Sejak percakapannya dengan Junjie pagi tadi membuat Xia Zhiguang tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Dilihatnya jari telunjuk tangan kanannya dimana biasanya selalu ada cincin yang menghiasinya -namun kali ini ia tidak memakai cincin apa pun- mengelus tanda merah yang melingkar di sana.
Junjie bilang tanda ini untuk menghilangkan hawa keberadaannya karena aku selalu berada di dekatnya dan remaja yang kutemui di perpustakaan kota hari itu juga bilang bahwa ia merasakannya. Apakah aku harus benar-benar menghubungi anak itu? Tapi aku tidak tau apakah ini baik atau buruk.
Zhiguang pun mengeluarkan secarik kertas berisikan nomor telefon, nomor yang diberikan oleh remaja yang ia temui di perpustakaan kota. Menimbang apakah ia akan mencoba menghubungi pemilik nomor itu. Dilihatnya jam di dinding ruangannya, pukul setengah 1 siang, setidaknya dia sedang istirahat siang bukan? Dan akhirnya ia pun mendial nomor itu.
'Halo?'. Suara di seberang sana menjawab panggilan telefonnya.
"Halo."
'Ah! Kau gege yang dekat dengan Junjie gege bukan?'
"Bagaimana kau tau?" Tanya Zhiguang curiga.
'Aku mengingat suara gege dan aku selalu menunggu panggilan telefon dari gege.'
"Kenapa?"
'Karena aku sudah lama tidak bertemu Junjie gege, aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi.'
"Aku tidak tau apakah kau baik atau tidak. Juga sepertinya Junjie tidak begitu mengingatmu. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya dalam waktu singkat."
'Wow, sungguh protektif! Aku tau keadaan yang sedang dialami Junjie gege saat ini jadi aku tidak akan menyalahkan sikap protektifmu ge. Tapi aku sungguh tidak berniat jahat. Mungkin kita bisa bertemu untuk saling mengenal dan aku akan menceritakan bagaimana aku mengenal Junjie gege.'
"Baik, kapan kau ada waktu senggang?"
'Hmm... akhir pekan ini?'
"Tidak untuk akhir pekan". Jawab Zhiguang cepat. Lebih baik ia menghabiskan waktu dengan kekasihnya daripada remaja yang tidak dikenalnya.
'Kalau begitu, Rabu depan?'
Hari ini adalah hari Kamis, masih ada waktu 1 minggu.
"Baik. Kau tentukan waktunya dan aku akan tentukan tempatnya, deal?"
'Deal! Rabu pukul 4 sore.'
"Baik, aku akan mengirimkan tempatnya secepatnya melalui chat". Setelahnya Zhiguang segera mematikan sambungan telefon itu tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya. Zhiguang pun memanggil sekretarisnya -sekretaris ayahnya sebenarnya- untuk mengosongkan jadwal Rabu jam 4 sore dan memintanya mereservasi tempat pertemuan.
Setelah mengonfirmasi reservasinya, sekretaris itu pun memberitahu Zhiguang tempatnya dan segera Zhiguang lanjutkan ke dalam teks lalu mengirimnya ke nomor yang baru saja ia telefon.
-----
Hari yang cukup melelahkan, seperti biasa. Akhirnya Zhiguang sampai di rumahnya sekitar pukul 7 malam. Saat ia membuka pintunya, ia tidak menyangka bahwa Junjie akan menyambutnya.
"Akhirnya kau pulang. Apa kau ingin mandi dulu atau makan dulu?" Zhiguang merasa pertanyaan ini seperti pertanyaan seorang istri yang menyambut suaminya pulang. Ya Tuhan, rasanya ia ingin segera menikahi Junjie!
Maka Zhiguang mengatakan apa yang harus dikatakan sebagai seorang suami, "Aku ingin kamu dulu". Dan setelahnya ia mencium dan melumat bibir Junjie hingga dia membutuhkan ruang untuk bernafas.
"Xia Zhiguang, aku mengatakannya dengan serius". Ucapnya sambil menahan gejolak dalam dirinya karena tangan-tangan nakal Zhiguang.
"Tapi aku juga serius, sayangku" bisiknya di telinga Junjie dan menggigit cuping telinganya.
"Mmph... kau setidaknya mandilah dulu lalu kita makan malammph bersama". Sungguh Junjie berusaha untuk tidak mendesah.
"Maka ayo mandi bersama". Dan setelahnya Zhiguang mengangkat tubuh Junjie dan membawanya menuju kamar mandi. Junjie yang terkejut karena tubuhnya tiba-tiba diangkat reflek mengalungkan tangannya ke leher Zhiguang, agar tidak terjatuh.
-----
"Tak hanya energimu, tenagamu bahkan juga cukup besar. Bagaimana bisa kau melakukannya hampir setiap hari? Jika saja aku tidak menyegel energimu, aku pasti sudah benar-benar mati". Selesai mengatakan itu, Zhiguang segera menggigit bibir Junjie.
"Jangan katakan seperti itu, kita akan terus hidup bersama hingga waktu yang lama. Lagipula, ini juga salahmu. Kau terlalu lucu dan menggoda di saat bersamaan, bagaimana bisa aku menahannya?". Junjie hanya mendengus mendengarnya.
Saat ini mereka sedang berada di dapur. Junjie duduk di kursi meja makan dengan menyandarkan kepalanya ke meja makan sedangkan Zhiguang menghangatkan makanan yang sudah Junjie masak sebelumnya.
Akhirnya Zhiguang selesai menghangatkan makanan-makanan itu dan segera mendudukkan dirinya di sebelah kekasihnya. Zhiguang pun menyuapi makanan ke mulut Junjie agar kekasihnya itu mau makan. Junjienya sedang ngambek guys.
Syukurlah setelah kekasihnya itu selesai mengunyah makanan yang diberi Zhiguang ke mulutnya, dia menegakkan tubuhnya dan ikut memakan makanannya.
"Jadi, apa ada yang spesial dengan hari ini?" Sebenarnya Zhiguang dari tadi mengingat-ingat hari ini hari apa, karena tidak biasanya Junjie akan repot-repot menyambutnya di depan pintu. Biasanya dia akan menunggunya di dapur saat Zhiguang pulang cepat atau menunggunya di kamar saat dirinya pulang agak lambat. Sejauh ini Zhiguang belum pernah pulang larut malam. Jika iya, maka ia akan segera memberitahu Junjie untuk tidak menunggunya.
Junjie menghela nafas sebelum menjawab, "Tidak ada, aku hanya ingin merayakan ketika kau bisa melihat apa yang manusia biasa tidak bisa lihat."
"Lalu apakah ini karena malam pertama kita?" Tanya Zhiguang penasaran.
"Malam pertama?"
"Ya, aku melihat tanda merah di jariku ini setelah aku melakukan itu padamu."
"Ku pikir bukan itu. Itu seharusnya terjadi jika kau mengambil sesuatu dariku". Jawabnya santai sambil tetap memakan makanannya, tapi warna merah di telinganya tidak bisa membohongi apa yang dia rasakan saat ini, malu.
"Bukankah aku mengambil keperawananmu?" Ucapnya tanpa beban dan mendapatkan pelototan tajam dari Junjienya.
"Apa? Apa aku salah? Aku tidak melakukan blow job padamu saat itu. Jadi mungkin bukan itu."
Junjie tidak menghiraukannya dan melanjutkan makannya dengan cepat. "Sungguh tidak tau malu". Zhiguang mendengarnya mengatakan itu.
"Ah, aku ingat. Mungkinkah saat kau memberiku segel ini dan aku tak sengaja menggigit pundakmu? Ku rasa aku merasakan rasa darah di mulutku saat itu". Ucapnya sambil menyentuh pertengahan tulang selangkanya, dimana segel itu berada.
"Ku pikir itu cukup masuk akal. Jika kau melihat makhluk-makhluk itu, maka bersikaplah biasa atau mereka akan curiga. Lalu, apa yang kau lihat dariku?" Tanya Junjie penasaran.
"Kau? Aku melihat kau adalah kekasihku yang paling cantik dan manis". Dan setelahnya Junjie kembali mendengus.
Sebenarnya tidak salah juga Zhiguang mengatakan itu. Saat ia dalam perjalanan pergi maupun pulang, ia melihat beberapa orang yang dikelilingi oleh awan merah pekat -mungkin mereka adalah iblis- dan ketika ia melihat wajah mereka, sungguh ia ingin segera memalingkan wajahnya. Tapi kekasihnya ini, tidak ada yang berubah dengan wajahnya hanya aura sekitarnya yang sulit untuk Zhiguang identifikasi, mungkin karena dia campuran.
"Lalu apakah aku akan menjadi sepertimu karena meminum darahmu?" Tanya Zhiguang asal.
"Tentu saja kau masih manusia. Kau pikir ini cerita fiksi vampir?" Jawabnya cukup ketus.
Setelah makan malam yang sudah cukup malam untuk di sebut makan malam, Zhiguang tetap berusaha agar kekasihnya tidak ngambek lagi padanya. Dan syukurlah Junjie masih mau memeluknya saat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen to You ✔️
Fiksi PenggemarBertemu dengan orang asing entah dari mana di dalam hutan. Bagaimana Xia Zhiguang menyikapi hal tersebut? Dan siapa sebenarnya orang yang ia temukan itu? Apa alasannya datang ke hutan itu?