24

829 56 2
                                    

Anca membulatkan matanya saat baru saja pintu mobil Arga terbuka ia sudah melihat beberapa paperbag dari merk ternama.

"Halo, cantik."

"I- in-"

"Iya. Happy anniversary."

Anca menganga, ia mengecek ponselnya dan benar saja. Dua tahun ia sudah menjadi kekasih pemuda ganteng dan manis yang tengah tersenyum lebar kepadanya itu. "Gue lupa ...."

"Tau, makanya gue sengaja ke sini. Kalau lo gak lupa pasti lo udah ngucapin dari tadi pagi." Arga memindahkan paperbag ke kursi belakang. "Sini."

Anca menggeleng. "Mau ke mana? Gue cuma pakai baju tidur."

"Gak ke mana-mana, sayang. Paling nanti cuma muterin kota aja sama beli makan di pinggir jalan. Gak papa, lo pakai apapun pasti cantik."

Anca memasuki mobil Arga, tidak lupa ia menutup pintu lalu mengecup pipi Arga. "Itu namanya ke mana-mana, Arga. Thank you very much. Sorry, gue lupa. Happy anniversary, ganteng."

Arga tersenyum tambah lebar. "Terima kasih kembali, cantik. Gue izin om Yud dulu, ya? Lo di sini aja."

Anca menggeleng. "Gak usah, gue telpon aja Papi mami juga lagi di luar.

"Oke." Arga melajukan mobilnya dari halaman rumah gadisnya. Satu tangannya mengambil tangan Anca dan menggenggamnya. Ia mengecup punggung tangan Anca berkali-kali.

Anca yang melihat itu tersenyum. Tangan kirinya mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi sang Papi. "Pap."

"Yes, honey?"

"Kakak lagi pergi sama Arga, ya."

"Malem gini?"

"Baru juga jam delapan." Anca melirik Arga yang malah mengusap punggung tangannya ke pipi kekasihnya itu.

"Paling lama jam 11 pulang. Papi sebentar lagi pulang."

"Iya, papi Yuda yang ganteng. Kakak juga gak mungkin ke mana-mana, kakak cuma pake piyama."

"Gak ganti baju? Kenapa?"

"Kata Ar gak ke mana-mana, cuma muter-muter kota aja, ya udah kakak ngikut."

"Ya udah, ini papi lagi di jalan pulang. Hati-hati bilang sama Arga."

"Siap, om Yud!"

"Dia denger?"

"Kakak loudspeaker, pap."

"Pantes. Jaga anak om, awas kalau jam sebelas belum sampai rumah."

"Siap! Arga sama Anca jalan dulu, om."

"Hmm."

"Kakak tutup, ya, pap. Makasih. Bye-bye!"

"Bye-bye. Love you."

"Love you too, pap. Papi juga hati-hati."

"Iya, princess."

Setelah itu Anca melempar ponselnya ke atas dashboard. Ia ikut memandang jalanan di depan. "Mau ke mana?"

"Kota tua."

Mata Anca membulat, ia tersenyum senang. Tempat itu surganya jajanan pinggir jalan dan ada jajanan kesukaan Anca. "Telur gulung!"

Arga mengangguk sambil terkekeh mendengar antusias gadisnya. "Iya, cantik."

"Tapi ...."

"Lo selalu cantik pakai apapun. Tuh ada masker, nanti pakai aja kalau lo malu."

Arga nya selalu siap siaga dan itu yang membuat Anca selalu jatuh ke dalam pesona pemuda itu. Arga benar-benar tumbuh sebagai pemuda yang baik dan menjadikannya sebagai Anca pemuda itu. Entahlah, sebenarnya Anca tidak bisa membayangkan kalau tiba-tiba di hidupnya tidak ada Arga. Standar lelaki Anca sudah terlalu tinggi karena Arga dan Anca yakin akan susah menemukan yang lebih ataupun yang setara saja dengan perlakuan Arga kepadanya.

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang