Rumah Sakit

338 87 6
                                        

Suasana ramai yang tidak biasa dari hari-hari kemarin, bahkan beberapa karyawannya sibuk menata kembali ruangan live, dan menata properti yang dibutuhkan, dan memastikan stok sesuai dengan yang mereka sediakan dia marketplace. Regan menyipitkan pandangannya tidak ada tanda-tanda kehadiran perempuan itu. Biasanya. Nayara sudah berkicau seperti suara burung dibagi hari, alias berisik. Tak hari ini sepi padahal. Ia sudah memberitahu karyawan kalau tanggal sembilan September semua karyawan masuk lebih pagi karena perilisan produk bibir. Ia melangkah ke arah ruangannya dan kosong. Melihat arlojinya memastikan jika ini belum terlalu siang. Masih pukul tujuh pagi dan sesuai yang ia beritahu pada karyawannya tapi. Perempuan itu belum datang.

"Nayara belum sampai?" Tanya Regan [ada salah satu karyawannya.

"Belum Pak. Telat deh, kayaknya."

Regan mengangguk. Tapi mereka tidak banyak waktu lagi karena akan segera dimulai.Mereka sengaja rilis jam pagi karena sesuai dengan taktik marketing mereka. Regan mengambil ponselnya, lebih baik ia menghubungi Nayara. Peran Nayara sangat penting hari ini sebagai admin sosial media.

"Pak ada waktu sepuluh menit sebelum kita mulai. Untuk marketplace ads-nya sudah kita siapkan sejumlah dua juta rupiah." Jelas Rani

Regan mengangguk. Masih ada harapan jika perempuan itu datang tapi sayang waktu terus berjalan dan semeja yang ada di dalam ruangan ini sudah siap. Lalu ke mana Nayara dan kenapa perempuan itu tanpa kabar. Ia. Merogoh sakunya untuk mengambil ponsel, ia akan menghubungi sendiri setelah kata karyawan lain ponsel Nayara tidak aktif.

"Kenapa tidak aktif?" Gumamnya

Sebanyak lima kali melakukan sambungan telepon dan ia tidak dapat jawaban. Regan menghela napas panjang. "Nayara ada kabar kalau dia nggak masuk?" tanyanya pada Eko

"Nggak kok Pak. Kemarin sore dia masih balas pesan grup dan bilang materinya sudah siap."

"Pak coba telepon Nadia." Rani memberikan usul dan langsung diterima oleh Regan.

regan menghubungi Nadia yang kini sudah dipindahkan untuk cabang Bandung namun dulu perempuan inilah yang memberi usul soal Nayara. Syukurnya Nadia mengangkat teleponnya.

"Selamat pagi Pak Regan.... Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu tahu Nayara di mana?"

"Maksudnya Pak?" Nadia sedikit kebingungan.

"Kami kebingungan soal Nayara, nomornya tidak aktif dan dia tidak ada izin kalau. Memang tidak masuk, aneh sekali." Jelas Regan

"Kok bisa ya, Pak nggak ada kabar. Semalam sekitar jam enam masih chat sama saya kok. Nggak ada Pak, tapi saya ada nomor orang terdekat dia. Saya kirim by chat ya," sambungan telepon berakhir. Nadia luput soal rahasia yang harusnya di simpan, ia mengirim nomor mbak Ayi tapi ini sangat mendesak karena ia juga khawatir. Dan benar ternyata nomor Nayara tidak aktif. Ke mana perempuan itu. Ia segera menghubungi mbak Ayi namun sepertinya mbak Ayi sedang berbicara dengan seseorang.

Sementara di sebuah ruangan laki-laki itu masih menunggu nomor yang dikasih Nadia segera mengangkat teleponnya. "Halo, selamat pagi..." akhirnya setelah menungg dua menit seseorang itu mengangkat teleponnya.

"Halo, mohon maaf ini dengan siapa ya?"

halo, Bu... Saya Regan, bos dari Nayara."

"lho, Pak Bos tau nomor saya dari siapa ya?" Tanyanya

"Dari Nadia. Boleh tahu Nayara ke mana ya? Tiba-tiba tidak datang datang ke kantor."

"Sebentar Pak, saya. Menepi dulu." Ada jeda dalam pembicaraan mereka, "Sebenarnya saya mau ke kantor, mau menyampaikan sesuatu soal bu Nayara. Ibu sakit Pak, sekarang ada di rumah sakit." Jelasnya

BloomingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang