36 | Mas

536 71 5
                                    


Dhara berang. Seharian ini Isac terus-terusan berada di warung. Membuat dia mati gaya. Setelah kejadian "nomor ponsel" sejam yang lalu, Dhara tidak ingin bersemuka dengan Isac. Dia malu.

"Ra, lo bisa tanya ke gue. Apapun itu akan gue jawab."

Pernyataan itu masih terngiang di kepala Dhara. Pernyataan yang belum sempat ia jawab karena tiba-tiba ada sekumpulan ibu-ibu yang datang ke warung. Membuat suasana langsung heboh.

Hari ini Isac mendapat tugas menjaga Oka. Sepertinya baru kali ini Dhara bersyukur Oka sangat lengket dengan Isac, dengan begitu dia bisa menghindari laki-laki itu.

"Ra, kasihan Isac." Mira mencolek lengan Dhara. "Dari tadi dia terus yang gendong Oka. Gantian sana."

"Biarin aja, Bu," Dhara berkilah. "Dia nggak protes, kok."

Sebenarnya Isac tidak terus-menerus menggendong Oka. Sesekali dia membawa bayi itu ke lantai dua untuk rebahan di kasur sambil bermain. Kalau Oka mulai rewel karena bosan, barulah Isac kembali menggendong bayi itu lalu membawanya ke bawah.

Kali ini Mira tidak sependapat dengan Dhara. Dari tadi dia memperhatikan Isac, laki-laki itu sering meregangkan tangannya. "Orderan online udah beres semua, Ra. Sana kamu yang gendong Oka."

"Buuu," rengek Dhara.

Mira sedang tidak ingin dibantah. Dia mengeluarkan lirikan maut yang membuat Dhara menuruti perintahnya.

Dhara berjalan mendekati Isac yang berdiri di dekat tangga.

"Kenapa?" tanya Isac ketika Dhara sampai di hadapannya.

Dhara mengulurkan tangan. "Sini gantian."

Bukannya menyerahkan Oka, Isac malah menjulurkan tangan kanan menuju kening Dhara. Diusapnya peluh yang ada di sana sambil berkata, "kayaknya lo yang lebih capek."

Dhara terperangah. Isac mulai berani melakukan skinship.

Tanpa menunggu persetujuan dari Isac, Dhara mengambil bayi lucu itu. "Oka kangen sama mama, nggak?" Ia menciumi pipi Oka.

Isac dan Dhara pindah tempat. Mereka menempati salah satu meja kosong.

"Mbak, ada orderan baru." Elia datang membawa ponsel yang biasa digunakan untuk mengurus pesanan online.

"Biar gue bantu." Dengan sigap Isac menerima benda itu.

Dhara beringsut ke sisi Isac sambil bertanya, "emang lo bisa?"

"Gue sering merhatiin lo pas lagi ngurus orderan."

"Klik yang itu," ucap Dhara mengarahkan.

"Kayak gini?"

Dhara mengangguk.

"Terus?"

"Kasih tahu Pak Ben atau Jayastu, supaya mereka nyiapin pesanan."

"Oke."

Isac meninggalkan Dhara. Dia menemui Benjamin yang seperti biasa selalu ada di balik meja persambelan. Sejurus kemudian dia kembali ke Dhara.

"Beberapa hari ke depan kayaknya gue nggak bisa ke sini."

"Hmm," Dhara hanya bergumam. Dia pura-pura sibuk menatap layar ponsel.

Tahu-tahu Isac merebut benda pipih itu dari tangan Dhara. "Masih ada orderan?"

"Gue lagi nunggu orderan masuk," jawab Dhara asal.

"Pa. Pa-pa-pa."

"Iya?" Isac tersenyum pada Oka. "Mau sama Papa?"

Oka menggoyang-goyangkan tangannya.

Dhara menyerahkan kembali Oka kepada Isac. "Mama sedih nih kalau Oka lebih sayang Pap–" Ia terdiam seketika. Dia hampir mengucapkan panggilan itu dengan lantang.

"Kayaknya Oka kegerahan." Isac mengusap kening bayi itu. "Gue bawa Oka ke atas, ya."

Saat Isac hendak berdiri, Dhara mendapati Jayastu sedang berjalan sambil membawa nampan berisi gelas-gelas kosong. Dhara panik, dia yakin pundak Isac akan beradu dengan tangan Jayastu.

Secepat mungkin Dhara meraih lengan Isac. Menarik laki-laki itu sambil memekik, "eh, Mas! Awas!"

Semua selamat. Jayastu bisa lewat tanpa kendala dan Isac kembali duduk ke tempat semula. Akan tetapi ada yang berbeda dari raut wajah Isac saat ia menoleh menatap perempuan di sebelahnya.

Dhara tahu arti tatapan itu. Isac sedang menagih penjelasan atas panggilan yang tadi ia serukan tanpa sengaja.

Karena Dhara masih berdiam diri, Isac terpikir untuk menjaili perempuan itu. "Mas ke atas dulu, ya," tutur Isac lalu membawa Oka pergi.


-Bersambung-

~

Punya kritik & saran? Yuk, dikomen.

Suka sama cerita ini? Jgn lupa Vote.

What Popi Left Behind [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang