Chapter 12

150 21 0
                                    

"Jadi, apa yang akan mereka lakukan setelah salah satu dari mereka berhasil membuatmu bergabung?"

Saat ini mereka sedang bersantai di sofa menghadap televisi yang masih berupa layar hitam.

"Bagaimana aku tau apa yang akan mereka lakukan? Mungkin saja mencuci pikiranku untuk menghancurkan kubu satunya atau bahkan menghancurkan seluruh alam."

Sungguh, dia mengatakan itu dengan nada datar seolah tidak peduli? Seperti tidak ada beban. Sangat santai.

"Apa kau sekuat itu?" Zhiguang penasaran.

"Kau pikir saja kekuatan malaikat dan iblis bercampur menjadi 1. Walaupun darahku ini hanya masing-masing dari kekuatan mereka, tapi ini cukup untuk menghancurkan 1 kubu setidaknya."

"Energi itu, apa itu sebenarnya?" Pertanyaan lainnya.

"Energi ya energi, dengan arti harfiah. Aku sendiri juga tidak tau sebenarnya mengonsumsi energi ini adalah bagian dari iblis atau malaikat, yang aku tau bahwa dulu orang tuaku selalu menyalurkan energi mereka jika aku terluka."

"Mereka menyalurkan energi mereka padamu? Bagaimana?" Tidak mungkin orang tua mencium bibir anak mereka, bukan?

"Hei Xia Zhiguang, aku tau apa yang kau pikirkan, tapi mereka tidak melakukan itu. Saat orang tuaku masih ada, aku hanya mendapat luka kecil dan sedikit lelah ketika selesai bermain, berpegangan tangan dan berpelukan sudah cukup bagiku."

"Lalu apa yang terjadi kemarin sampai kau membutuhkan lebih banyak energi?"

"Ha..... mereka datang, ajudan kedua kubu itu. Sebenarnya aku sudah merasakan kehadiran mereka saat kita duduk di sini sehingga aku berkata aku akan keluar. Namun karena saat itu tubuh ini belum sepenuhnya menerimaku, maka aku harus menciptakan ingatan lain, sungguh merepotkan. Setelahnya aku menghampiri mereka dan bertarung. Tapi karena aku tidak ingin merusak tanamanmu lagi, aku harus memasang penghalang, dan itu membuatku lelah 2 kali lipat". Penjelasan itu diakhiri dengan mencibirkan bibirnya.

Zhiguang yang tidak tahan melihatnya segera mengambil kesempatan dengan mengecupnya secepat kilat. Junjie terlihat ingin protes, tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

"Jadi, tanaman dan pohon yang rusak pada pertama kali kau tiba itu juga kau yang perbaiki. Dan juga, saat itu, kenapa kau bisa jatuh di sana?"

"Ya ya ya, kau pikir siapa lagi? Dan itu karena tempat itu adalah salah satu titik portal di duniaku. Setelahku perbaiki itu, aku sungguh lelah tapi aku belum bisa mempercayaimu dan aku tidak berpikir kerusakannya akan seluas itu". Ekspresinya seperti dia akan menangis pada detik berikutnya.

"Sekarang kau bisa mempercayaiku dan kau hebat sudah melalui semua itu."

"Tentu saja aku hebat. Sekarang, beri aku hadiah."

Maka dengan perlahan, tangan Zhiguang mengelus wajah Junjie dari keningnya hingga dagu, mengangkat dagu itu dan mencium bibirnya.

Ciuman itu tidak terburu-buru dan begitu lembut, benar-benar seperti sebuah hadiah yang menyenangkan.

Sebelum kedua bibir itu berpisah, Zhiguang mengecupnya sekali lagi. Sungguh ia ingin selalu merasakan bibir lembut itu kapan pun.

"Zhiguang, aku akan mengatakan ini padamu. Kau memiliki energi yang besar, kau harus belajar mengontrolnya atau aku mungkin akan meledak jika menerima terlalu banyak energimu."

Belajar mengontrol? Apa ini bertanda bahwa mereka akan sering melakukan kontak fisik? Maka Zhiguang akan benar-benar mempelajarinya dengan giat!

Walau Junjie belum membalas pernyataan yang ia katakan tadi di hutan, setidaknya dia tidak menolak saat Zhiguang menyentuhnya. Mereka akan melakukannya secara perlahan dan tanpa terburu-buru.

-----

Tak terasa waktu cepat berlalu. Saat ini Zhiguang sudah hampir 2 bulan berada di hutan pribadi keluarga Xia ini dan universitasnya pun juga akan segera memulai semester baru serta laporan penelitiannya juga sudah selesai. Namun masalah utamanya adalah, bagaimana dengan Junjie?

Suatu hari, Xia Zhiguang akhirnya mengungkapkan kekhawatirannya pada Junjie, dan kalian tau apa jawabannya?

"Maka kembalilah. Mungkin aku akan tinggal di sini lebih lama, atau mungkin juga tidak. Entahlah". Seperti biasa, begitu santai.

"Lalu bagaimana jika mereka datang padamu lagi dan kau terluka atau kelelahan di saat aku tak ada?"

"Maka aku akan mencari manusia lain atau beristirahat, apa lagi?"

Mendengar jawaban itu, Xia Zhiguang tidak tau apakah ia ingin menangis atau tertawa. Sungguh tidak berperasaan! Apakah makhluk ini melupakan bahwa dirinya pernah mengungkapkan perasaannya padanya? Tidak mungkin kan?

"Bagaimanapun aku pernah melakukan ini saat tidak sengaja jatuh ke portal dunia manusia."

Perkataan selanjutnya membuat pemuda Xia ini meragukan pemikirannya. Tidak, mungkin, kan?

Maka demi mengingatkan kembali detik-detik ia mengungkapkan perasaannya, Xia Zhiguang menyambar bibir ranum itu dan melumatnya sedikit lebih kasar, membuat Junjie tidak bisa menahan untuk tidak mendesah.

Sejak percakapan terakhir mereka tentang mengontrol energi, mereka sering berkontak fisik -berpegangan tangan, berpelukan dan kadang berciuman- dengan pengarahan dari Junjie yang tidak jauh dari pengontrolan emosi. Jika emosi Xia Zhiguang tidak terkontrol, maka energi yang ia keluarkan juga akan lepas kendali.

Walaupun saat ini Zhiguang sedikit kesal dengan ingatan Junjie yang begitu buruk, ia tetap mengontrol emosinya agar tidak menyakiti Junjie. Hanya sebagai pengingat serta peringatan.

Setelah cukup lama, Zhiguang mengakhiri ciuman mereka dan mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Junjie, jika kau lupa maka akan aku ingatkan. Aku pernah menyatakan perasaanku padamu, jadi mau tidak mau, kau milikku sekarang."

Disela sibuknya Junjie mengatur pernafasannya, ia mencoba menjawab.

"Tapi kau mengatakan 'mungkin'."

Oke, ini adalah kesalahannya karena saat itu ia terlalu terburu-buru karena merasa suasananya sangat mendukung sehingga memilih mengatakannya begitu saja.

"Baik, maka kali ini dengarkan dan ingat baik-baik. Aku, Xia Zhiguang, menyukai dan mencintai Junjie saat dahulu, sekarang, hingga seterusnya. Maka Junjie, maukah kau berkencan denganku?" Jantungnya berdebar sangat cepat, menanti jawaban apa yang akan dilontarkan Junjie.

Dilihatnya Junjie mengambil nafas dalam sebelum akhirnya menjawab.

"Baik, aku mau". Dengan senyum yang menawan.

Dan setelahnya, mereka berpelukan dan berciuman. Kali ini ciuman itu hanya ciuman kasih sayang, begitu lembut dan penuh perasaan.

Fallen to You  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang