sendiri aja, cantik? Cuek banget. Gue duduk di sini ya nemenin lo."

Arga terkekeh mendengar nada bicara Anca yang sepertinya mengikuti nada bicara pemuda tadi. "Gitu aja?"

"Iya. Kayaknya tau respon gue diem, dia milih untuk diem juga."

Arga tersenyum senang. Ia menyangga kepalanya dengan tangan kanannya, menatap Anca dengan bangga. "Pacar gue terlalu cantik makannya banyak yang deketin."

"Padahal gue udah buat muka sejudes secuek mungkin."

"Kayaknya kalau gue gak deket sama lo dari kecil, gue sekarang gak bakalan dapatin lo deh," ucap Arga sambil menggenggam dan mengelus-elus tangan Anca.

"Dan mungkin sekarang gue masih jomblo."

"Dan first kiss lo belum hilang."

Pipi Queen bersemu, ia menepuk lengan Arga. "Arga!"

"Coba sekali-kali lo manggil sayang gitu loh sama gue. Gue pengen dengernya."

"Belum mood, nanti pasti gue panggil kok."

Arga mencubit hidung Anca. "Gue besok mau futsal ya, cantik."

"Oke, berarti gue besok mau me time."

Arga mengangguk. Sebenarnya mereka berdua tidaklah setiap hari bertemu, pasti dalam seminggu ada hari di mana mereka tidak bertatap muka, tetapi komunikasi tetap berjalan. Ada saat di mana Anca membutuhkan waktu untuk memanjakan tubuhnya sendiri, dan begitu pula Arga. Dan mungkin nanti setelah masuk kuliah, pertemuan mereka juga tidak akan se-intens ini, mereka berdua hanya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bertemu sebelum nanti sibuk untuk dunia masing-masing.

"Tomat."

"Hmm?"

"Gue pengen ngajak lo jalan deh, tapi sama ibunda ratu lo pasti gak di bolehin."

Anca membalas tatapan Arga. "Ke mana?"

"Swiss."

Anca menganga. "Kurang jauh sumpah lo ngajak gue. Yang jauh sekalian kayak ke kutub utara atau selatan gitu loh. Gue ke Singapore sama lo aja belum tentu boleh, lo malah ngajaknya ke- ahh sudahlah."

Arga menyengir, "Makannya gue ragu."

Jari telunjuk Anca bergerak di wajah Arga lalu berhenti di hidung mancung Arga. "Kapan-kapan kalau gue udah boleh kita pasti liburan kok."

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang