☠️☠️☠️
Malamnya, Jay mengajakku membakar jagung yang kami beli di penjual keliling tadi sore. Walaupun sebenarnya malas, aku sengaja ikut agar bisa bertanya-tanya tentang alat perekam itu pada Jay. Ya ... siapa tahu kalau larut malam ia akan memberitahu letak alat itu. Semacam deeptalk.
"Yang ini olesin sampe rata, Jo. Gosong nanti kalau nggak rata." Jay sibuk membakar jagung dan menjaga bara agar tetap hangat, sekaligus mengomeli aku yang tidak benar mengoleskan mentega pada jagung. Salah sendiri menyuruhku. Kan, aku sebetulnya memang tidak bisa. Hanya bisa makan.
"Iye, iye!" jawabku sinis sembari masih mengolesi satu jagung yang tersisa dengan margarin, kemudian dengan saos pedas. Untungnya kami sama-sama suka pedas, jadi semua jagung ini diolesi saos. Sejak kapan aku tahu kalau Jay suka pedas?
Selesai membakar jagung, Jay menyuruhku menggelar tikar di depan vila. Katanya kami akan memakan jagung di sana. Sedangkan ia membuat susu hangat. Heran, Jay selalu membuat susu tiap sarapan dan malam hari.
Tikar sudah digelar, aku menaruh nampan berisi empat jagung bakar itu di atas tikar. Jangan khawatir, halaman vila ini ditumbuhi rerumputan yang empuk seperti kasur. Jadi, kami tidak akan kotor oleh tanah.
Jay meletakkan nampan yang isinya dua gelas susu putih hangat tadi. Aku kira ia langsung duduk dan menikmati jagung bakar yang masih hangat, nyatanya ia berdiri lagi. "Mau ke mana?" tanyaku.
"Bentar, ada yang lupa." Jay buru-buru berlari memasuki vila. Entah apa 'lupa' yang ia maksud itu. Mungkin lupa mematikan kompor?
Tak beberapa lama kemudian, Jay kembali membawa dua buah bantal yang ia letakkan di ujung tikar. Wah, manusia seperti Jay ini memang benar-benar ajaib! Apa ia mau tidur di sini? Baguslah, aku tak perlu berbagi ranjang dengannya.
"Buat apa bawa bantal? Lo mau tidur di sini?" tanyaku heran.
"Habis makan jagung bakar enaknya rebahan sambil ngitung bintang." Jay kemudian duduk dan mengambil satu jagung lalu ia memakannya.
"Serah, deh." Aku kemudian tidak memperhatikan Jay lagi dan memakan jagungku.
Makin larut malam, udara pun semakin dingin. Untung saja ada susu hangat yang Jay buatkan untuk menghangatkan badan. Selesai meminum susu, Jay membaringkan diri di tikar. Tak lupa ia menata bantal untukku berbaring di sebelahnya.
Aku pun berbaring di sebelah Jay. Ia hanya diam dan menatap lurus ke langit. Entah apa yang sedang Jay pikirkan. Aku juga ikut diam dan memandang bintang yang gemerlap di atas sana. "Kamu seneng?" tanya Jay yang menoleh padaku.
Aku belum menoleh padanya karena tidak ingin kami saling menatap. Aku takut rasa cintaku makin dalam pada Jay. Bagaimanapun, jika misi ini berakhir, aku harus membunuhnya. Baru satu bulan pernikahan kami, aku bodoh sekali sudah jatuh cinta padanya—targerku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Shadow [On Going]
Misterio / Suspenso[STORY 8] GENRE: ROMANCE - THRILLER TEMA: MARRIAGE LIFE Berawal dari kebencian masa lalu, kini membawanya menjadi gadis yang penuh dendam dan amarah. Joanna Aurifa Stephany, seorang mahasiswa semester akhir yang juga merangkap sebagai pembunuh bay...