13. Penculikan

2.9K 163 6
                                        

"Kenapa kita harus menghadiri acara anak remaja seperti ini?" Alfa terus mengeluh kepada Alfan, sang adik kembaran.

Hal ini juga terjadi gara-gara sang ayah yang tiba-tiba malas pergi. Katanya Alfa dan Alfan jauh lebih banyak membutuhkan relasi.

Setelah tahu titik lokasi akurat Byan ada di mana, sang ayah kembali memindahkan perusahaan utama di Bandung. Sembari mencari Byan dengan mudah. Sebenarnya sudah tidak banyak juga bisnis mereka di Jakarta, mengingat mereka juga sempat pindah negara.

Alfan yang sudah jengah ingin mengambil plaster, untuk menutup rapat mulut kakaknya. Sayangnya Tuhan memberikan takdir Alfa lahir lebih dulu, jadi melawan sang kakak adalah dosa.

"Terima saja, lagi pula acara untuk anak muda dan pria dewasa berbeda," jawab Alfan yang kesabarannya memang terkenal sangat tebal.

Alfa hanya mendegus, menatap jalanan padat di kota Bandung. Gara-gara acara ini Alfa harus sampai membeli baju santai yang cukup elegan untuk dibawa ke pesta. Ini adalah undangan kolega bisnis mereka yang sedang merayakan ulang tahun anaknya yang ketujuh belas.

Saat memikirkan seorang remaja, Alfa malah teringat dengan sang adik. Byantara Praja, bagaimana dia tumbuh selama ini menjadi remaja, dan kini usianya sudah hampir dua puluh tahun.

"Alfan, waktu itu kamu bercerita dengan bangga kalau sudah berhasil masuk kekosan Byan. Tapi kenapa sampai sekarang  anaknya belum berhasil kamu bawa pulang?" Alfa tiba-tiba bertanya hal yang sudah lewat.

Alfan yang mendengar protesesan kakaknya hanya menghela napas kasar. "Beberapa kali aku ke kosan itu tapi dalam keadaan kosong. Terakhir kali aku hanya melihat motor Byan yang telah berlalu pergi," jawab Alfan yang cukup frustasi mencari cara untuk membawa Byan pulang.

Tapi sang kakak yang mendengar alasan adiknya langsung merasa ganjil. "Lalu kenapa kamu bisa masuk waktu itu?"

Karena jika Alfan bisa masuk, itu artinya sang tuan rumah menyambut dengan baik. Karena Byan mungkin saja memaafkan Alfan.

Tapi jawaban Alfan malah membuat Alfa tercenggang.

"Waktu itu aku pura-pura pingsan, tapi dua menit kemudian ketahuan. Saat menunggu Byan pulang dia tidak muncul hingga keesokan harinya."

"Bodoh," komentar Alfa yang membuat emosi Alfan tersulut.

Enak saja anak emas sepertinya dikatai bodoh.

"Dari pada Kakak, selalu ditipu oleh Byan kalu ketemu." Ucapan Alfan adalah seratus persen fakta, jadi sang kakak hanya bisa meringis.

Tidak disangka mereka akhirnya tiba di tempat acara. Rumah megah dan mewah cukup membuat mereka terkagum. Apalagi melihat hiasannya yang terlihat begitu mahal.

Semua orang dewasa memakai pakaian semi formal, sementara untuk remaja bergaya sesuai kenyaman atau ada anak orang kaya yang menggunakan pakian kekinian.

Alfa dan Alfan tidak peduli, dia masuk ke dalam ruangan yang ternyata telah diberi sekat. Sebelah kanan untuk remaja, dan sebelah kiri untuk orang dewasa.

Alfa yang mematung ditengah-tengah jalan membuat Alfan merasa binggung. Bukannya mereka langsung belok ke kiri.

Namun, tangan Alfa memberi kode ke kanan. Di mana terlihat ada panggung kecil dengan seorang penyanyi remaja sedang mempersembahkan lagu.

Mata Alfan langsung membulat sempurna. Itu adik mereka, Byan. Anak itu terlihat mempesona dengan pakaian santai sambil membawa lagu tentang cinta.

"Anak yang malang, karena hari ini dia bertemu denganku," ucap Alfa yang malah memasuki acara untuk anak remaja. Otomatis Alfan juga ikut, ingin memperhatikan lebih banyak, Byan sedang manggung.


***
Byan merasa ada yang aneh selama detengah jam ini. Ada perasaan was-was dalam dirinya. Byan juga sangat gelisah karena rasanya sepasang mata tengah mengawasinya.

Tempat yang biasanya khusus remaja juga penuh dengan orang-orang dewasa yang penasaran dengan acara pertunjukannya. Padahal Byan manggung diacara semi formal seperti ini sudah cukup sering.

Takut kegelisahannya ditangkap oleh penonton, Byan lebih menikmati lagu lagi. Kali ini Byan memetik gitarnya untuk lagu yang lebih menjiwai.

Sekitar lima menit, dan akhirnya waktu Byan manggung telah selesai. Ia buru-buru turun panggung dan memakai penyamarannya.

Seorang pengurus acara langsung mengawal Byan untuk keluar dari rumah itu lewat pintu belakang. Byan merasa hari ini akan pergi ke aparteman Dhafin saja. Makannya Byan berhenti sebentar untuk mengirim pesan.

Byan memandang lagi kesekitar, bulu-bulu badannya berdiri saat merasakan seseorang mengikutinya. Jadi Byan semakin bergegas ke parkiran.

Belum sempat Byan mengambil kunci di saku celananya, seseorang tiba-tiba menyeret Byan ke parkiran mobil. Byan membrontak, ingin lari atau minimal meminta pertolongan. Tapi satu orang dari dua orang yang menangkap Byan malah berbisik.

"Ini Kakak kembar kamu, jadi diam saja."

Byan semakin menegang, tidak sadar kalau Alfa dan Alfan telah berhasil membawanya masuk.  Byan ditempatkan di pangkuan salah satu dari keduanya, agar lebih mudah menahan tangan Byan di belakang punggung, serta membekap Byan agar tidak bersuara.

Musuh utama Byan adalah baik mobil, karena dalam waktu beberapa menit dia akan tertidur pulas apapu kondisinya. Dan disaat keadaan genting seperti ini Byan malah merasa mengantuk berat.

Di sisi lain Alfa, orang yang menahan Byan ternyata menyadari itu. Perlahan dirinya mengendurkan cengkaram tangannya, membiarkan Byan tidur lebih nyaman.

Lilin Kecil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang