Diantar Pulang

249 73 5
                                    

"Tari!" Panggilnya

Astaga...
Jantungnya hampir copot mengingat hal bodoh yang mereka lakukan, ia kehilangan jejak tari secara tiba-tiba. Ia segera mendekati Tari yang berlari ke arahnya.

"Mentari dari mana? Mama, Om nyariin lho, Nak." Ucap Galih

"Maaf Om... Tari nyasar."

Galih langsung memeluk Mentari sebentar lalu ia segera berdiri dan mengucapkan terima kasih, keduanya sangat panik.

"Sekali lagi terima kasih sudah menyelamatkan Tari." Ucap Galih

"Sama-sama. Lain kali jangan biarkan anak anda sendirian."

"Baik Pak..."

Laki-laki yang belum Galih tahu namanya berpamitan dari hadapan mereka, ia bersyukur masih ditemukan dengan mentari.

"Om baik terima kasih ya," ucap Mentari tulus.

"Sama-sama Tari. Lain kali hati-hati." Sebelum beranjak pergi Regan mengusap kepala Mentari. Lalu ia mulai meninggalkan keduanya. Ada saja tingkah anak-anak yang tiba-tiba memisahkan diri dari orang tuanya.

Sementara Galih segera mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang, "Kembali ke meja Nay, Tari sudah di sini."

"Iya. Mas." Di sana Nayara segera kembali ke meja mereka. Jantungnya nyaris copot, Mentari membuatnya panik setengah mati.

Bagaimana tidak panik tiba-tiba Mentari tidak bisa dihubungi lebih dari sepuluh menit, ia mencoba menghubungi melalui panggilan telepon tapi tidak angkat. Nayara tidak tahu apa yang harus ia lakukan kalau Mentari benar menghilang. Kebodohan sepanjang hidupnya tidak memaksa Mentari bersamanya.

"Mentari..."

"Mama, Tari minta maaf..." ucapnya

Nayara langsung memeluk mentari erat. "Tari mematikan ponselnya ya, atau bagaimana?" Tanya Nayara

Pelukan mereka terlepas. "Nggak kok Mama..."

Nayara segera mengambil tas Mentari lalu mengecek kembali ponsel Mentari, pantas tidak diangkat Mentari mematikan deringnya.

"Nak, deringnya jangan dimatiin jadi kamu nggak tahu Mama telepon."

"Mama, Tari nggak tahu kalau ponselnya nggak bunyi." Jelas Mentari

Mungkin ini juga bagian dari keteledorannya tidak kembali mengecek ponsel Mentari. "Tidak apa-apa lain kali jangan begini ya."

Mentari mengangguk. Nayara kembali memeluk gadis kecilnya. Mereka bisa bernapas lega karena Mentari baik-baik saja.

"Ketemu di mana Mas?" Tanya Nayara pada Galih.

"Diantar sama pria asing, tadi nggak sempat kenalan. Kayanya beliau buru-buru." Jawab Galih

"Sama om baik Mama." Mentari menyahut diantara keduanya.

Bagaimana bisa disebut orang baik padahal baru bertemu sekali, tapi biarlah terpenting Mentari aman. Keduanya sudah menyelesaikan makan malam. Makan malam dipenuhi rasa kepanikan ini berakhir, mereka bertiga kembali ke rumah.

"Terima kasih Nayara..." ucap Galih

"Harusnya saya yang berterima kasih. Terima kasih sudah mengajak kami, Mas." Balas Nayara

Galih mengangguk. Ia beralih berjongkok di hadapan Mentari.

"Om pulang dulu ya, selamat malam..." Galih mengusap pipi Mentari.

"Selamat malam Om Dokter. Hati-hati!" Balas Mentari.

Mentari melambaikan tangan ke arah Galih. Hari ini senang karena bertemu dokter kesayangan Mentari.

BloomingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang