Isac senang melihat Dhara yang sudah banyak berubah. Peremuan itu tidak lagi jutek padanya. Dan salah satu perkembangan dari hubungan mereka yang membuat Isac sangat bahagia adalah seperti saat ini. Dimana Dhara mengizinkan dirinya mengantar perempuan itu belanja ke swalayan. Pastinya Oka ikut bersama mereka.
Sore ini jadwalnya Dhara belanja bulanan. Tidak hanya untuk Oka, tapi juga kebutuhan rumah. Seperti sabun mandi, minyak goreng, pelembuat pakaian, dan yang lain. Alasan kenapa dia membiarkan Isac ikut dengannya tentu saja supaya ada yang membantu mengangkut barang.
Isac bertugas menggendong Oka sedangkan Dhara mendorong troli. Mereka berdua bergantian mengambil barang di rak sesuai daftar yang ada pada secarik kertas yang Dhara pegang.
"Berasnya yang ini?" tanya Isac sambil menunjuk tumpukan beras dengan kemasan berwarna hijau. Ada banyak merek beras di sana.
"Yang sebelahnya."
Isac mengangguk paham. Dia beralih ke kemasan bewarna ungu. Selesai urusan beras, ia mendekat ke Dhara untuk melihat barang apa lagi yang belum masuk ke troli.
"Mas, tunggu sebentar di sini, ya. Ada yang kelupaan belum diambil." Dhara ngacir tanpa membawa troli belanja. Tempat tujuannya tidak jauh, dari posisinya sekarang Isac masih bisa melihat dirinya.
Isac tak bisa menahan senyum tiap kali mendengar kata mas dari Dhara. Sebenarnya ia tidak mepermasalahkan panggilan diantara mereka. Asalkan perempuan itu tidak menolak kehadirannya, itu sudah lebih dari cukup.
Dhara kembali. Dia meletakkan sebungkus tepung terigu dan gula halus.
"Di bagian sini masih ada yang harus diambil, nggak?"
Dengan teliti Dhara memperhatikan satu persatu nama barang di kertas. "Kayaknya udah lengkap. Sekarang pindah ke daging dan sayur."
Satu tangan Isac membantu Dhara mendorong troli sementara tangan yang lain digunakan untuk menjawil pipi Oka.
"Paaa."
"Iyaaa," Isac menjawab panggilan Oka dengan nada yang sama.
Pada area daging dan sayuran, Dhara tidak belanja terlalu banyak karena biasanya ia dan Mira lebih suka belanja sayuran di pasar.
"Bagus yang mana?" Dhara menyodorkan dua potong ikan salmon yang terbungkus plastic wrap. Sekilas keduanya nampak sama, hanya ada selisih harga dua ribu rupiah.
Isac mulai memindai. mencari yang paling segar. "Yang ini gimana?" Ia mengarahkan telunjukkan ke ikan salmon yang ada di tangan kanan Dhara.
"Emang yang ini kenapa?" Dhara malah bertanya perihal ikan yang ada di tangan kirinya. "Kok gue lebih yakin sama yang ini."
Begitulah perempuan. Bertanya pada sesuatu yang mereka sendiri sudah tahu jawabannya.
"Yang itu juga boleh."
Dhara tersenyum puas. "Mas, Oka kok pegang bawang bombay?"
Isac menunduk melihat bayi yang bergelantungan di dadanya. Ada sebuah bawang bombay yang ukurannya tidak terlalu besar sedang dipegang Oka dengan kedua tangan.
Sambil tertawa Isac mengambil alih benda bulat itu. "Udah basah, diemutin sama Oka."
Beberapa saat yang lalu Isac sempat melihat-lihat bawang bombay. Bukan ingin membeli, dia hanya tertarik karena terlihat mulus dan segar. Sepertinya saat itulah tangan Oka meraih si bawang.
"Dibeli aja kalau gitu." Dhara meraih bawang bombay dari tangan Isac. "Sekalian gue beli dua lagi."
Isac membiarkan Dhara pergi meninggalkan ia bersama Oka dan juga troli yang sudah terisi penuh.
***
Di perjalanan pulang Dhara baru ingat kalau ia harus membeli susu untuk Oka. Mereka lalu mampir ke minimarket. Isac meminta perempuan itu untuk tetap di mobil menjaga Oka sementara dia yang akan masuk membeli susu.
"Ada yang lain?" tanya Isac yang masih berdiri di dekat pintu. Tubuhnya membungkuk untuk menatap Dhara. "Biar sekalian gue beli."
Dhara menggeleng. "Susu aja, yang lain masih ada."
Isac mengangguk paham.
"Mas!"
Pintu hampir tertutup ketika Isac mendengar seruan itu. "Ya?"
"Jangan beli yang lain, pokoknya susu aja," Dhara menekankan. Dia bicara seperti itu bukan tanpa alasana. Sebab terakhir kali ia menitip sesuatu pada laki-laki itu, yang datang tidak hanya barang yang dipesan. Melainkan barang-barang lain dengan jumlah yang banyak. "Kalau lo beli selain susu, gue marah beneran."
Isac terkekeh. "Iya, tenang aja."
Sambil menunggu Isac, Dhara pindah ke jok belakang.
"Oka capek, nggak?" Dhara menciumi pipi Oka. "Happy, ya, hari ini jalan-jalan sama Papa?"
Oka yang berada di car seat meraih tangan Dhara. Saat tangan itu hendak ia masukkan ke mulut, Dhara segera menariknya.
"Pa-pa-pa."
"Papa lagi beli susu."
Oka mulai bosan. Wajahnya menunjukkan tanda-tanda adanya gelombang tangisan yang akan datang. Dhara segera mencari sesuatu yang bisa menghibur bayi itu.
"Nih, lihat. Mama punya apa?"
Wajah Oka kembali ceria ketika melihat boneka kesayangnya. Diraihnya boneka itu lalu selanjutnya tentu saja dibawa ke mulut.
Saat sedang asyik bermain bersama Oka, Dhara mendengar suara teriakan. Dia langsung siaga, tubuhnya bergerak mendekati jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Seorang laki-laki dengan setelan serba hitam berlari keluar dari minimarket. Sambil berlari, ada sesuatu yang sengaja dilempar asal oleh laki-laki itu. Benda itu kemudian mendarat tidak jauh dari mobil Isac.
Dhara membelalak ketika mengetahui benda yang tergeletak di atas paving adalah sebuah pisau. Pisau berlumur cairan berwarna merah, Dhara yakin itu darah. Lalu matanya terarah ke pintu minimarket. Sekarang ada beberapa orang masuk ke dalam sana. Mereka berlarian dan salah satu diantaranya berteriak, "cepat-cepat! Bawa ke rumah sakit!"
-Bersambung-
~
Punya kritik & saran? Yuk, dikomen.
Suka sama cerita ini? Jgn lupa Vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Popi Left Behind [END]
Художественная прозаPopi meninggal setelah melahirkan Oka. Dan Dhara menjadi satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga bayi mungil itu. Saat Oka berumur lima bulan, Isac-mantan Popi-muncul. "Sekarang gue ada di sini. Gue akan bertanggung jawab," kata Isac penu...