25

827 59 2
                                    

Anca menghela nafas panjang, menatap Arga yang ada di balik layar. "Yakin mau ikut BEM?"

"Kenapa enggak?"

Arga yang menjawab tanpa menatapnya membuat Anca merebahkan kepalanya di atas meja. Laptop yang terbuka menampilkan pemuda yang tengah sibuk dengan tugasnya itu membuat Anca sedikit tidak nyaman. "Ya udah."

"Lo gak mau ikutan, cantik?"

"Enggak pengen."

"Kalau gue kecantol cewek gimana?"

Anca sedikit tertegun, walaupun Anca tau pemuda itu mengatakan sambil tersenyum menggoda, tapi ini Arga loh, Arga tidak pernah ada pemikiran untuk begitu walaupun bercanda. Tapi, Anca menggelengkan kepalanya, menepis segala pikiran negatif, ia hanya sedang sensi dan Arga sedang bercanda. "Lo gak inget yang gue bilang?"

Arga di sana terkekeh. "Bercanda, sayang, gak akan."

"Gue gak suka, Ar, bercanda lo gue gak suka walaupun lo cuma ngomong gitu."

Arga di sana langsung menatap layar. Melihat wajah Anca yang tidak enak membuatnya panik. "Cantik ... gak gitu. Gue gak ada maksud apa-apa. Maaf, sayang."

Anca mengangguk. "Mood gue lagi jelek, Ar."

"Tunggu sebentar lagi, gue ke sana."

"Gak usah, gue tau tugas lo belum selesai."

"Gak pa-"

"Gue gak papa, Ar kayaknya PMS aja makanya mood gue gila kayak gini."

"Tugas gue bisa nan-"

"Terus gue tega biarin lo begadang? Udah, kerjain aja, gue gak papa. Nanti kalau mau apa-apa gue bisa sendiri kok kalau enggak ada mbak kok."

Arga menghela nafas panjang. "Maaf, ya, cantik?"

"Iya, gak papa, Arga. Gue tau bakalan makin banyak tugas, apalagi lo."

"Atau gak usah aja ya gue ikut BEM nya? Nanti makin gak ada waktu sama lo."

"Mau nya lo gimana? Semuanya tergantung lo. Gue gak papa kok kalau lo mau ikut BEM sebenernya."

"Berarti boleh?"

"Tanya sama diri lo sendiri, tubuh lo kuat atau enggak."

"Oke, cantik!"

"Kalau mau pergi bilang ya, Ar."

"Huumm?"

"Iya."

"Pergi? Gue kalau pergi selalu ngabarin lo, kan?"

"Beda arti perginya. Ah udahlah, kerjain lagi aja itu, gue mau liatin lo aja, gak usah di dengerin omongan gue tadi."

"Sayang, ke-"

"Shut up, Ar! Udah, kerjain aja."

----------------------------

Arga tersentak saat Anca tiba-tiba naik ke pangkuannya. Tangan kanannya ia letakkan di atas kepala Anca untuk melindungi kepala gadisnya dari atap mobil dan tangan kirinya mengelus punggung gadisnya. "Hei, kenapa, cantik?"

"Mau nangis."

"Mau nangis dulu atau cerita dulu?"

"Nangis dulu boleh?"

Arga tersenyum gemas, ia mengecup bahu Anca. "Silahkan."

Dan tidak lama terdengar isakan dan tarikan ingus dari gadis yang ada di pangkuan Arga itu. Sekarang kedua tangan Arga mendekap tubuh Anca dengan nyaman, menyalurkan rasa hangat kepada gadisnya. Ia akan menunggu Anca tenang, baru ia akan bertanya. Tidak heran sebenarnya, Anca dari dulu bisa tiba-tiba ingin menangis dan Arga akan selalu menawarkan dadanya untuk menampung tangisan gadisnya.

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang