Giri mengeluarkan kue dari dalam kotak lalu menghidangkannya ke meja. Dia sudah seperti yang punya rumah. Sibuk sana-sini mencari peralatan yang dibutuhkan untuk mereka menikmati kue dan camilan yang ia bawa.
"Ulang tahun kita udah selesai. Langit aja udah gelap."
"Hari ini belum selesai, Ra. Masih beberapa jam lagi.
Giri menarik satu kursi lalu mendorong Dhara untuk duduk di sana.
"Harus banget kita tiup lilin?"
"Tiap tahun emang begini, 'kan?"
"Tapi gue nggak mood!"
Giri tak acuh. Dia tetap menancapkan beberapa lilin ke atas kue.
"Udah mau dimulai acaranya?" tanya Benjamin yang datang bersama Mira. "Bu, ayo kita ikutan." Ia menarik sang istri duduk bersebelahan.
Seperti yang sudah-sudah. Tidak ada lagu ulang tahun yang mengiringi. Maka setelah berdoa, mereka langsung meniup lilin.
Potongan kue pertama tentu mereka persembahkan untuk Benjamin dan Mira.
Sayangnya Oka sudah keburu tidur. Padahal ini ulang tahun pertama yang mereka rayakan setelah kehadiran Oka.
"Enak kuenya, manisnya pas," puji Mira setelah mencicipi kue yang diselimuti butter cream berwarna biru langit.
"Aku beli di toko langganan. Kalau Tante mau nyicip kue yang lain, nanti aku kasih alamatnya."
Mira tertarik dengan tawarin yang Giri berikan. "Selain kue ulang tahun, mereka jual kue apa lagi?"
"Bolu surabaya juga ada," Giri memberi tambahan informasi.
Saat sedang menikmati kue. Mata Giri menemukan makanan lain yang cukup familier. Camilan yang sering ia belikan untuk Dhara.
"Keju aroma?" sebut Giri sambil melirik Dhara. "Tadi gue lupa beli itu. Bagus, deh, lo udah beli sendiri."
"Bukan gue yang beli," Dhara mengklarifikasi. "Boro-boro pergi keluar, melangkah ke pintu aja gue mager."
"Tadi Isac yang beli," ucap Benjamin.
"Oh, jadi gue keduluan, nih, ceritanya."
Dhara menyikut lengan Giri.
"Ra, hati-hati. Siapa tahu keju aroma ini ada guna-gunanya." Giri sengaja memberikan ekspresi yang berlebihan, seakan-akan dia baru saja menemukan sesuatu yang menakjubkan. "Nanti kalau hati lo dibuat luluh gimana?"
Benjamin dan Mira hanya bisa menggeleng-geleng melihat kelakuan Giri dan Dhara yang sedang membicarakan sesuatu yang tidak penting.
"Gue rasa kue lo ini yang ada racunnya," seru Dhara. "Harusnya setelah makan yang manis-manis gue jadi happy, ini kok malah makin emosi. Lo kasih racun kan ini?"
"Gimana mau happy, lo makannya kurang banyak." Giri menggeser kue yang bentuknya sudah tidak bulat utuh. "Ini lo telan semua. Dijamin langsung happy sampai satu bulan ke depan."
Dhara melotot. "Yang ada gue diabetes!"
***
Giri mengangsur sesuatu berbentuk kotak yang tidak terlalu besar. Benda itu dibungkus dengan kertas kado bermotif hitam putih seperti kulit sapi.
"Apaan?"
"Buat lo."
Sesudah Dhara menerima hadiahnya, Giri duduk di samping perempuan itu. Mereka berdua pindah ke ruang keluarga selepas perayaan ulang tahun ala Giri telah usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Popi Left Behind [END]
General FictionPopi meninggal setelah melahirkan Oka. Dan Dhara menjadi satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga bayi mungil itu. Saat Oka berumur lima bulan, Isac-mantan Popi-muncul. "Sekarang gue ada di sini. Gue akan bertanggung jawab," kata Isac penu...