Ekstra : Meeting you again

89 12 0
                                    

"Selamat datang kembali ke rumah."

Zhiguang terkejut dengan apa yang ia lihat dan dengar saat ini, bahkan rasa lelah sepulang bekerja sudah menguap entah kemana.

Sebenarnya alasan Zhiguang kembali ke rumah ini adalah untuk mengenang sekaligus merelakan kepergian Junjienya yang tak kunjung kembali. Tapi syukurlah ia tidak harus melakukan itu karena kekasihnya yang ia tunggu akhirnya kembali. Maka dengan perlahan, Zhiguang berjalan menuju tempat dimana Junjie berdiri.

"Kau Junjie?" Tanyanya memastikan.

"Tentu saja. Siapa lagi aku jika bukan Junjie?" Jawabnya disertai senyuman. Kalimat itu membuat Zhiguang mengingat kembali saat pertama kali Junjie memperlihatkan jati dirinya sebagai makhluk setengah iblis dan malaikat di hutan pribadi keluarganya.

"Bolehkah aku menyentuhmu?" Tanyanya dengan hati-hati. Ia tidak tau apakah efek itu masih berlaku atau tidak dan ia tidak mau menyakiti Junjienya.

Namun bukan jawaban yang ia terima melainkan sebuah pelukan dilehernya. Tatapannya masih mengarah pada dirinya dengan senyuman yang tak luntur diwajahnya. Tidak ada tatapan kesakitan di mata berwarna coklat itu, membuat Zhiguang merasa lega.

Zhiguang pun membalas pelukan itu. Memeluk pinggang kekasihnya erat, tidak terlalu erat agar tidak menyakiti Junjienya. Meletakkan kepalanya pada perpotongan leher Junjie dan menghirup aromanya.

Zhiguang bahagia. Sangat bahagia sampai ia ingin menangis saat ini juga. Junjienya akhirnya kembali. Kembali pada dirinya. Kembali ke dalam pelukannya. Dan semua itu nyata.

Puas berpelukan, Zhiguang mengambil sedikit jarak. Menatap mata itu sekali lagi sambil mengelus pipi putih lembut itu dengan ibu jarinya sampai akhirnya semakin mendekat untuk mencium bibir kekasihnya. Melumatnya pelan, menyampaikan betapa ia merindukannya. Dan Junjie berinisiatif membuka mulutnya, mempersilahkan lidah Zhiguang untuk masuk dan memperdalam ciuman mereka.

Ciuman itu berakhir saat mereka membutuhkan asupan oksigen pada paru-paru mereka. Dan Zhiguang membawa Junjie dalam gendongannya.

"Temani aku beristirahat sebentar." Ucapnya dan di jawab dengan anggukan kepala dari Junjienya. Ia pun membawa Junjie memasuki kamar mereka untuk beristirahat.

-----

Xia Zhiguang pun bangun dari tidurnya namun masih begitu malas untuk membuka matanya. Dirabanya bagian kasur di sisinya, tidak ada siapa-siapa, bahkan kasur itu masih dingin seperti tidak pernah ada orang yang berbaring di atasnya.

Zhiguang panik. Segera ia membuka matanya dan beranjak dari kasur. Mencari Junjienya di setiap sudut kamar hingga kamar mandi yang berada di dalam kamar mereka. Tidak ada. Zhiguang semakin panik. Itu tidak mungkin salah satu dari mimpinya. Itu terlalu nyata untuk di sebut sebuah mimpi!

Begitu ia membuka pintu kamarnya, ia mencium aroma masakan dan mendengar seseorang yang sepertinya sedang memasak di dapur. Kuharap bukan Bibi Li, kumohon.

Dan saat Zhiguang sampai di dapur, ia bernafas lega. Junjienya sedang memasak dengan membelakanginya. Segera Zhiguang mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

Junjie terkejut saat tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dan untungnya dia segera menyadari bahwa itu Zhiguangnya.

"Guang, ini akan segera selesai, kau duduklah dulu ya. Aku jadi sulit untuk bergerak." Usirnya halus. Tapi yang Junjie dapatkan adalah pelukan yang semakin erat, Zhiguangnya menolak untuk melepaskannya. Maka dia membiarkannya walau sedikit kesulitan sebenarnya.

Setelah selesai memasak, Junjie pun mematikan kompor itu, namun Zhiguang masih tetap pada posisinya, tidak bergerak.

"Guang, ini sudah selesai. Kita makan dulu ya?" Rayunya, seperti merayu anak kecil yang tidak ingin ditinggalkan oleh ibunya.

Tidak ada balasan dan tidak ada tanda-tanda Zhiguang akan melepasnya. Suasana dapur juga menjadi sepi.

"Guang? Kau kenapa?" Khawatir, Junjie pun akhirnya bertanya.

Setelah sekian lama, akhirnya Junjie mendengar Zhiguang menjawab, "Jangan lakukan itu lagi."

"Hmm?" Junjie bingung, tidak paham.

"Jangan pergi secara tiba-tiba. Aku pikir kau kembali pergi atau lebih parahnya lagi, kau yang tadi adalah bagian dari mimpiku yang lain." Jelasnya.

Mendengarnya, Junjie pun sedikit melonggarkan pelukan Zhiguang dan berbalik menghadap kekasihnya itu. Mengangkat wajah Zhiguangnya dan mengelus pipinya sayang. Mata Zhiguang menampilkan kesedihan.

"Aku di sini. Aku tidak akan pergi lagi kecuali kau memintaku untuk pergi. Jangan bersedih. Aku di sini."

"Aku tidak akan memintamu pergi." Jawab Zhiguang dan setelahnya mencium bibir Junjie, sedikit melumatnya.

"Baik, baik. Sekarang kita makan ya, sebelum mereka dingin." Bujuk Junjie setelah ciuman itu terlepas.

Mereka pun makan dengan Zhiguang yang tak kunjung melepaskan Junjie, membuat Junjie duduk dipangkuannya. Tangan kiri Zhiguang memeluk pinggang Junjie agar tidak terjatuh dari pangkuannya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk makan.

Bahkan hingga makanan mereka habis tak tersisa pun Zhiguang masih betah memeluk Junjie dipangkuannya, membuat Junjie bingung. Zhiguangnya ini kenapa sih?

"Guang, lepaskan ini dulu. Aku akan membersihkan sisa makan kita." Bujuknya yang entah sudah berapa kali malam ini. Zhiguangnya begitu lengket.

"Biar aku saja. Kau duduklah sambil menonton televisi." Ujar Zhiguang. Junjie mengiyakan saja, memang kebiasaannya menonton televisi setelah makan sambil menunggu hasil makannya selesai di cerna sebelum beranjak tidur.

Setelah Zhiguang selesai membersihkan peralatan makan mereka, ia segera menyusul dimana Junjienya berada. Duduk bersisian, mengangkat tubuh Junjienya dan kembali mendudukkannya pada pangkuannya lalu memeluk perut kekasihnya itu.

Tidak tahan karena kekasihnya ini begitu manja dan lengket, akhirnya Junjie bertanya.

"Guang, ada apa denganmu hari ini? Begitu aneh." Ungkapnya

"Biarkan seperti ini." Jawabnya rendah. Suaranya teredam pada punggung Junjie. Maka Junjie membiarkannya dan kembali menonton siaran yang sedang ditayangkan televisi dihadapannya.

Tak lama, Junjie mulai merasakan tangan Zhiguang masuk ke dalam pakaian yang dirinya pakai dan meraba tubuhnya disertai ciuman pada belakang lehernya.

"Mmhh... Guang? Ahh!" Tangan Zhiguang mulai mencubit dan bermain dengan puting di dadanya.

"Sayang~ aku merindukanmu. Maukah kau menuntaskan rasa rindu ini? Hmm~" ucapnya diikuti gigitan pada leher Junjie.

"Aahhh! Guanghh~" Terkejut dengan gigitan tiba-tiba pada lehernya, Junjie pun berteriak. Zhiguang membalik tubuh Junjie yang berada dipangkuannya agar menghadapnya.

Mereka saling menatap. Tatapan Zhiguang memohon dan meminta persetujuan sedangkan tatapan Junjie menjadi sayu akibat ulah Zhiguang. Junjie pun memeluk leher Zhiguang dan mencium bibir kekasihnya kasar. Zhiguang membalas ciuman itu menjadi ciuman yang dalam dan bergairah.

Tanpa melepas ciuman mereka, Zhiguang membawa Junjie dalam gendongannya menuju kamar mereka. Meninggalkan televisi yang masih menyala.



Fallen to You  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang