☠️19. Mysterious Incision

26 3 1
                                    

Tandai kalau ada typo, ya.
.
.
.

Tandai kalau ada typo, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


☠️☠️☠️

"Revan, lo nggak papa? Ini lukanya dalem banget. Mana darah lo keluar terus!" Aku malah jadi panik saat mengecek pinggul Revan, darah yang mengalir dari bekas sayatan tadi ikut terkena di tanganku. Lukanya cukup dalam, mungkin ini harus dijahit.

"Nggak papa. Kita lanjut cari aja." Revan seolah berkulit baja yang tidak merasa sakit terkena luka sedalam itu.

"Tapi posisi kita nggak aman, Rev. Di sini ada orang lain. Mending kita keluar diem-diem." Aku berbisik untuk berjaga-jaga kalau-kalau memang orang itu masih ada di sini.

Aku membawa Revan keluar meski dia terus meringis kesakitan dan memegangi pinggulnya yang sekarang bersimbah darah itu. "Gue anter lo ke rumah sakit, ya?" tawarku pada Revan. Aku sekarang membantunya menuju mobil.

"Thanks, Jo."

Aku membantu Revan masuk ke mobil. Dia duduk di kursi sebelah bagian mengemudi dan aku yang mengemudikan mobilnya.

Di perjalanan, pikiranku hanya fokus pada satu masalah, yaitu siapa orang yang telah menyayat pinggul Revan? Apa jangan-jangan itu adalah Jay?! "Bengong aja, Jo," tegur Revan.

"Gue kepikiran orang yang tadi. Masa ada orang lain di rumah itu selain kita, sih? Soalnya kata Jay, semua orang ikut ngurus kasusnya Jessica."

Aku jadi teringat tentang bayangan hitam yang aku lihat di balik pohon di samping paviliun saat itu. Apakah itu adalah orang yang sama? "Mungkin, Jo. Kayaknya emang ada orang selain kita. Padahal selangkah lagi kita bisa dapetin benda itu." Revan seperti merasa kecewa.

"Udah, kita bisa lanjut besok-besok, yang penting luka lo dulu diobatin."

Tak lama kemudian aku menghentikan mobil di depan puskesmas terdekat. Revan tidak mau aku bantu, dia memilih berjalan sendiri ke dalam untuk mendapat penanganan. Akhirnya, aku hanya menunggu di mobil saja.

Lama aku menunggu, akhirnya Revan keluar juga dari puskesmas dan masuk lagi ke mobil. "Gimana? Parah nggak?" tanyaku padanya.

"Aman. Masa pembunuh bayaran sama luka gini doang langsung tumbang," ucapnya seolah itu adalah luka kecil.

"Gue anter lo pulang ke gedung agensi. Kita lanjutin misi besok." Aku segera melakukan mobil dengan kecepatan tinggi, kalau Jay sampai rumah dan aku tidak ada di sana, pasti dia curiga.

Di tepi jalan, aku melihat mobil milik keluarga Jay sedang berhenti di tepi jurang yang ada di sebelah jalan. Dihalangi garis polisi, mereka berdiri di sana sembari melihat tim sar bekerja. Bagus, ternyata mereka belum pulang. Namun, sayangnya di antara kerumunan orang itu aku tidak melihat Jay. Di mana laki-laki itu? Aneh, calon istrinya hilang, dia malah senang sampai-sampai tidak ada di sana.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang