Singkat cerita, [Name] sudah ada di acara retreat itu.
Saat ini masih pagi, masih sejuk, adem mayem, tapi [Name] sendiri sudah ngantuk-ngantuk ketimbang semangat seperti yang lain.
"[Name]. . ?"
"Hmm. . ."
"Kau dah sarapan? Kok lemes gini. . ." khawatir Yaya melihat [Name] yang membenamkan wajahnya ke lipatan tangan yang ada di jendela bus.
"Ah. . . maaf. Biarkan aku tidur ya? Aku ngantuk. . ." [Name] melepas sepatunya, mengambil selimut dari tasnya, mengangkat kedua kakinya, lalu menutup seluruh badannya, dan tidur.
"Wey, mana boleh tidur. Nanti Papa Zola tau kau kena hukum pula?!" tegur Ying menggoyangkan badan [Name].
"Ini perjalanan panjang buat ke gunung kan? Napa gak boleh tidur?!" protes [Name].
"ATTENTION EVERYONE! ATTENTION!!" jerit Papa Zola, tampak ingin mengumumkan sesuatu.
Ah sialan.
Harus dengar omongannya yang panjang lebar lagi? Kali ini tentang apa coba? Keamanan selama menjadi penumpang atau semacamnya?
Terserah lah. . . [Name] mau tidur pokoknya, ngantuk. Biar lah Ying dan Yaya yang akan menjelaskannya nanti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jadi? Sebenarnya apa yang membuat [Name] begitu ngantuk?
Mari kita mundurkan waktunya–
Subuh hari saat [Name] baru bangun, jam empat lewat tiga puluh.
Cuci muka, lalu hendak membuat sarapan–
"[Name]!"
"Opocot!"
[Name] langsung melihat orang yang mengagetkannya.
"Fan?"
"Kami. Ikut." tekannya pada [Name].
Muncul lah dari sisi kirinya si Duri, dan kanannya si Blaze.
"Ikutt. . ." rengek Duri.
[Name] menghela napasnya, "Enggak, Duri. . . udah berapa kali aku bilangin hmmm??"
"Tetap mau juga."
"Enggak. Balik tidur."
"Gak mau. Nanti kalau di gunung [Name] jatuh atau terluka gitu gimana?"
"Gak usah khawatir, lebih baik kamu balik tidur. Ini masih terlalu pagi–."
"Gak mau."
"Yaudah terserah kalian." capek mulut [Name], habisnya dibilangin terus tetap aja mereka gak terima.
"Serius?!" senang Duri.
"ENGGAK!"
"[Name]. . ." panggil Gempa dari belakangnya.
[Name] menyahut, "Apa?"
"Barang-barangmu udah disiapkan." senyumnya pada [Name].
Mendengar hal itu, tentu saja [Name] tak mempercayainya.
"Barang-barang kita pun dah siap! Ya kan Gempa?" tanya Blaze menyeringai.
Gempa terkekeh kekok, "Ya. . begitu lah."
Tanpa banyak basa-basi lagi, [Name] pergi ke ruang tamu. Di sana sudah ada kopernya bersama satu koper lama miliknya. Tak lupa satu tas besar yang. . . entah apa isinya.
"Kalian bisa packing?!" [Name] gak habis mikir.
"Packing??" beo Duri bingung.
Gempa mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Penjaga Y/N
FanfictionKisah nya si reader (Y/N) mempunyai 7 kucing yang sudah bersama nya sejak kecil. Reader (Y/N) sudah mempunyai para kucing ini sejak kehilangan sahabat-sahabat cowok nya saat masih di sekolah dasar. Rupa-rupanya para kucing itu lah sahabat reader (Y...