Siapa Agnes?

327 90 4
                                        

Terasa canggung sekali apalagi merasa bahwa setiap gerakannya menjadi lambat. Ia dan Galih sedang memasukkan barang mereka setelah membayar belanjaan mereka. "Kenapa Nay?" Tanya Gali yang bingung dengan gerak-gerik Nayara.

Nayara menggeleng. Kenapa ya, bosnya belum juga beranjak dari sana dan belanjaannya lumayan banyak. "Masih ada Mas?" Belanja untuk siapa deh, banyak lagi tanpa seseorang yang membantunya. Tapi rajin juga laki-laki itu.

"Masih nih, tinggal sayuran.' Balas Galih

Nayara mengembuskan napas sejenak. Detak jantungnya semakin kencang tepat mendekati keduanya. Nayara ingin kabur sekarang juga.

"Ayo, Mas..." Nayara sedang tidak mau bertanya, ia ingin kabur dan meminta Galih lebih cepat. Tapi semuanya percuma laki-laki itu sudah memanggilnya. Memakai pakaian biasa hanya kaos dan celana pendek, terlihat aura old money yang begitu melekat. Penampilan yang beda jauh saat berada di kantor. Kalau dilihat-lihat wajah Regan punya tampilan yang cuku menawan. Nayara segera menggelengkan kepalanya untuk mengusir isi kepalanya.

Nayara menghentikan langkahnya. "Itu Mas ada bosku." Ucap Nayara

Galih segera menoleh. Sosok laki-laki bertubuh tingginya sama seperti galih, tersenyum hangat pada mereka.

"Maaf mengganggu waktu kalian, tapi sudah sepatutnya seorang bos menyapa karyawannya." Katanya

"Tentu saja. Kami tidk keberatan untuk disapa. Saya Galih teman Nayara." Jawabnya

"Regan bosnya Nayara. Senang bertemu kalian di sini." Regan membalas uluran tangan Galih. Ucapan Nayara benar bahwa mereka hanya berteman.

"Senang bertemu anda juga. Sudah selesai belanja?" Tanya Galih basa-basi

"Iya dan membeli beberapa barang keperluan mama saya. Boleh saya jalan dengan kalian?"

'Tentu saja."

Regan tersenyum hangat namun pandangan matanya tak luput dari Nayara yang sejak tadi diam saja. Kenapa perempuan itu bungkam dan kehadiran dirinya seperti tidak diharapkan. Padahal bisa basa-basi dengan dirinya. Membuang muka, atau sibuk dengan ponselnya. 

"Oh iya Nay materi untuk Selasa sudah kamu siapkan?" Tanya Regan basa-basi, padahal pertanyaan ini tidak perlu dilontarkan. Ini sudah jam pulang kerja.

Nayara sadar dari lamunan. "Sudah kok Pak." Jawabnya sedikit canggung. Kenapa ya, bosnya bertanya soal ini di luar jam kerja. Nayara hanya ingin sampai segera sampai ke parkiran mobil, "Bapak kenapa belanja di sini juga?" Tanya Nayara penasaran

"kamu keberatan bertemu saya?"

Nayar segera menggeleng sebagai alasan rasa tidak nyamannya. "Biasa saja, saya cuman tanya saja kok." Mereka jalan saling beriringan.

"Supermarket ini milik publik dan dekat dengan rumah saya." Jawab Regan

benar juga jawabannya. Nayara mengangguk-angguk. "Ya, sudah sana Bapak pulang duluan."

"Kok ngusir sih? Ah, saya tahu, kamu mau pacaran sama Galih ya?" Tebaknya

"ih, dibilang bukan pacar, Pak Regan nggak dengar. Ya, tadi Mas Galih bilang apa?"

"dengar kok. Tapi panggilnya Mas kaya pacaran aja." Celetuk Regan

"Saya juga bisa panggil Pak Regan jadi Mas, dan kita nggak pacaran. Jadi panggilan Mas itu sifatnya general." Jelas Nayara tersungkur-sungut. Untung Galih sudah jalan lebih dulu. Memberikan ruang untuk keduanya.

"Oh, begitu ya,"

Nayara menghela napas panjang. Ia. Malas meladeni bosnya. Sudah nyaris tiga bulan bekerja Regan sedikit demi sedikit terlihat menyebalkan.

BloomingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang