Chapter 33

91 13 0
                                    

2 tahun sudah terlewati sejak pertemuan antara Xia Zhiguang dan para raja alam lain di ruangan rumah sakitnya tanpa Zhiguang sendiri sadari. Tidak ada hal spesial yang ia rasakan dikehidupannya tanpa Junjienya. Orang tuanya yang tidak mengingat Junjie terus saja menginginkan dirinya untuk menikah di usianya yang baru 26 tahun.

"Guang, apakah kamu benar-benar belum ingin menikah? Setidaknya agar usiamu tidak begitu tua saat kamu memiliki anak nanti. Dan lagi, kami juga ingin melihat cucu kami nanti." Ucap ibunya pada suatu hari.

"Ibu, aku ingin fokus pada pekerjaanku saat ini terlebih dahulu. Jika aku tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, akan makan apa istri dan anakku nanti? Juga, kalian pasti akan melihat cucu kalian berapa pun usia saat aku menikah nanti ya. Jadi sekarang Ibu jangan terlalu memikirkannya." Jawab Zhiguang meyakinkan sang ibu.

"Setidaknya berkencanlah dengan seseorang. Untuk apa ketampananmu ini kamu gunakan jika tidak untuk berkencan? Atau kamu sebenarnya sudah ada kekasih baru? Tidak mau memperkenalkannya pada kami?" Ibunya ini cerewet sekali.

"Ibu, saat ini aku tidak sedang berkencan dengan siapa pun, tapi hatiku sudah ada yang memiliki jadi Ibu tidak perlu khawatir. Aku akan membawanya ke sini saat ia sudah kembali."

"Ah? Tidak berkencan tapi sudah ada pemilik hati? Apakah salah satu dari mantan-mantanmu? Dan apakah dia berada di luar negeri sekarang?" Tidak ada habisnya ibunya ini menebak.

"Sudah sudah, Ibu akan tau jika saatnya tiba."

-----

Hingga saat ini pun Zhiguang masih terngiang oleh ucapan kedua raja alam lain itu yang mengatakan dirinya hampir mati saat itu. Walaupun mereka mengatakan bahwa dirinya selamat, namun kenyataannya hatinya sudah mati di bawa pergi Junjienya. Selama ini ia merasa ia hanya melakukan semua aktivitasnya hanya untuk memperlihatkan eksistensinya sebagai manusia. Melakukan hal yang sama setiap harinya. Benar-benar membosankan.

Beberapa hari terakhir ini Zhiguang memilih untuk kembali tinggal bersama orang tuanya di mansion keluarga Xia. Alasannya karena jika ia menetap di sana, ia akan terus memimpikan Junjienya dan berakhir tidak memiliki semangat untuk melakukan apa pun selain kembali tidur, berharap kembali bertemu dengan Junjie dalam mimpinya.

Zhiguang rindu Junjie. Rindu kelembutannya. Rindu manjanya. Rindu pelukan hangatnya. Rindu ciumannya. Rindu saat-saat bahagianya bersama Junjienya. Zhiguang sangat merindukan Junjienya.

Semua hal tentang Junjienya masih membekas dalam raganya yang memaksanya untuk tetap mengingatnya. Segel-segel pada tubuhnya dan pelindung di rumahnya dan mansion keluarganya, mereka masih di sana dan tidak hilang. Setidaknya hal itu Zhiguang jadikan sebagai keyakinan bahwa Junjie akan kembali padanya.

Darah Junjie yang masih mengalir dalam nadinya benar-benar memenjarakan jantungnya untuk hanya berdetak untuk Junjienya.

Walaupun Zhiguang masih bisa melihat iblis dan beberapa malaikat di sekitarnya, tapi ia tidak pernah bertemu dengan Ruogu maupun Menglin, menghubunginya apalagi. Mungkin mereka benar-benar dalam masa hukuman dan pembinaan. Tapi bukankah ini sudah terlalu lama?

Jika mereka berdua memiliki alasan untuk tidak kembali ke dunia manusia, lalu apa alasan Junjienya hingga selama ini tidak kunjung kembali?

Apakah dia masih tidak sadarkan diri?

Tidur berapa lama yang dia butuhkan?

Tidak bisakah dia tidur di sisinya?

Tidakkah dia merindukannya seperti Zhiguang merindukannya?

Bagaimana jika dia melupakannya?

Apa yang akan ia lakukan jika Junjienya melupakan dirinya?

Pikiran-pikiran yang selalu Zhiguang ucapkan pada dirinya sendiri di setiap harinya tanpa ada yang bisa menjawabnya.

-----

Pada akhirnya hal terburuk dalam hidupnya tiba. Para segel dan pelindung itu sedikit demi sedikit mulai pudar, hanya menyisakan tanda samar.

Zhiguang kembali merasakan hatinya hancur. Inikah saatnya ia mengucapkan selamat tinggal pada Junjienya seperti yang para raja alam lain katakan padanya dulu? Apakah kedua jiwa Junjienya pada akhirnya menolak untuk bersatu kembali? Akankah dirinya, pada akhirnya juga, menyerah menunggu Junjienya?

Zhiguang menangis. Menangis untuk pertama kalinya setelah sekian lama, sendirian, di rumah penuh kenangannya dengan Junjienya. Ia tidak tau akan melakukan apa setelahnya. Hidupnya untuk menunggu Junjienya kembali. Hatinya menunggu untuk kembali merasakan hangatnya cinta dari Junjie.

Dirinya tidak tau kepada siapa ia bisa mengadu, kepada siapa ia bercerita di saat semuanya hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.

Maka Zhiguang tetap menghitung hari dimana ia menunggu Junjienya kembali sampai semua tanda yang Junjie tinggalkan dan hanya dirinya yang bisa melihatnya benar-benar menghilang, lenyap bersama harapannya.

Dan tepat 1 hari sebelum 3 tahun penantiannya, dirinya bersiap untuk mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya pada penantiannya dan pergi ke rumah di mana menyimpan banyaknya kenangan mereka.

Namun begitu ia membuka pintu itu, tiba-tiba saja angin sejuk menerbangkan segala kerinduannya. Suaranya yang hanya bisa ia dengar dalam mimpinya selama ini, akhirnya bisa kembali ia dengar secara nyata.

"Selamat datang kembali ke rumah."







---------- TAMAT ----------

Fallen to You  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang