☠️33. Meet That Girl

31 3 1
                                    

☠️☠️☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☠️☠️☠️

Aku segera menghapus air mataku. Air mata tidak akan membuat kenyang. Aku meyakinkan diriku sendiri jika jatuh cinta hanya buang-buang waktu. Namun, aku tidak pernah bisa membuang perasaanku untuk Jay. Cinta tidak akan membuat perut kenyang.

Aku segera menghabiskan nasi dan udang gorengku. Sepertinya rumah utama masih sepi, karena semua orang pasti sedang di rumah sakit. Jessica memang selalu jadi pusat perhatian sejak dulu meski aku tidak terlalu mengikuti ketenarannya.

Kesempatan ini bisa aku manfaatkan untuk mencari perekam suara itu. Siapa tahu setelah Jessica sadar, ia akan segera menguasai keluarga ini dan memintaku keluar dari sini. Itu akan mempersulitku untuk mendapatkan apa yang aku cari.

Aku segera menghapus air mataku dan mengambil segelas air. Makanku tak aku habiskan, rasanya sulit untuk menelan makanan jika hatiku sedang kacau. Lagipula jika aku tak bergerak cepat, semua keluarga akan pulang tanpa aku sadari dan yang jelas itu membahayakan posisiku.

Bergegas aku keluar dari paviliun dan mengendap-endap memasuki kawasan rumah utama. Untuk memastikan aman, aku harus memutus kabel CCTV. Tempo hari aku meminta gunting khusus yang sering digunakan Revan untuk menyabotase CCTV. Untungnya aku sudah memikirkan ini dari jauh-jauh hari.

Aku mencari kabel dari komputer yang terhubung langsung dengan CCTV. Ada kabel kecil di belakang. Langsung aku potong tanpa pikir panjang. Untungnya kabel itu dilapisi pelindung, jadi tidak mengalirkan listrik. Tidak lupa juga aku menghapus rekaman CCTV barusan yang merekam aku saat masuk ke rumah ini. Aku harus pastikan semua aman.

Setelah mengahapus jejak digital itu, aku langsung menuju ruang kerja Papa yang aku tahu. Tidak menutup kemungkinan jika alat itu berada di sana. Namun, setelah aku pikir-pikir akan membutuhkan waktu lama jika aku mencarinya sendirian. Aku mengambil ponselku kemudian menelepon Revan. Semoga bocah itu tidak sibuk saat situasi seperti ini.

Panggilannya berdering, tetapi tidak kunjung diterima. Haish, pasti dia sedang ke bar, menikmati alkohol dan dikelilingi wanita-wanita berpakaian kurang bahan.

Suara tidak jelas kemudian muncul. Akhirnya Revan mengangkat panggilan dariku. "Halo, kenapa, Jo?" Suara Revan terdengar seperti orang bangun tidur. Suaranya terdengar lebih berat. Berarti aku sudah salah duga dengannya.

"Cepetan ke sini, rumah keluarga Jay sepi." Aku sedikit berbisik.

"Wih, santai, dong. Udah nggak sabar aja lo. Gue sengangenin itu, ya, eum?" Revan malah sedikit tertawa dan seakan mengejekku.

"Anjing, lo, ya! Nggak usah mikir mesum! Maksud gue itu, rumah Jay sepi artinya lo harus bantuin gue buat cari alat perekam suara itu. Enak aja lo santai-santai bangun tidur, sedangkan gue di sini pusing nyari barang sekecil upil!"

"Iya, iya! Otw gue, sabar, tunggu di situ." Revan kemudian mematikan panggilan telepon ini. Soga saja dia tidak lama, sebelum keluarga Jay pulang, yang ada aku akan tertangkap basah sudah memasuki rumah mereka tanpa izin.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang