☠️34. See U, Jay

111 5 7
                                    

☠️☠️☠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☠️☠️☠️

Malamnya aku terpaksa menuruti ajakan Jay untuk datang ke makan malam yang ada Jessica di dalamnya. Meski aku senang dia telah sembuh, tetap saja pasti aku akan cemburu jika perhatian Jay lebih besar padanya.

Aku memakai dress yang sama saat pesta pernikahan Jay kala itu. Dress merah yang warnanya persis seperti darah. Semoga ini bisa membuatku percaya diri.

"Jo? Udah siap?" Jay mengetuk pintu kamarku. Aku segera merapikan rambutku dan sedikit menggunakan parfum.

Setelah selesai, aku keluar dari kamar. Di depan pintu sudah ada Jay yang tangannya mengepal dan ingin mengetuk pintu lagi. Namun, saat aku keluar, Jay menurunkan tangannya dan diam memandangku dengan tidak berkedip. "Cantik banget istri aku malam ini."

Rasanya aku ingin terbang, tetapi aku hanya bisa diam sembari memasang wajah datar. Hampir saja aku tersenyum. "Cepetan. Lebih cepat lebih baik. Gue pengen segera pulang. Males lama-lama." Aku menarik tangan Jay dengan paksa. Dia hanya pasrah dan mengikutiku.

Kami sampai di depan rumah utama. Kata Jay kami langsung ke ruang makan saja, karena nanti akan ditunggu di sana.

Sampai ruang makan, hanya ada Rehan saja. Bocah itu duduk sembari mengemil keripik singkong yang ada di toples besar. Astaga, dasar bocah! "Kak Jo, sini!" Rehan melambaikan tangannya memanggilku.

Aku dan Jay duduk bersebalahan di seberang Rehan. "Udah lama lo?" tanyaku pada bocah itu.

"Udah dari tadi, Kak. Sampe lumutan gue nungguin. Kak Jessica masih di kamar. Oma, Mama, sama Tante Lily lagi ada tamu benar katanya."

Jay langsung memasang wajah heran. "Tamu? Siapa?" tanya Jay.

"Tukang benerin CCTV, bang. Kabelnya kepotong kayak waktu itu. Aneh, kan?"

Aku juga langsung memasang wajah kaget agar mereka tidak curiga. "Kepotong lagi? Terus ada yang ilang nggak?" tanya Jay.

"Nggak ada, sih, Bang. Aneh banget! Malingnya gabut kali, ya. Masa ngerampok nggak ngambil apa pun, cuma mutusin kabel doang." Rehan mengoceh lebih curiga sembari memakan banyak keripik singkong di mulutnya. "Bang Revan ajakin ke sini lagi, dong, Kak Jo. Asik tau main sama dia."

"Dia nggak sebaik yang lo kira." Aku memperingatkan Rehan agar ia berjaga-jaga. Revan bisa membawa pengaruh buruk untuk bocah seusianya yang masih labil.

"Nggak apa-apa, sih. Yang penting dia asik," balas Rehan tak mau kalah. Ya, sudah kalau ada apa-apa jangan salahkan aku!

Tak lama kemudian Oma, mamanya Jay, Tante Anita dan juga Jessica datang. Oma tampak menggandeng Jessica yang terlihat masih sempoyongan berjalan. "Kak Jes, duduk di sini!" Rehan melambai dan memanggil Jessica. Dia juga menarikkan satu kursi di sampingnya untuk Jessica.

Dengan perlahan bak putri solo, Jessica duduk di kursi yang disiapkan oleh Rehan. "Makasih, Re." Jessica tersenyum pada Rehan. Suaranya sangat lembut, tidak sepertiku yang macam preman pasar.

Midnight Shadow [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang