☠️32. Envy

26 0 1
                                    

☠️☠️☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☠️☠️☠️

"Nak ... Joan?"

Aku menoleh seketika saat ada suara yang memanggilku. Ternyata Tante Sarah yang baru saja keluar dari ruang rawat. Karena tidak diperbolehkan masuk, aku duduk di bangku yang ada di depan kamar. Tante Sarah kemudian duduk di sampingku. "Ada apa?" tanyaku.

Dia tidak menjawab, malah langsung mengeluarkan amplop cokelat yang sudah tentu isinya adalah uang. "Ini sisa bayaran yang saya janjikan karena Jessica sudah kembali. Silakan diterima dan kamu bisa secepatnya keluar dari rumah Jay."

Aku belum menerima amplop yang ia berikan di depanku. "Maaf, tapi saya tidak bisa pergi kalau bukan Jay yang menyuruh saya." Kalimat barusan keluar dengan spontan dari mulutku. Entah kenapa sekarang aku malah jadi berat meninggalkan Jay. Lagipula mana bisa aku pergi sekarang? Sedangkan alat perekam suara itu saja belum aku dapatkan.

"Kenapa? Kamu sudah mulai nyaman dengan Jay, begitu?" tanya Tante Sarah. Aku tidak mungkin menjawab jika memang aku sudah mulai benar-benar menarik perasaan pada Jay.

Aku masih bungkam dan tidak menjawab pertanyaan dari Tante Sarah. "Apa pun alasannya, saya tetap tidak bisa kalau memang bukan Jay yang menyuruh saya pergi."

Dia terlihat kesal dan memasukkan lagi amplop cokelat itu ke dalam tasnya. Syukurlah dia tidak lagi memaksaku.

"Jo, kita pulang, ya." Syukurnya Jay langsung keluar dari ruangan itu. Jadi, aku tidak perlu merespon pertanyaan dari Tante Sarah lagi. "Tante, kami pulang dulu, ya. Besok Jay pasti tengokin Jessica lagi," izin Jay pada Tante Sarah. Tante Sarah pun langsung berdiri dari duduknya.

Ada rasa sesak di dadaku saat mendengar Jay akan ke sini lagi besok untuk mengecek keadaan Jessica. Itu artinya Jay sangat peduli pada gadis itu. Harusnya aku tak boleh begini, karena memang takdirnya adalah seperti itu.

Jay menggenggam tanganku kemudian kami berjalan keluar dari rumah sakit. "Kamu kenapa diem aja?" tanya Jay saat kami masih berjalan di lorong.

"Gimana keadaan Jessica?" tanyaku pada Jay.

"Belum sadarkan diri. Dia kekurangan banyak cairan." Jay saja terlihat sangat cemas saat menjelaskan kondisi Jessica.

"Eum, kapan gue bisa keluar dari rumah lo?" tanyaku spontan. Jay yang tadinya berjalan di sampingku jadi berhenti, sedangkan aku baru menyadarinya. "Kenapa?"

"Kamu bakalan tetep jadi istri aku. Yuk, pulang aja. Jangan dibahas, nanti pas pulang aku masakin mie goreng pake telur!" Jay bersemangat kemudian menggenggam tanganku lebih erat.

"Mie mulu, yang ada usus buntu gue ntar!"

"Mie goreng pake cinta."

Meski masih sedih perihal tadi, Jay membuatku kembali tersenyum. Kami kemudian pulang pukul dua belas siang. Dengan badan yang sedikit pegal-pegal, ditambah jalanan sedang macet-macetnya.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang