RVSD 26 | Kita?

442 51 8
                                    


Oka berada dalam gendongan Isac selagi Dhara sibuk melihat-lihat baju bayi. Dhara sangat senang dan bersemangat bisa melihat langsung baju-baju yang selama ini hanya ada di layar ponselnya. Sesuai ekspektasinya, toko itu punya baju yang modelnya tidak pasaran.

"Beli ini, ya?" tanya Isac meminta pendapat. Dia berdiri di sebelah baby walker.

Dhara menggeleng. "Ini belum bisa dipakai sekarang."

Baby walker berbahan plastik tebal itu berbentuk mirip troli belanja. Biasanya digunakan pada bayi yang mulai belajar jalan. Para bayi bisa dengan mudah mendorong benda itu karena ada roda dibagian kakinya.

"Nggak harus dipakai sekarang."

Tangan kanan Dhara mengibas-ngibas di depan wajahnya. "Beli barang tapi dianggurin, mubazir banget."

Isac sepakat dengan Dhara. Mereka bergesar ke sisi lain. Di sana terpajang rapi baju tidur bermotif lucu, ingin sekali Dhara memborong semuanya.

"Anaknya gemas banget, Mbak. Berapa bulan, ya?" tanya seorang pramuniaga yang rambutnya dicepol rapi.

Dhara tersenyum. "Delapan bulan."

Si pramuniaga memberikan beberapa rekomendasi baju tidur pada Dhara. Dia harus pintar-pintar menahan diri, sebab lengah sedikit ia bisa kalap.

"Yang dinosaurus lebih bagus," Isac memberikan usulan. Sejak tadi dia memperhatikan Dhara yang kebingungan memilih antara baju bermotif dinosaurus atau rusa. "Kalau nggak ambil dua-duanya." Sesekali Isac menimang-nimang Oka. Bayi itu sengaja digendong menghadap depan supaya bisa ikut menikmati suasana di dalam toko yang penuh dengan warna-warni yang disukai anak-anak.

Oka mulai bosan. Celotehannya berubah jadi rengekan. Nampaknya dia jenuh karena sedari tadi terus berada di dalam ruangan. Isac berinisiatif membawa Oka berkeliling ke sudut lain, meninggalkan Dhara yang sedang bertanya sesuatu pada pramuniaga.

Isac lega menemukan satu rak berisi mainan anak. Begitu sampai di sana, Oka bergerak dengan antusias. Seakan tahu bahwa benda-benda di hadapannya adalah sesuatu yang bisa ia mainkan.

"Oka mau yang mana?" tanya Isac sambil memperhatikan mainan di rak. Saking banyaknya jenis mainan, dia sampai bingung. "Yang mana, ya." Karena Oka masih bayi, dia harus memilih sesuatu yang aman dan tidak akan melukai.

Isac terkekeh ketika tangan Oka bergerak hendak meraih sesuatu. "Yang ini?" Pilihan Isac jatuh pada boneka pinguin yang ukurannya tidak terlalu besar. Begitu boneka didekatkan pada Oka, bayi itu langsung memeluknya dengan erat. "Suka?"

Seperti biasa, apapun benda yang sedang dipegang, Oka akan langsung membawanya masuk ke dalam mulut. Dan Isac berhasil mencegah.

"Nanti sampai rumah bonekanya dicuci dulu, baru bisa Oka mainin."


"Boneka?" tatapan Dhara mengisyaratkan bahwa dia butuh penjelasan. Setelah tadi menghilang, kini Isac dan Oka kembali dengan sesuatu yang asing baginya.

"Oka suka yang ini."

Dhara memicing. "Oka atau lo yang suka?"

"Kalau gue juga suka, tadi pasti ambil dua," ungkap Isac. "Atau mau ambil tiga sekalian?"

Tentu saja Dhara menolak ide aneh itu. "Satu aja. Ngapain beli banyak-banyak." Dhara meraih boneka yang sedang didekap Oka untuk diberikan ke petugas kasir.


***


"Laper?" tanya Isac sehabis mendengar suara bergemuruh dari perut Dhara.

Dhara malu bukan main. Bisa-bisanya perut gembelnya bersuara di saat yang tak tepat.

"Langsung pulang aja, gue mau makan di rumah." Dan perut Dhara kembali mengirim sinyal minta jatah. Ia mengumpat dalam hati.

Isac mengulum senyum. Mati-matian dia menahan tawa supaya perempuan di sebelahnya tidak merajuk. "Mau makan apa?" tanyanya begitu mobil mulai bergerak meninggalkan area parkir. "Kayaknya yang paling dekat dari sini cuma ada bakso sama nasi padang."

"Mi yamin ada, nggak?" Dhara melongok ke luar jendela. Karena Isac yang menawarkan, sekalian saja dia menyebutkan sesuatu yang sudah lama tidak ia makan.

"Ada, tapi agak jauh."

"Nggak pa-pa."

"Nggak keburu pingsan?" Isac meledek.

"Gue nggak selaper itu!"

Lagi. Perut Dhara tidak bisa diajak kerja sama. Bunyi yang terakhir itu seakan memberikan peringatan padanya bahwa sebaiknya dia segera tutup mulut.

Tadinya Isac menawarkan diri untuk memangku Oka, namun ternyata si bayi sedang ingin bermanja dengan Mamanya. Tentu saja Isac tidak berdiam diri, dia tetap siaga di sebelah perempuan itu dengan sesekali ikut memegangi Oka.

"Makan nya buruan!"

Satu suara mengambil alih atensi Dhara. Dia menoleh dan mendapati seorang ibu muda sedang menemani putrinya makan mi. Yang membuat Dhara heran, sang ibu nampak jutek dan tidak sabaran. Dan bocah berusia sekitar lima tahun itu terlihat takut dan matanya berair.

"Lo dimana?" Sang Ibu berbicara di telepon. "Gue lagi makan ... biasalah sama anak tiri. Pusing gue"

DEG.

Tangan Dhara berhenti bergerak.

Bocah perempuan itu terus menunduk sambil mengunyah mi. Ingin rasanya Dhara menghampiri lalu memeluknya dengan erat.

"Kenapa?" tanya Isac saat menyadari ada yang berbeda dari perempuan di sampingnya.

"Kalau suatu saat lo menikah, pokoknya Oka harus tetap sama gue. Gue takut istri lo jahat ke Oka."

Hening sejenak.

Isac menghela napas. "Sebelum gue nikah, gue akan bawa calon istri gue ke hadapan elo. Kalau lo 'oke', gue lanjut."

"Kalau gue 'no' tapi lo cinta mati sama perempuan itu, gue yakin lo tetap bakal lanjut."

"Gimana kalau ternyata malah suami lo yang jahat ke Oka?"

"Hah?" Dhara mendadak blank.

Isac meletakkan sumpitnya. "Belum pernah dengar 'bapak tiri yang jahat'?"

Jujur saja Dhara belum pernah mendengar hal itu.

"Kita punya ketakutan yang sama, Ra," ujar Isac. "Gue juga takut kalau pasangan lo nggak bisa menerima Oka."

Dhara pernah memikirkan hal ini. Suatu saat ketika dia memiliki pasangan, bagaimana caranya menjelaskan ke orang itu mengenai Oka.

"Ra, kenapa nggak lo aja yang jadi istri gue?"

Sepasang sumpit di tangan Dhara meluncur menimpa mangkuk dan menimbulkan bunyi nyaring.

Belum sempat Dhara hanyut dalam keterkejutan, sebuah suara berhasil membawanya kepermukaan.

"Sayang, kok ada di sini?"


-Bersambung-

~

Punya kritik & saran? Yuk, dikomen.

Suka sama cerita ini? Jgn lupa Vote.

What Popi Left Behind [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang