13

714 36 4
                                    

"Ar."

"Apa, cantik? Kenapa?"

"Kenal Abi?"

"Abi? Nama panjangnya siapa?"

Anca menggaruk kepalanya. "Lupa, pokoknya ada jaya-jaya gitu."

"Abi? Jaya? Kenal di mana atau ngapain lo?"

"Ketemu di coridor sekolah dia baru pindah sini."

"Abi Putra wijaya? Itu?"

"Nahh iya!"

"Abi ngapain lo?"

"Beneran sepupu lo?"

"Heem, lama gak ketemu tapi. Lo di apain?"

"Katanya masa mau rebut gue."

Di sana Arga terkekeh. "Mau rebut lo dari gue? Gak bakalan bisa. Anca hanya akan menjadi milik Argantara."

"Argantara, entah kenapa gue selalu suka waktu lo nyebut nama lo sendiri."

Arga tersenyum mendengar itu. "Gak usah dengerin dia ya, cantik, anak satu itu otaknya miring. Beneran gak ngapa-ngapain lo kan?"

Anca mengambil guling, meletakkannya di bawah dagunya agar lebih nyaman. "Tadi minta nomer gue tapi gue langsung nunjukin polaroid foto kita yang ada di case belakang HP."

"Good girl banget pacarnya gue. Gak usah di gubris, kalau lo ketemu dia pergi aja langsung. Dia marah biar marah sama gue."

"Dia ngajak ngobrol gue terus tapi gue jawab singkat."

"Cantiknya gue memang terbaik."

Anca tersenyum, ia menatap Arga dengan lembut. "Gue sayang sama lo, Ar."

Arga di sana membulatkan matanya, ia langsung menegakkan duduknya. "Ha? Apa tadi? Gue gak salah denger?"

"Gue sayang lo, Arga ganteng."

"Mama! Caca buat anak mama salting! Marahin Caca, Maa! Masa buat jantung abang jadi ngedugem!"

Tawa Anca keluar melihat kelakuan pemuda yang tengah memegang dadanya. "Biasa aja dong."

"Gak bisa, gak bisa. Jantung gue deg-deg ini."

"Jantung lo gak deg-deg bahaya, Ar."

"Bukan gitu, ih cantik mah!"

Anca menggigit gulingnya, gemas sendiri dengan Arga. "Terus gue gak di bales gitu?"

"Gue gak suka ngomong di telpon, pengen ngomong langsung sambil meluk lo."

"Mau ngomong apa coba?"

"I'm in love with you." Tapi beberapa detik kemudian mata Arga membulat dan ia menatap Anca dengan kesal. "Ehh! Caca tomat kambing!"

Tawa Anca tidak bisa dihindarkan lagi, gadis itu tertawa sambil memegangi perutnya. Ekspresi setelah Arga keceplosan membuat perutnya tergelitik.

"Sengaja banget emang mancing.'

"Lo nya aja yang goblok bisa masuk perangkap."

"Jahat banget sama pacar."

Anca menghentikan tawanya. "Tetep gini ya, Ar."

"Apanya?"

"Tetap jadi Argantara nya gue."

"Pasti."

"Jangan berubah."

"Iya, cantik. Lo juga jangan berubah. Tetep jadi tomatnya gue."

"Kenapa harus tomat sih?"

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang