13. Tentang Rasa

2.4K 179 7
                                    


**

Cahaya matahari masuk dengan leluasa akibat gorden kamar yang terbuka. Membuat kening gadis itu mengernyit dalam matanya yang terpejam.

Perlahan Erine membuka mata, ia mengerjap beberapa saat. Setelah kesadarannya telah kembali, ia menyapu pandangannya.

Ruangan yang cukup asing bagi erine. Dimanakah ia berada sekarang?

Pupil matanya melebar kala mengingat kejadian semalam. Erine melihat tubuhnya yang terbungkus selimut tebal warna putih, ia menyadari kalau pakaiannya telah berganti.

Erine mencoba untuk memutar memori pada moment malam itu. samar-samar terbayang dalam benaknya tentang apa yang telah mereka perbuat. benar, mereka. Erine cukup jelas mengingatnya.

Pipinya bersemu kemerahan. Rasanya campur aduk. Entah apa yang mendominasi saat ini. haruskah ia senang? atau justru marah?

Erine meringis merasakan sakit dan pegal secara bersamaan pada kakinya.

Erine beranjak dari kasur. Dengan jalan yang tertatih, ia mengitari ruang kamar bergaya industrial ini, banyak sekali poster dari musisi terkenal dunia. Terdapat juga pajangan koleksi CD player, dvd, bahkan piringan hitam yang tersusun rapi pada rak.

tiga buah gitar dengan model yang berbeda berjejer pada dinding abu-abu plesteran, menambah kuat kesan monokrom ruangan yang cukup luas ini.

Erine tersenyum tipis.
sepertinya sebegitu sukanya dia terhadap musik.

Selang beberapa saat kemudian, aroma bumbu masakan tertangkap indera penciumannya.






Erine tertegun saat memandangi punggung oline dari kejauhan. gadis jangkung itu tengah mengaduk masakannya dengan cukup serius.

Erine menggelengkan kepalanya cepat karena bayang-bayang semalam kembali terputar di otaknya.

"eh, nona cantik sudah bangun"

Suara yang tiba-tiba itu mengejutkan erine. Begitupun juga oline.

"Non, sini biar Ceu aja yang lanjutin" Ceu eli, begitulah ia disapa. Ceu eli adalah asisten rumah tangga di rumah ini. Ia memang tidak menetap disini, ceu eli datang saat pagi untuk membuat sarapan, lalu membereskan rumah, dan akan pulang di sore harinya. Rumahnya tidak begitu jauh dari sini, alasan ia tidak menginap karena harus pulang untuk mengurus anak dam suaminya terlebih dulu.

"gapapa ceu, ini udah mau beres kok"







Kini oline telah menyajikan nasi goreng buatannya diatas meja makan. Sementara itu, erine duduk disebelahnya.

"kenapa turun kesini, kaki lo masih bengkak itu"

"cuma penasaran gue lagi ada dimana"

"lin, semalem, apa yang udah terjadi?" dengan ragu erine bertanya.

oline berdehem. "lo mabok, dicekokin sama si ken. terus gue sama regie bawa lo balik. rumah gue jaraknya lebih deket dari lokasi. jadi kita bawa lo kesini aja"

erine nampak murung. "gapapa kok, kita dateng tepat waktu" oline melirik padanya.

"lain kali kalo ada apa-apa langsung hubungi orang terdekat lo. usahain juga hp aktif terus"

"maaf ya"

"oh iya, tracksuits gue.." ucapan erine menggantung "dicuci ceu eli. dia gantiin baju lo karena udah bau asem" sela oline di ikuti kekehan.

erine hanya tersenyum getir.
"enak aja"

Oline meniup sesendok nasi, ia menyodorkan segelas air putih kepada erine. Erine meneguknya.

Sun! -orineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang