Hari Pertama Bekerja

306 86 9
                                    

Nayara tergesa-gesa masuk ke dalam rumahnya, disambut dengan raut wajah bahagia dari sang Mentari.

"Mama pulangnya masih ada matahari." Ucapnya gembira. Biasanya Nayara akan pulang setelah hari sudah gelap.

"Iya dong, senang nggak?"

Mentari mengangguk antusias. "Senang. Mama ayo jalan-jalan." Pintanya

"Ayo, Mama ajak Mentari ke toko buku ya,"

"Asik..." jawabnya antusias.

Mentari segera berlari mendekati Mbak Ayi lalu meminta Mbak Ayi mengganti bajunya karena ia segera pergi jalan bersama mamamya.

Untuk merayakan kebahagiaan dirinya dihari ini mengajak putrinya ke mal besar di Jakarta, Nayara berdiri depan kaca. Memakai rok tanggung dan kemeja berwarna putih, ia juga memakai topi agar rambut panjangnya tidak mengganggunya.

"Mama, Mama ayo...!!" Mentari menarik tangan sang mama.

"Sebentar ya, Mama pakai lipstik dulu."

"Tari mau Mamaa..." pintanya sedikit merengek.

"Tunggu Tari besar ya? Tari masih kecil." Nayara memberi pengertian.

"Besar itu tinggi ya, Mama?"

Nayara terkekeh lalu mengangguk. Mereka sudah siap untuk pergi jalan-jalan ke mal. Ia menggandeng tangan Mentari dan mereka mulai keluar dari rumah mereka. Kali ini mereka menaiki motor Nayara.

"Mentari mau makan apa?"

"Apa ya..." ada jeda karena Mentari masih berpikir makanan di dalam mal mana yang enak, ia jadi bingung karena semua makanan di sini terlihat enak.

Apa Mentari makan nasi padang saja ya, tapi bosan. Sekilat ide itu muncul di kepalanya. "Mama mau makan nasi goreng Solaria boleh?"

"Boleh dong, tapi ke toko buku ya, baru makan."

Mentari mengangguk antusias. Keduanya mulai masuk ke toko buku yang cukup besar. Di tengah perjalanan tiba-tiba ponselnya berdering. Ada nama dokter Galih di sana.

"Hai, Nay..." sapanya

"Hai, Mas. Apa kabar?" Nayara basa-basi.

"Saya sehat. Kamu sehat kan? Mentari sehat Nay? lama tidak menelepon kalian. Sampaikan maaf saya pada Mentari." Jelas dokter Galih.

"Kami sehat. Anaknya mau nge-date sama mamanya nih, mau bicara?"

"Boleh. Dengan senang hati."

Nayara memberikan ponselnya dan keduanya mulai bercengkrama, terlihat raut wajahnya berseri-seri. Ada rasa bahagia namun Nayara menyadari Galih hanya kasihan dengan keduanya.

"Iya Om dokter... Aku makan banyak kok." Balas Mentari

"Jaga kesehatan ya, maaf Om belum bisa bertemu Mentari. Nanti kita ketemu kalau Om sudah tidak sibuk ya, Nak." Ucap Galih. Nyaris satu bulan tidak bertemu karena jadwal kerjanya sebagai dokter yang cukup padat.

"Iya, Om. Nggak apa-apa." Balas Mentari

Sambungan telepon mereka berakhir. Galih— laki-laki yang selama ini menemaninya, hadir melengkapi kekosongan untuk Mentari. Pria itu baik, Nayara beruntung bisa mengenal Galih.

***

Mbak Ayi tadi saya kelupaan sesuatu nggak ya?

Nayara mengirim pesan untuk mbak Ayi guna memastikan bahwa ia tidak melupakan sesuatu, tak lama kemudian mbak Ayi langsung membalas.

Nggak ada Bu. Buku mewarnai Mentari ada kok.

Oke deh, makasih ya.

Sama-sama Ibu. Yang semangat kerjanya.

BloomingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang