16

684 51 0
                                    

Anca menahan dada Arga saat lelaki itu akan mendekati wajahnya. "No, no Adek, kalau lo dah sembuh ciumnya. Lo mau gue juga sakit?"

Arga melengkungkan bibirnya, ia menjatuhkan kembali kepalanya pada dada Anca sambil tangannya melingkar erat pada pinggang gadisnya. "Enggak, tapi gue pengen."

"Makannya minum obat, makan, istirahat. Gue pulang ya biar lo bisa istirahat?"

"Lo di sini aja."

Anca menarik telinga Arga. "Manja banget sih."

"Gue malah gak bisa istirahat kalau lo pulang." Arga menurunkan tubuhnya, tangannya mengangkat kaos Anca dan memasukkan kepalanya ke dalam kaos Anca, meletakkannya di atas perut Anca dan membiarkan kaos Anca menutupi kepalanya.

Anca menghela nafas panjang, ia menatap was-was pintu kamar Arga. Tangannya menepuk-nepuk punggung Arga. "Nanti ada mama lo."

"Semuanya kalau mau masuk kamar pasti ngetuk pintu. Di sini enak, cantik."

Anca meneguk ludahnya saat tangan Arga merayap ke belakang dan mengelus punggungnya. "Ar ... tangan lo jangan nakal."

"Wangi banget, halus juga." Arga mendongakkan kepalanya dan matanya langsung berhadapan dengan dua bulatan milik Anca yang tertutup bra hitam gadisnya. "Waw."

Anca mendorong bahu Arga tetapi lelaki itu tidak bergerak sama sekali dari posisinya. "Liatin apa lo? Matanya nakal banget!"

"Besar ya, cantik."

Wajah Anca memerah malu. "Diem deh lo." Tubuh Anca menegang saat merasakan bibir hangat Arga mengecupi perutnya. "Ar ... please hhmmm."

Arga menyeringai di dalam sana, tangannya mengelus sisi tubuh samping milik Anca. Ciumannya semakin naik dan berhenti di bagian bawah bra Anca. Tangannya kemudian menarik-narik bawah bra itu. "Gemes, besar banget."

Anca menutupi wajahnya, entah apa lagi yang lelaki ini akan lakukan pada tubuhnya. Ia mau melawan tetapi tubuhnya memberikan respon lain. "Arr ... udah," rengek Anca.

Arga menggeleng. "Mau squishy."

"Iya, nanti gue beliin. Kepala lo keluar dulu, baju gue kusut nanti."

Arga mengeluarkan kepalanya dari dalam kaos Anca, ia kembali merebahkan kepalanya di dada Anca. Mendongak dan menatap gadisnya dengan lembut. "Buka aja biar gak kusut."

"Gak gitu konsepnya, Arga!"

"Besok pakai kaos oversize aja."

Anca menjambak rambut Arga, tidak tahan dengan pemikiran Arga. "Otak lo, Arga! Mau ngapain juga kalau gue pakai oversize?"

"Biar kepala gue bisa sampai atas terus kaos lo gak kusut."

"Atas mana, hmm?'

Arga menyengir, ia mengecup bagian atas dada Anca. "Sini."

Anca melepaskan jambakannya, ia memukul-mukul punggung Arga. "Lo udah sering liat dari bokep, ngapain juga liat punya gue yang kecil?"

"Ya beda dong, cantik."

"Punya gue kecil."

"Gede."

"Kecil, Ar, gue yang punya."

"Gede, Caca, gue yang liat." Arga menaikkan kepalanya, membenamkan pada lipatan leher Anca dan menjilati di sana.

Anca bergidik, ia meremas bahu Arga. "Arga, ya ampun! Lo sakit bukannya waras!"

Arga tersenyum malu, ia menggigiti leher Anca hingga gadis itu sedikit memekik dan rambutnya yang jadi sasaran untuk di remas gadisnya. Lidahnya kembali bergerak, tangannya mengelus punggung Anca.

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang