☠️29. Garden Date

30 2 1
                                    

☠️☠️☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☠️☠️☠️

Aku merasakan berat pada tubuhku. Rasanya perutku seperti tertimpa batang pohon yang besar hingga aku sulit bernapas. Mataku masih berat untuk terbuka karena mengantuk.

Ini pengelihatanku yang salah atau memang kenyataannya begini? Tangan Jay memeluk perutku dan ia sedang tertidur pulas sekarang.

Aku langsung bangun, memindahkan tangan Jay dan menggelindingkannya hingga Jay jatuh dari ranjang. "Awh!" rintihnya saat baru saja jatuh. Mampus! Siapa suruh memelukku! Untung saja kepalanya tidak hilang karena kutebas.

Lagipula aku heran. Tadi malam sudah aku ancam untuk tidak tidur di sebelahku, tetapi dia masih saja keras kepala. Begitulah balasan untuk orang keras kepala!

"Enak? Sukurin! Udah gue bilang lo jangan tidur di ranjang, tetep aja naik. Mana tidur meluk-meluk gue lagi! Lo apain gue semalem, hah?!" sinisku pada Jay.

Ia masih terlihat kesakitan karena terjatuh dari ranjang. "Aku kedinginan tadi malem, Jo. Aku, kan, langsung mandi pas nyampe. Aku tidur di ujung, kok, serius! Ya, mamanya juga orang tidur, kan, nggak nyadar kalau pas namun meluk kamu, hehehe. Kamu aja nyaman, kan, pas aku peluk?" Jay meringis seperti tidak punya dosa. Halah, itu pasti hanya alasannya saja!

Karena kesal, aku melempari Jay dengan bantal yang ada di sampingku. "Rasain!"

Aku kemudian berlari keluar kamar setelah melempari Jay dengan bantal itu.

Jendela yang berjejer rapi di vila ini membuat sinar matahari pagi menembus kaca jendela. Hamparan kebun teh dan perbukitan yang sedikit diselimuti oleh asap pagi itu terpampang jelas.

"Kamu suka?" Jay tiba-tiba datang dari belakangku saat aku tengah memperhatikan kebun teh yang ada di depan vila ini.

Aku memeluk Jay sangking terharunya karena impianku ini telah ia wujudkan. "Suka banget!" jawabku sembari memeluknya. Eh, tunggu dulu, sepertinya ada yang salah. Aku memeluk Jay?!

Segera aku melepaskan pelukan itu dengan cepat. Sudah kepalang malu aku! "Yang katanya di ranjang nggak mau dipeluk, tapi di sini meluk duluan." Jay seperti sedang menyindirku. Padahal, aku pun memeluknya karena reflek tadi. Dia kini mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Padahal di kamar lebih enak, loh ...," bisik Jay.

"Gue mau mandi duluan!" Aku langsung berlari lagi ke kamar dan mengunci pintu kamar. Astaga, malunya aku!

Sekarang aku harus mandi agar tidak lagi terpikirkan masalah barusan. Aku akan jalan-jalan di kebun teh nanti sehabis mandi, mengambil banyak foto untuk aku tunjukkan pada Revan. Ia pasti tidak menyangka kalau aku sudah bisa mewujudkan salah satu impianku.

Aku berjalan menuju koperku yang Jay taruh di sudut ruangan dan berjejer rapi dengan koper miliknya. Membuka lagi wadah yang aku gunakan untuk menyimpan dokumen milik client. Syukurlah, dokumennya masih ada di sana. Aku lalu mengambil dress warna putih dan juga topi yang telah disediakan oleh mama Jay.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang