Office

142 48 8
                                    

"Mama, Mama aku mau ini..." Mentari menujukkan jemarinya ke selembar kertas menu.
"Cokelat susu?" Nayara meyakinkan.
Mentari mengangguk semangat. Malam harinya setelah Nayara pulang bekerja, ia mengajak Mentari sementara mbak Ayi malam ini tidak menginap karena ada sedikit urusan.
"Cokelatnya yang banyak ya, Mama..."
"Iya tuan putri." Nayara terkekeh.
"Mama nanti mbak Ayi dikasih nggak?"
Nayara terdiam. Ia sedang berpikir. "Mbak Ayi lagi ada urusan lain kali kita ya, Nak."
Mentari mengangguk-angguk, Mentari menarik tangan Nayara untuk duduk, sudah lama keduanya tidak keluar malam.
"Selamat menikmati tuan putri neng Mentari yang paling cantik seperumahan...." Pak Abi terkekeh sembari memberikan martabak pesanan mereka.
"Aku cantik ya, Bapak?" Tanya Mentari
"Cantik sekali..." Balas pak Abi— penjual martabak.
Mentari tersenyum malu-malu tidak heran keduanya dekat, Mentari dan Nayara langganan martabak pak Abi.
"Mama suapain aaa..." Nayara menyuapkan sepotong martabak.
"Nyaaaam... Ini anak..." Mentari memejamkan matanya sembari tersenyum-senyum, menandakan bahwa Mentari sangat menikmati martabaknya, "Aku mau suapin Mama, aaaa..." Mentari menyuapkan setengah potongan martabak.
Keduanya sangat menikmati martabak, biasanya mereka akan menikmati

"Bisa ditebak kalian pasti ke sini."

Keduanya menoleh. "Om dokter!" Panggil Mentari antusias.

Galih tertawa lalu mengacak rambut Mentari gemas."Enak martabaknya?"

Mentari mengangguk-angguk. "Enak sekali..."

"Selamat makan tuan putri..." kata Galih

Galih beralih menatap Nayara yang sibuk dengan martabaknya. "Bagaimana perkembangan Mentari di sekolah Nay?" Tanya Galih
Nayara tidak langsung menjawab. Ia mengelap bibirnya memastikan tidak ada sisa cokelatnya di pinggir bibirnya. "Alhamdulillah tambah pintar Mas, tumben malam-malam ke sini?"

"Saya kangen putri saya." Balasnya

"Astaga Pak dokter... Anaknya sehat kok Pak..." kekeh Nayara

***

"Mas..." panggil Nayara di tengah-tengah langkah mereka menuju pulang. Galih tidak menikmati martabak

"Kenapa Nay?"

"Menurut Mas Galih kenapa sebuah perusahaan melakukan black campaign?" Tanyanya

Galih mengernyitkan dahinya. Sedikit bingung dengan pertanyaan Nayara. "Perusahaan tempatmu bekerja itu besar, wajar banyak yang ingin menyaingi Nay." Balas Galih

"Tapi kenapa harus melakukannya."

"Semua orang ingin menjadi nomor satu."

"Jujur sebagai admin sosial media, terkadang aku merasa kurang nyaman membaca komentar mereka." Jujur Nayara

Galih mengulurkan tangannya untuk mengusap bahu Nayara. "Belum terbiasa ya?"

Nayara mengangguk. "Seperti aku yang dimaki-maki oleh mereka."

Mereka sudah sampai di rumah Nayara. "Begitulah kehidupan Nayara, tidak semua berbuah manis. Di dunia skincare dan kosmetik bukan hal baru. Semua ingin menjadi nomor satu." Kata Galih

Benar kata Galih tapi bisakah semua orang menjadi manusia baik? Nampaknya sulit karena mereka berlomba-lomba menjadi pertama, jadi apa saja bisa dilakukan. Nayara mengembuskan napasnya. "Apakah hidup ini hanya tentang ambisi?"

"Tidak juga Nay, kamu capek?"

Nayara menggeleng. "Hanya butuh waktu untuk membiasakan hal ini."

Galih terkekeh. Ia datang menemui mereka hanya ingin memberi keduanya makanan ringan sehat, buah-buatan. Tidak ada maksud lain hanya ingin memberi Mentari sedikit kebahagiaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BloomingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang