05

831 40 0
                                    

Anca nenatap punggung Arga yang tengah membelikannya es krim. Sama seperti sebelumnya, Anca tidak meminta, ia hanya menyalakan kipas portable mini yang ia pegang dan duduk di kursi yang disediakan di stasiun , tapi tiba-tiba Arga berdiri dan mengantri es krim. Gadis itu menghela nafas panjang, setelah kejadian tadi malam, baik Arga maupun dirinya tidak ada yang mau membahas itu. Mereka tetap seperti biasanya saja dan tanpa ada kecanggungan walaupun masih ada rasa deg-degan saat Anca menatap pemuda yang sudah bersamanya selama 12 tahun itu.

"Mikirin apa sih tomat?" tanya Arga sambil mencolekkan es krim cone itu ke hidung Anca.

Anca mencibik, ia mengelap hidungnya dan mengambil es krim dari tangan Arga. "Ih lo mah."

"Ya habisnya lo diem aja kayak orang kesambet. Mikirin apa?"

"Mikirin tugas," bohong Anca.

"Gak mungkin."

Anca mengerucutkan bibirnya. "Gak percayaan banget. Anca anak baik nih, gak pernah bohong," pernahnya nipu. Ucap Anca dalam hati.

Arga memilih mengangguk. Pemuda itu memicing saat merasakan beberapa pasang mata menatap gadis cantik di sampingnya. Arga berdehem, ia mengulurkan tangannya ke belakang, ke sandaran kursi seperti merangkul Anca dan seakan mengatakan gadis ini miliknya.

Anca yang melihat gelagat itu terkekeh, ia ikut melirik arah pandang Arga dan memilih untuk merebahkan kepalanya di bahu Arga. "Gue terlalu cantik ya makannya banyak yang liat?"

Arga mengacak rambut Anca gemas. "Lo cantik banget dan aura lo menarik." Arga melirik ke bawah, ia berdecak saat menemukan baju Anca yang turun. Mendekatkan bibirnya ke telinga Anca dan berkata, "Benerin baju lo, kalau gak di sini udah gue naikin sampe kepala lo itu baju."

Anca mengerucutkan bibirnya, ia membenarkan kerah bajunya. "Jahat banget."

"Daripada jadi tontonan orang, gue gak suka."

"Sukanya sama apa?"

Arga berdehem, ia menghirup rambut Queen. "Kepo lo."

"Sama bokep ya?"

"Anca ...."

Peringatan dari Arga membuat Anca menyengir dan menatap pemuda itu. "Bercanda ganteng."

"Jangan sembarangan ngomong yang kayak gitu di tempat umum, image lo bakalan jelek nanti," ucap Arga sambil mencubit hidung Anca.

Anca mengangguk. "Siap."

Arga tersenyum melihat gadis yang terasa lebih bersinar hari ini. Ia melirik es krim Anca dan sudah habis. "Mau lagi?" tanya Arga sambil menyodorkan es krim miliknya.

"Lo?"

"Gue rela kalau lo yang makan, makan nih."

Anca mengambilnya dengan senang sambil mengucapkan terima kasih. "Lo lama banget makan es krim."

"Gue terlalu seneng liatin lo makan malahan."

"Kenapa gitu?"

"Makin lucu."

Wajah Anca memerah, ia memilih untuk menunduk. Menjilati es krim Arga tanpa peduli bahwa itu bekas pemuda di sampingnya ini. Sudah terlalu sering berbagi makanan dan minuman dengan Arga, kalau berbagi ludah secara langsung sih belum.

"Mau kemana lagi cantik?"

"Mau ke-"

"Iya, nanti mampir ke mall."

See, Anca bahkan hanya mengatakan dua kata yang bahkan belum menjadi penunjuk arah. Arga seperti sudah bisa membaca pikirannya. Sebelumnya pun Anca tidak ada memberitahu sebelum pulang akan ke mall dulu.

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang