Chapter 24

125 18 0
                                    

Saat ini Xia Zhiguang sedang membantu menurunkan barang milik makhluk yang akan tinggal bersama mereka. Ya, mereka akhirnya tinggal bersama, bertiga dengan anak raja iblis itu. Sungguh ia tidak mengingat kenapa semua ini berakhir seperti ini. Tapi demi Junjienya, ia bisa apa?

"Rumahmu cukup luas, ge." Puji Ruogu pada Zhiguang, diabaikan. Yah dia juga tidak peduli diabaikan, yang penting balas dendamnya selesai. Salah siapa mengabaikan niat baikku dulu, hm.

"Kemarikan tanganmu." Kata Junjie pada Ruogu. Ruogu pun mengulurkan tangan kanannya dan Junjie menggenggamnya. Seketika ada tanda segel merah di jari kelingking anak itu.

"Untuk apa itu?" Zhiguang bertanya pada kekasihnya.

"Untuk melewati pelindung ini tentu saja. Dia iblis, jika dia menerobos masuk maka dia akan menerima beberapa luka dan tenaganya juga akan cepat habis." Jawab Junjie dan mereka pun masuk ke dalam rumah.

-----

Kedatangan anak raja iblis itu sungguh suatu bencana bagi Xia Zhiguang. Bagaimana tidak? Sejak kedatangannya itu, dia selalu menempel pada Junjienya, melakukan apa pun agar mendapat perhatian. Entahlah, barangkali dia memang kurang kasih sayang dari orang tuanya yang katanya baik hati itu. Tapi hal itu membuat waktunya dengan sang kekasih semakin menipis di samping kesibukannya setelah mengambil alih perusahaan keluarganya.

Zhiguang sabar, sabar sekali, awalnya. Hingga saat ia ingin mengajak kekasihnya berlibur di hari liburnya yang berharga, anak itu mendahuluinya dan meminta Junjie untuk menemaninya berlatih.

Mereka berdua memang cukup sering berlatih, hanya Ruogu saja sebenarnya karena Junjie hanya akan memantau atau sesekali bertarung melawannya untuk menguji kemampuan berlatihnya, itu semua yang kekasihnya katakan. Zhiguang pernah menawarkan diri untuk melihat cara mereka berlatih dan bertarung, namun kekasihnya melarangnya dan mengatakan itu cukup berbahaya untuk di dekati oleh manusia. Dan mereka akan pergi dengan sayap mereka ke tempat yang bahkan dirinya tidak tau dimana. Setidaknya kekasihnya pulang dalam keadaan baik-baik saja. Zhiguang mana peduli dengan anak itu, bahkan ia akan cukup puas bila anak itu pulang dengan beberapa luka.

Mungkin latihan ini juga akan berguna untuk Junjie kedepannya sehingga ia tidak pernah menolak ajakan itu dan Zhiguang tau akan hal itu. Tapi melihat Zhiguang berhenti di tengah jalan saat akan menghampirinya membuat dia tidak segera menjawabnya.

"Guang, ada apa?" Tanya Junjie.

"Oh, kalian akan berlatih lagi hari ini?"

"Mungkin. Apa kau perlu sesuatu?"

"Tidak, aku tidak perlu apa pun. Kalau begitu, aku akan melakukan hal lain. Kalian berhati-hatilah dan semangat berlatih". Setelahnya, Zhiguang pergi ke ruang kerjanya dan menyibukkan diri. Tidak ingin banyak berpikir, Junjie mengiyakan ajakan Ruogu untuk berlatih.

Itu yang Junjie katakan. Tapi selama Ruogu berlatih, pikirannya masih memikirkan perkataan kekasihnya tadi. Tidak biasanya Zhiguang seperti itu. Maka dengan pertimbangan beberapa hal, Junjie menghentikan latihan kali ini dan mengajaknya untuk pulang. Namun saat dia berbalik, anak itu memanggilnya.

"Junjie gege." Panggil Ruogu.

"Hmm?" Jawabnya sambil kembali menghadap Ruogu.

"Apa menurutmu aku terlalu mengganggu waktu kalian berdua?"

Junjie tidak begitu paham dengan pertanyaan itu. Waktu kebersamaan mereka memang semakin sedikit karena kedatangan Ruogu dan kesibukan Zhiguang, tapi hari-hari sebelumnya pun tidak jauh berbeda dengan ini jadi dia hanya menjawab seadanya.

"Tidak. Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Tidak ada, ku pikir Zhiguang gege membutuhkan sesuatu maka cepatlah kembali. Aku akan berlatih sedikit lebih lama lagi sendiri."

"Baiklah. Tolong jangan begitu keras pada dirimu sendiri dan ingat untuk istirahat". Nasehatnya sebelum pergi meninggalkan tempat mereka berlatih dan kembali pulang.

-----

Sesampainya di rumah, Junjie mencari keberadaan kekasihnya itu yang ternyata masih berada di ruang kerjanya. Begitu masuk, dia melihat bahwa Zhiguang sedang tidur bersandar pada kursinya. Sinar mentari siang yang panas menyorot melalui jendela yang besar ke seluruh ruangan. Tidak ingin sinar itu mengganggu istirahat kekasihnya, Junjie menutup tirai itu lalu berjalan mendekati Zhiguang, membangunkannya. Setidaknya ia harus beristirahat di dalam kamar agar nyaman.

"Guang, hei bangunlah. Istirahatlah di kamar. Di sini tidak nyaman untuk tubuhmu". Ucapnya dengan lembut.

Dia terkejut saat Zhiguang menariknya, membuat dia duduk di pangkuannya.

"Kau sudah pulang?" Tanya Zhiguang dan hanya di jawab dengan humm oleh kekasihnya. Ia pun memeluk pinggang Junjie dan menempelkan hidungnya di ceruk leher sang kekasih.

"Aku merindukanmu". Lanjutnya.

Junjie pikir Zhiguang saat ini sedang kesepian, sama seperti saat dia di minta untuk menemani nyonya Xia berbelanja beberapa kali sehingga mengabaikan pemuda Xia itu. Maka Junjie pun balik memeluk Zhiguang agar kekasihnya itu sedikit tenang.

Namun tak lama Junjie membalas pelukan itu, dia merasakan gigitan dan hisapan kuat di lehernya membuatnya mendesis dan tanpa sadar meremat pakaian Zhiguang.

"Sayang..." bisiknya tepat di telinga Junjie, merasakan helaan nafas panas menyapu daun telinganya dengan nada yang begitu rendah dan halus.

"...Kau ingin melakukannya?" Pertanyaan yang tidak berguna sebenarnya karena yang ia lakukan setelahnya adalah menjilati daun telinga dan leher Junjie, memberikan rangsangan pada kekasihnya itu.

Entah kapan terakhir kali mereka melakukannya. Salah satu alasannya adalah keberadaan anak itu, bagaimanapun dia adalah iblis, ketajaman indranya tentu berbeda dengan manusia biasa sehingga Junjie tidak ingin mengambil resiko mencemari otak anak-anak. Apa pun itu, dia tetaplah anak di bawah umur.

Tapi saat ini anak itu tidak ikut pulang bersamanya sehingga Junjie berpikir mungkin dia tidak akan terus-menerus menolak Zhiguang dan dia tidak mau Zhiguang berpikir bahwa dia melakukannya hanya untuk meminta energi. Dia ingin kekasihnya itu merasakan bahwa dia juga mencintainya. Maka Junjie menghentikan aksi menghisap itu, mengatur jarak dan mencium bibir Zhiguang, mengatakan persetujuannya.

Ciuman panas yang bergairah diiringi desahan tertahan orang terkasih di pelukan dan pangkuannya. Tangannya bergerak bergerilya meraba setiap inci kulit tubuh dihadapannya, memberikan cubitan gemas begitu tiba di puting dadanya. Melepas ciuman itu ketika kekasihnya membutuhkan pasokan oksigen dan melanjutkannya pada leher jenjangnya.

Tubuh mereka semakin merapat di atas kursi kerja Zhiguang. Tangan-tangan yang bekerja keras untuk melepas pakaian yang mengganggu pada lawan mainnya dan dengan perlahan mengeluarkan bagian tubuh yang semakin terasa sesak di bawah sana.

Pada akhirnya, mereka hanyalah kedua makhluk yang saling mencintai satu sama lain.



Fallen to You  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang