10

803 48 0
                                    

"Let's get rid our first kiss together."

Satu kalimat yang membuat isi kepala Arga hilang seketika. Jantunganya langsung berdetak cepat dan tangannya tanpa sadar meremas pinggang Anca. Beneran sekarang? Si cantiknya bahkan yang mengajaknya terlebih dahulu. Apa ia terlihat sengebet itu?

Arga dengan perlahan mengangkat kepalanya dari pelukan Anca. Menatap gadis itu lekat-lekat. "Are you serious about what you said?"

"Yes."

"Yakin?" Melihat gerakan Anca yang bergerak akan turun dari pangkuannya membuat Arga menarik punggung itu dan membuat tubuh Anca berakhir semakin rapat dengan tubuhnya. "Gue bukan gak mau, gue cuma mau yakinin lo sekali lagi. Lo beneran?"

"Iya."

"Lo tau gue kalau udah ketemu sama sesuatu yang gue suka gue gak bakalan berhenti ngelakuinnya?"

"Tau."

Arga tersenyum. Tangan kiri Arga berada di tengkuk Anca dan wajahnya maju. Masih dengan senyumannya Arga menggesekkan hidungnya dengan milik gadisnya. "Jadi alasan kita sikat gigi untuk ini?"

Anca mengulum senyumnya. "Iya. Gue mau yang pertama untuk kita gak ninggalin kesan buruk entah dari lo atau dari gue."

"Gue gak bakalan di marahin om Yud kan?"

Anca menggeleng. "Bilang aja di awal anaknya yang mancing."

"Gak bakalan gue biarin lo yang kena marah sih. Ini beneran?"

"Lo tanya sekali lagi pulang nih gue."

Arga terkekeh. Ia mengecup pipi Anca. Lalu kecupannya turun ke sudut bibir Anca yang membuat Anca memejamkan matanya.

"Open your eyes, beauty, and see how our lips meet for the first time."

Anca meneguk ludahnya. Dengan perlahan ia membuka matanya dan tatapan Arga yang begitu dalam menatapnya membuat Anca langsung mengalihkan pandangannya ke bawah.

Arga menempatkan bibirnya dengan lembut di atas milik Anca yang terasa kenyal dan halus. Ia meremas pinggang Anca dan mulai melumat bibir atas dan bawah Anca.

"Emmhh." Anca meremas bahu Arga, berciuman itu seperti ini? Lembut, aneh, tapi enak. Anca bingung sendiri mendeskripsikannya.

Arga memiringkan kepalanya, melumat semakin dalam. Bunyi cecapan membuat Arga rasanya ingin memasukkan langsung lidahnya ke dalam bibir Anca. Tapi yang ini saja Anca belum membalasnya. Arga melepas bibirnya dan tangannya berganti menjadi di punggung Anca. Memperhatikan gadisnya yang masih mengatur nafas. "Sayang, balas."

Anca mengulum bibirnya yang terasa sangat basah. "Gimana? Takut salah."

"Salah juga gak bakalan di hukum. Ikutin cara bibir gue. Oke?"

"Oke." Anca menggigit bibir bawahnya. "Ar."

"Kenapa, cantik?"

"Enak?"

Arga terkekeh, ia mengecup pipi Anca. "Enak banget. Bibir lo ternyata sekenyal dan sehalus itu."

"Lo suka?"

"Pastinya dan gue bakalan terus ngelakuin ini."

Wajah Anca memerah. "Nanti kalau gue balesnya salah, maafin ya?"

"Gak papa, baru pertama, nanti kalau udah sering lo bakal bisa."

Arga kembali menempelkan bibirnya di atas bibir Anca. Ia bergerak perlahan supaya Anca bisa belajar untuk membalas ciumannya. Dan benar saja, gadisnya cepat belajar dan sudah melumat bibir atas dan bawahnya. Arga tersenyum di sela-sela ciuman mereka. Akhirnya keperawanan bibirnya hilang di umur ke 17 ini dan tentunya dengan gadis yang sedari dulu ingin Arga miliki.

ANCAARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang