15. Berpura-pura

1.6K 170 5
                                    


**

Waktu terus berjalan, beberapa hari sudah terlewati. Malam itu sun benar-benar tidak datang. Oline juga puasa sosial media sejak hari itu. Oline butuh waktu untuk menerima semua ini.

Oline menyibukkan diri untuk berlatih band bersama teman-temannya yang lain. Apalagi kompetisi musik sudah semakin dekat. Mereka harus mempersiapkan semuanya dengan matang.

Hari ini oline kembali bertemu dengan erine. setelah satu minggu lamanya ia tidak melihat erine bahkan berinteraksi dengannya.

Empat hari lalu erine mendapat kabar duka, sang ayah meninggal dunia sehingga erine harus mudik untuk beberapa hari. Sebagai ketua kelas, tentu saja oline mengetahuinya. Ia bersama teman sekelas mengucapkan bela sungkawa.

Erine menahan pergelangan tangan oline saat oline hendak beranjak. Tatapan keduanya beradu.

"makasih. oline"

Oline mengangguk kecil, lalu perlahan melepaskan genggaman erine.

Oline kembali melangkah, erine ingin mengejarnya. Namun, erine mengurungkan diri saat ia berpapasan dengan bimo di ambang pintu.

"Erine"

"eh, kak bimo?"

"aku turut berdukacita ya" Erine masih berusaha melihat ke arah perginya oline, sampai gadis jangkung itu menghilang di belokan koridor. Erine pun mengalihkan pandangannya pada cowok klimis berbadan tegap dihadapannya. "iya, makasih kak"

Bimo memiliki postur yang ideal, dengan warna kulit kuning langsat, wajah-nya manis seperti cowok Indonesia pada umumnya.

"kamu udah baca chat aku?" yah, saking banyaknya pesan yang masuk waktu itu dan fokus erine hanya pada dm dari oline, erine sampai lupa membalas chat dari nomor baru tersebut.

"ah iya, maaf kak. aku lupa balas. Nanti aku save nomornya ya kak" Bimo hanya tersenyum. "hm, gapapa. Aku cuma mau minta maaf soal kejadian hari itu. Aku salah udah biarin kamu pulang bareng ken"

"it's okay kak. ngga perlu dibahas lagi" erine tersenyum kecil. Bimo manggut-manggut. "ah, sebagai permintaan maaf. aku traktir kamu makan di resto favorit aku gimana?"

"eh, gapapa, ga perlu kak" erine rasa ini bukan sepenuhnya salah bimo juga, jadi bimo tak perlu melakukannya. "pulang sekolah ya. nanti aku jemput kesini" pungkas bimo tidak menerima penolakan, ia pun berpamitan ke kelasnya tanpa menunggu persetujuan dari erine.


Ketika bimo sudah berjalan cukup jauh dari erine. Bimo bertemu dengan Cherly. Cherly sedari tadi rupanya memperhatikan mereka berdua.

"Dari kelas gue ya?" tanya Cherly. "iya" jawab bimo singkat. Cherly manggut-manggut.
"kayaknya lo akrab sama erine(?)"

"oh itu, ngga kok. gue baru ketemu dia semingguan yang lalu. kebetulan waktu itu gue yang bagian jaga di uks bantuin dokter kath" cherly hanya membulatkan bibirnya. Tidak ada lagi percakapan yang berarti, toh cherly aja gak begitu kenal sama bimo. Hanya pernah sesekali saja bertemu.










...

Di ruang musik, pada jam istirahat ini erine berkutat dengan piano hitam itu. memainkan beberapa instrumen guna menjernihkan isi kepala. Alunan denting piano selalu berhasil membuat perasaannya menjadi lebih tenang.

Sun! -orineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang