Anca menatap dua totebag yang sudah ada di tangannya, ia menghela nafas panjang. Meletakkan dua tas yang berisi makanan dan minuman itu ke tempat kecil di samping jendela. Ia kemudian mengambil ponselnya di tengah ranjang lalu duduk di samping jendela. Menelpon seseorang di sana dan dalam dering pertama langsung di angkat.
"Gue gak terima ocehan lo. Sekarang makan sama minum itu."
Anca mengerucutkan bibirnya, menatap pemuda di seberang sana yang sedang berada di kamarnya. "Gue gak minta, ar."
"Gue cuma ngasih lo karena lo belum makan"
"Ini banyak banget, Ar!"
Arga di sana menyengir, "Ternyata tadi kepencet ca, mumpung ada diskon juga."
"Gue kasih ke mami papi juga ya? Daripada sama gue mubadzir."
"Terserah, itu udah jadi punya lo. Titip salam sama om Yud ya, bilang aja mami lo cantik."
Anca yang tengah menyedot minumannya langsung berhenti. "Gausah nyari masalah sama papi."
"Gak papa, gemes liat wajah om Yud kalau lagi marah, lucu kayak anaknya."
Seketika pipi Anca memerah
"udah malem kenapa masih pakai make up si mana itu blush on nya ketebelan"
"Apaan sih Lo reseek"
Rengekan Anca membuat Arga terkekeh.
"Dah lah, makasih Ar, makanan and minumannya"
"Sekarang dimana gue temenin dari sini. awas aja gak makan."
Anca mengangguk, ia memposisikan ponselnya bersandar di dinding dan ia menatap Arga sambil tangannya mengeluarkan mcd dan starbuck itu dari totebag. "Gue jadi enak kalau gini terus."
"Selagi gue sehat kayaknya sih gue peka."
Anca tertawa pelan mendengar itu, tapi nyatanya memang Arga adalah lelaki paling peka setelah papi nya. Ia membuka bungkus McD dan menusuk sedotan minuman kesukaannya. Mata Queen mendelik saat Arga tidak terlihat di layar ponselnya. "Ar?"
"Pipis!"
Anca menganggukkan kepalanya. Satu suapan masuk ke dalam bibirnya sambil matanya tidak beralih dari layar ponsel. "Pipis atau boker nih anak," gumam Anca melihat Alga yang belum muncul juga.
"Kangen ya? Gue pipis, tadi burung gue hampir kejepit makannya lama."
Anca memasang ekspresi jijik, "Gue lagi makan, setan!"
"Emang kenapa? Tiba-tiba ayam yang lo makan di bayangan lo jadi burung gue gitu?"
"Arga kambing! Gak tau bentuknya dan gak pengen tau! Gak makan nih gue, kesel banget sama lo."
Arga di sana terkekeh. "Maaf, maaf, ya tomat nya Arga. Makan, gue bercanda."
"Jelek banget lo emang. Jangan ngomong yang aneh-aneh lagi."
"Iya, cantik."
Anca tidak menjawab itu, dahinya mengernyit saat melihat Arga yang sudah menghidupkan benda kecil itu. Menghela nafas panjang. "Jangan vape terus, gak baik untuk kesehatan lo."
"Hari ini baru ini, bibir gue lagi pahit banget."
"Permen?"
"Lagi gak pengen, pengen yang manis selain permen."
Anca menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Contohnya?"
"Lo."
Satu kata yang membuat Anca berhenti mengunyah. Gadis itu menatap Arga dengan tatapan yang tak terbaca. "Hampir keselek gue."
"Tapi emang yang gue pengenin lo."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
ANCAARGA
Любовные романыsaling percaya dan melengkapi satu sama lain itu yang selalu dilakukan mereka berdua langsung baca aja yaa!! Inget ini cuma fiksi be wise temen temen