☠️1. A Dark Past

154 18 11
                                    

☠️☠️☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☠️☠️☠️

"J-jangan bunuh saya, Nona. Kasihanilah saya, tolong. Anak saya masih butuh saya."

Rengekan seperti itu sudah sering terdengar di telingaku. Wajahnya yang memohon dengan sedih, keringat yang bercucuran, dan badan yang sedari tadi gemetar ketakutan. Cih, kau pikir aku Tuhan, yang bisa kau bujuk dengan mudah? Jika bukan demi pekerjaan, aku tak sudi mengotori tanganku dengan darah-darah kalian.

Dengan sekali sayatan yang kuberi pada lehernya, kini wanita ini sudah tidak bernyawa. Misi selesai, aku bisa pulang dengan tenang sekarang.

"Tante jahat! Tante yang bunuh mama aku, kan?!" Anak kecil yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba merangkul kakiku. Bocah yang usianya mungkin sekitar empat tahun.

"Iya, kenapa? Kau ingin menyusul ibumu?" tanyaku pada bocah tersebut. Bocah itu hanya diam dan terus menangis. "Kalau kau mau, mari kubantu. Ada kata-kata terakhir, pria kecil?" tanyaku sambil tersenyum bak malaikat pencabut nyawa.

"Tante tidak bisa seenaknya membunuhku dan ibuku! Tante jahat!" tangisnya semakin keras dan ia mulai memeluk kakiku dengan erat.

"Sayang sekali, karena kau sudah melihat wajahku, maka kau harus mati detik ini. Selamat menyusul ibumu, anak pemberani."

Penting bagiku untuk membunuh orang yang sudah melihat wajahku saat menjalankan misi. Tujuannya demi keselamatanku dan juga pihak agensi yang menaungi pekerjaanku ini.

Dorrr!

Satu peluru mendarat tepat di kepala bocah itu. Sudah dipastikan ia mati, detik ini juga.

"Selamat menikmati kematianmu." Aku tersenyum smrik, lalu pergi dari gedung ini, meninggalkan dua mayat yang tergeletak di sini. Gedung yang sudah terbengkalai, tetapi tidak ada satu pihak polisi pun yang bisa melacak keberadaanku.

Aku mulai menutup kepalaku dengan kupluk hoodie hitam, tak lupa pula menutupi wajahku dengan masker, lalu segera pergi dari sini.

"Bagaimana? Aman?" tanya seseorang dari baik earphone yang kukenakan.

"Beres," kataku sambil menuruni banyak anak tangga.

"Kalau begitu, cepat kembali ke markas," titahnya, lalu mematikan panggilan itu.

Aku segera menuju mobilku. Mengendarainya dan memecah kemacetan di kota yang bisa dibilang padat penduduknya ini.

Sekitar lima belas menit mengendarai mobil, aku sampai di sebuah rumah mewah yang menjadi markas pekerjaanku ini. Dari depan bahkan sudah disuguhi banyak sekali penjaga. Yang lebih hebatnya, markas ini tidak pernah diendus oleh polisi. Semua aman terkendali, karena kami punya trik khusus untuk mengelabuhi pihak kepolisian.

Aku kemudian berjalan menuju ruang kerja bos besar. Ia tengah asyik menikmati segelas kopi dan juga kue hangatnya.

"Ini bayaranmu. Seperti biasa, kau adalah berlian bagiku. Cek amplopnya, ada bonus yang kutambah." Ia memberiku amplop berwarna cokelat yang berisi banyak sekali uang berwarna merah.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang