Peringatan!
Chapter mengandung aksi vulgar dan tidak pantas untuk anak di bawah umur. Harap bijaklah dalam memilih bahan bacaan.
Bagi yang sudah cukup umur, selamat membaca.Hari ini adalah hari yang sama seperti biasanya. Karena ia sudah tidak sering pergi ke universitasnya -ia pergi hanya untuk bimbingan- Zhiguang mulai sibuk dengan persiapan pengalihan pewaris perusahaan bisnis keluarga Xia.
Zhiguang baru saja keluar dari perusahaan ketika langit sudah gelap. Beberapa langkah sebelum ia mencapai mobilnya, ponselnya bergetar menandakan seseorang tengah mencoba menelefonnya. Ia pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan melihat id penelefon, itu adalah Junjie, kekasihnya. Maka Zhiguang segera mengangkatnya.
"Sayang, ada apa?" Sebenarnya kekasihnya ini sangat jarang menelefonnya duluan. Dia lebih sering menggunakan fitur chat untuk memberitahu apa yang sedang dia lakukan.
Cukup lama sejak Zhiguang menjawab panggilan itu, namun tidak ada suara dari seberang sana. Ia mulai khawatir.
"Junjie? Sayangku? Kau di sana?" Zhiguang mencoba sekali lagi.
'Guang... tolong...'
Akhirnya orang di seberang sana menjawab panggilannya. Tapi suaranya lirih, sangat lirih jika tidak di dengar baik-baik. Untung saja di tempat parkir ini suasananya sepi, jadi Zhiguang mendengarnya cukup baik.
"Junjie, kau kenapa? Ada apa?" Mendengarnya membuat pemuda Xia ini semakin khawatir.
'Tolong... ku mohon... tolong aku...'
Perkataannya terputus-putus seperti dia memaksa dirinya untuk berbicara.
"Baik, baik. Tunggu aku. Aku akan pulang sekarang". Tanpa membuang waktu, Zhiguang berlari menuju mobilnya dan segera meninggalkan gedung perusahaannya. Syukurlah jalanan malam tidak begitu sibuk.
Sesampainya ia di rumah, ia segera mematikan mesin dan membawa kuncinya masuk dengan tergesa.
Begitu masuk, Zhiguang sungguh sangat terkejut. Lantai rumahnya memiliki bercak darah dimana-mana. Karena begitu khawatir, ia segera mencari keberadaan Junjie.
Dengan bermodalkan jejak darah, Zhiguang sampai di depan pintu kamar mandi luar yang tak terhubung dengan kamar mana pun. Begitu masuk, ia melihat Junjie duduk dengan menyandarkan tubuh dan kepalanya ke dinding di bawah aliran air shower tanpa melepas pakaiannya. Ponselnya berada di wastafel, mungkin setelah menelefonnya, ia langsung berada di sana. Zhiguang pun segera menghampiri kekasihnya.
"Junjie sayang, sadarlah. Junjie!" Ucapnya panik. Zhiguang sudah tidak peduli jika pakaiannya ikut basah terkena aliran air itu.
Kali ini Zhiguang tidak menunggu respon dari kekasihnya itu. Ia langsung mencium bibir Junjie dan memaksanya membuka mulutnya, mencoba memberikan energi sebanyak yang ia bisa berikan.
Tak lama ia melihat Junjie mulai membuka matanya. Kali ini Zhiguang tidak bisa mendefinisikan mata itu. Warna mata itu terlalu gelap, tidak seperti biasanya yang berbeda warna biru dan merah maupun coklat.
Di saat Zhiguang masih tertegun dengan warna matanya yang baru, tiba-tiba saja Junjie mendorong tubuhnya untuk berbaring di lantai kamar mandi dan dia menaiki tubuh Zhiguang tanpa melepas ciuman itu.
Ciuman Junjie terkesan begitu tergesa-gesa seperti mencoba mencari apa yang dia inginkan -energi Zhiguang- dan Zhiguang membalasnya dengan ciuman yang cukup kasar membuat Junjie tanpa sadar mendesah. Itu bertahan cukup lama hingga mereka benar-benar membutuhkan ruang untuk bernafas.
"Tidak cukup. Ini tidak cukup. Aku ingin lebih. Aku ingin lebih."
Zhiguang mendengar kekasihnya mengucapkan itu. Setelahnya, entah sadar atau tidak, ia merasakan tangan Junjie meremas benda diselangkangannya, membuat Zhiguang menggeram rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen to You ✔️
Fiksi PenggemarBertemu dengan orang asing entah dari mana di dalam hutan. Bagaimana Xia Zhiguang menyikapi hal tersebut? Dan siapa sebenarnya orang yang ia temukan itu? Apa alasannya datang ke hutan itu?