Chapter 6

170 25 0
                                    

" ..... " (percakapan)
' ..... ' (telefon)


Waktu berlalu dengan cepat. Sudah hampir 1 bulan Xia Zhiguang di kawasan hutan ini untuk melakukan penelitian dan sudah sekitar 3 pekan Junjie menemaninya di sini. Tidak ada kejadian aneh lainnya, semua berjalan dengan lancar.

Tetapi tidak untuk saat ini.

Dering ponsel bergema, sang pemilik pun mengambilnya dan melihat ID orang yang menelefonnya. Tertera tulisan 'Ibu' di sana. Zhiguang pun mengangkat panggilan telefon itu.

"Halo, Ibu, ada apa tiba-tiba menelefon?"

'Halo anakku, apakah ibumu ini tidak boleh menelefon anaknya yang bahkan tidak memberi kabar sejak lama sekali?', jawab sang ibu sedikit kesal mendengar kalimat pertama yang dikatakan anaknya setelah sekian lama tidak berkabar.

Ya lama tidak berkabar, bahkan mungkin Xia Zhiguang sudah melupakan bahwa ada sebuah benda elektronik untuk berkomunikasi bernama ponsel. Di samping kesibukannya dalam penelitian, sisa harinya ia habiskan dengan berbincang dengan Junjie yang ternyata begitu paham dengan berbagai jenis tanaman. Sangat cocok untuk menjadi partner berdiskusi mengenai penelitian yang sedang ia lakukan.

"Maafkan aku ibu, aku begitu sibuk sampai lupa untuk mengabari kalian."

'Tidak akan Ibu maafkan jika kamu tidak mengizinkan kami untuk mengunjungimu di sana.'

"Apa? Kalian akan ke sini? Kapan?", Zhiguang sedikit terkejut dengan jawaban ibunya.

'Besok.'

"APA? Ah maaf, tapi kenapa mendadak sekali?", Zhiguang terkejut tentu saja!

'Kenapa kamu terdengar begitu terkejut? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan di sana yang membuatmu bahkan lupa menghubungi kami?'

"Tidak, tidak ada. Apa yang bisa ku sembunyikan di sini. Apa kalian sungguh-sungguh akan datang besok?"

'Tentu saja. Apa kamu membutuhkan sesuatu untuk kami bawa ke sana? Bagaimana dengan bahan makanan?'

"Tidak ada dan tidak perlu, aku baru kemarin berbelanja, jadi bahan makanan masih ada begitu banyak."

'Sungguh?'

"Sungguh"

'Baiklah jika kamu tidak perlu apa pun, ibu masih ada keperluan setelah ini. Jangan lupa, besok kami berangkat dan mungkin akan sampai lusa pagi.'

"Baik, Ibu, sampaikan salamku untuk ayah. Kalian berhati-hatilah di jalan besok."

'Baik. Sampai jumpa lusa, anakku.'

"Sampai jumpa lusa, Ibu."

Setelah panggilan telefon berakhir, Zhiguang bergegas mengambil kunci mobil dan dompetnya -yang berisi uang dan kartu ATM- dan mencari Junjie yang ternyata sedang duduk di sofa menonton siaran televisi. Segera ia matikan televisi dan menarik Junjie menuju pintu depan memilihkan sepatu untuk Junjie pakai.

"Xia Zhiguang? Ada apa? Kita mau kemana?", tanya Junjie bingung.

"Kita ke supermarket sekarang."

"Ah? Kenapa buru-buru sekali? Apa ada yang kau butuhkan segera? Kenapa mengajakku?" 

Oke, terlalu banyak yang Junjie tanyakan. Maka dengan sedikit rasa tenang yang tersisa dan kesabarannya, Zhiguang menghentikan sejenak langkahnya untuk berbalik dan menatap Junjie.

"Ya, banyak yang ku butuhkan dan aku perlu bantuanmu untuk membantuku membawanya", setelah itu Zhiguang melanjutkan langkahnya menuju garasi mobil dan mengeluarkan mobil sedan putihnya ke depan rumah, menjemput Junjie.

-----

Setelah berkendara selama lebih dari 10 menit dengan kecepatan sekitar 70 km/jam, akhirnya mereka sampai di supermarket terdekat.

Tujuan pertama Zhiguang setelah memarkirkan mobilnya adalah toko pakaian.

Saat sampai di bagian pakaian, Zhiguang langsung menghampiri sales dan memintanya mencarikan beberapa setelan pakaian untuk ukuran Junjie.

"Untukku? Kenapa? Ku rasa pakaianmu tidak ada masalah saat ku pakai." Sadar bahwa namanya di sebut, Junjie pun bertanya.

Ya ya ya, kalian tidak salah membacanya. Selama ini pakaian yang dikenakan Junjie adalah pakaiannya Zhiguang karena satu-satunya pakaian yang ia punya memiliki beberapa sobekan akibat lukanya saat ditemukan Zhiguang di hutan dan mereka tidak ada waktu untuk pergi ke supermarket karena jaraknya yang cukup jauh. Di samping itu, Zhiguang juga tidak keberatan.

Tapi situasi kali ini berbeda, orang tuanya akan datang. Apa yang akan mereka katakan jika melihat orang lain tinggal bersama anak mereka di tengah hutan dan memakai pakaian anak mereka? Zhiguang sungguh tidak ingin memikirkannya!

"Tidak apa-apa, aku ingin kau punya pakaianmu sendiri. Aku merasa bersalah karena kau selalu memakai punyaku."

Sebelum Junjie akan berbicara untuk menjawabnya, Zhiguang berpura-pura untuk sibuk memilihkan pakaian untuk Junjie. Dan akhirnya mereka membeli beberapa setelan pakaian untuk Junjie

Tujuan selanjutnya adalah berbelanja bahan makanan.

Xia Zhiguang berbohong. Tentu saja. Di samping ia tidak ingin merepotkan orang tuanya, ia juga ingin segera menyelesaikan panggilan telefon itu. Sungguh durhaka bukan? Semua itu ia lakukan agar ia bisa membawa Junjie untuk membeli kebutuhannya sendiri seperti pakaian ini. Toh mereka juga bisa merencanakan apa yang akan mereka masak dan makan saat tiba di rumah dengan berbelanja bersama.

Karena waktu sudah cukup sore, maka setelah mereka -Zhiguang- membayar barang belanjaan mereka, mereka sepakat untuk menuju restoran di dalam supermarket sebelum mereka pulang.

Saat sedang berjalan menuju letak restoran berada, Zhiguang merasakan bahwa Junjie berhenti berjalan. Dilihatnya Junjie menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya berada di masing-masing sisi kepalanya. Zhiguang pun segera menghampirinya.

"Junjie, kau baik-baik saja?", tanya Zhiguang khawatir.

Tidak ada jawaban dan Junjie masih dalam posisi seperti itu, tidak ada pergerakan.

"Junjie?", panggilnya lagi.

Kali ini, Junjie mengangkat kepalanya, matanya menatap Zhiguang.

Mata itu, bola mata berwarna biru dan merah yang ia lihat di malam saat Junjie pingsan. Mata itu kembali lagi diiringi dengan senyuman yang membuat siapa saja yang melihatnya akan merasakan merinding di seluruh tubuh.

Xia Zhiguang tertegun. Namun itu tak bertahan lama saat ia melihat Junjie hampir jatuh di atas keramik supermarket. Dengan segera ia melepas kantung belanja yang ia pegang sedari tadi dan menangkap tubuh Junjie.

"Junjie, Junjie", panggilnya dengan nada panik sambil menepuk punggung Junjie. Posisi mereka saat ini adalah Zhiguang menjadikan dirinya sandaran agar tubuh Junjie tidak jatuh, 1 tangannya berada di pinggang Junjie dan tangan lainnya berada di punggungnya.

Di lihat dari mana pun posisi ini terlihat seperti Zhiguang memeluk Junjie! Tapi apa peduli, Zhiguang hanya peduli pada Junjienya.

Dirasanya bahwa Junjie sudah mulai sadar dan segera menegakkan tubuhnya, Zhiguang pun bertanya.

"Kau baik-baik saja?"

"Ada apa denganku?"

"Kau hampir jatuh tadi. Apa kau baik-baik saja?", tanyanya lagi.

"Aku tidak apa-apa sekarang."

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tau, tiba-tiba kepalaku sakit dan semuanya gelap."

Mendengar jawaban Junjie, Zhiguang menyimpulkan bahwa Junjie tidak menyadari apa yang baru saja terjadi.

"Sekarang, kau masih ingin makan atau ingin segera pulang?", tanya Zhiguang mengonfirmasi.

"Kita makan saja dulu agar saat sampai di rumah bisa langsung beristirahat. Aku tau kau juga lelah."

"Baiklah."

Junjie tidak salah, dirinya juga memang sudah lelah setelah berbelanja walau hanya pakaian dan bahan makanan. Akhirnya mereka pun pergi ke restoran untuk makan sebelum pulang ke rumah.

Fallen to You  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang