Manusia pemikir keras apalagi setelah mendengar beberapa kata yang menurutnya mengganggu pikirannya, sudah berapa lama ia diam dan berpikir tentang ucapan laki-laki itu. Benar atau tidak ya, salahnya ia tidak ingat bagaimana wujud muka laki-laki yang ia injak kakinya. Kalau saja ia ingat tidak mungkin menerima pekerjaan yang bosnya pernah ia lukai, malu. Tapi nasi sudah menjadi bubur kan, tidak bisa jadi nasi lagi. Begitu pun dengan Nayara yang menginjak kaki Regan, tidak mungkin bisa terulang untuk menginjaknya. Nayara menghela napas panjang, masakan buatan Mbak Ayi seketika rasanya sangat beda.
"Mama, Mama ada Om Galih."
Nayara menoleh. Hari libur pertama setelah nyaris setengah bulan bekerja, jangan tanyakan hubungannya dengan bos bagaimana. Karena pria itu masih tetap biasa saja dengan dirinya. Yang katanya balas dendam tapi tidak ada tanda-tanda.
"Kok ada Om Galih dari kapan Nak?"
"Dari tadi Mama. Melamun terus. Kenapa Mama?" Tanya Mentari
Anak sekecil Mentari harus mencari jawaban karena tingkah mamanya yang aneh, setengah bulan Nayara terlihat gelisah.
"Nggak apa-apa Nak. Mama cuman melamun aja. Mana Om Galihnya?" Nayara beranjak dari tempat duduknya.
"Di ruang tamu. Katanya Om Galih kangen aku."
Nayara mencubit hidung sang anak karena gemas. "Om Galih kangen mama itu Nak, atau nggak Mbak Ayi?" Nayara sedikit menggoda.
"Nggak Mama, kangen aku!" Kata Mentari tegas.
Nayara terkekeh. Ia melanjutkan langkahnya lalu menyambut dokter Galih yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Maaf Nay nggak ngabarin kalau mau ke sini." Ucapnya. Dokter galih berdiri lalu memberikan sedikit bingkisan untuk Nayara dan Mentari.
"Tidak apa-apa Dok, harusnya tidak perlu repot-repot membawa ini Dokter." Ucap Nayara tak enak.
"Kaya sama siapa saja. Jajanan sehat untuk kalian, bagaimana kabarmu, Nay?"
"Baik. Dokter apa kabar?"
Galih mengulas senyumnya. "Saya selalu baik. Saya senang melihat kalian berdua baik-baik saja. Jaga kesehatan. Kata Tari, kamu sudah bekerja lagi?"
Nayara mengangguk. "Iya Dok. Saya jadi admin sosial media. Terdengar lucu ya?"
Galih terkekeh. "Pekerjaan apa pun yang penting halal. Oh iya, Nay kapan mau mencoba hubungan lagi?"
Suasana mendadak hening. Jangan heran jika pertanyaan mereka sudah jauh, dokter Galih tahu kehidupan Nayara yang mengenaskan.
"Belum mau Dok, saya masih fokus ke Mentari."
"Buka hati Nay, mulailah berbagi kehidupanmu pada pasangan."
"Iya-iya Dokter. Dokter sendiri mulai hubungan dong, masa cuman aku?"
Galih tersenyum malu-malu. Ia rasa sudah saatnya tapi ia masih ingin menyimpan niatnya. "Baik-baik, nanti kalau sudah ada waktunya pasti mau berhubungan."
Keduanya terkekeh. Sore ini dokter Galih mengajak keduanya makan malam bersama. Sudah lama tidak mengajak Mentari jalan-jalan bersama.
Tidak ada obrolan panjang keduanya, Galih melihat Mentari makan dengan lahap rasanya tenang. Mentari yang membuatnya mengerti kalau anak lahir tidak bisa memilih orang tua yang seperti apa.
"Om kenapa lihat aku terus ya? Aku malu." Ucap Mentari. Gadis kecil itu menghentikan aktivitas makannya.
Galih tertawa sembari mengulurkan tangannya mengusap kepala Mentari. "Makan yang banyak, Om suka lihat mentari makan dengan lahap."
![](https://img.wattpad.com/cover/371379214-288-k846868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming
RomanceBlooming artinya berbunga. Bunga yang telah lama layu itu mencoba mencari keberuntungan baru setelah kenyataan menyadarkan dirinya kalau ia seorang pengangguran. Juni, 2024