Habislah.
Gimana tuh nasib kucing-kucingnya?
Sudah tiga hari lewat, belum juga waktunya bagi mereka untuk ke Villa yang dimaksud. Harus ada berpergian ke beberapa destinasi lagi sebelum ke villa untuk menjumpai kucing-kucing nakalnya itu.
Aduh– aduh. Migrain [Name] dibuat mereka.
Entah dah hilang kah?
Mati kelaparan kah?
Gimana tuh keadaan mereka sekarang?
Tiga hari berturut-turut tak ada makanan, gimana ceritanya coba mereka bisa bertahan?
Berburu?
Kucing rumahan macam mereka berburu?? Ragu [Name].
Saat ini mereka sedang bertenda di dekat sungai. Langit malam yang indah juga membuat orang lebih betah di sini meski banyak nyamuknya.
Gak heran, karena di sini dekat sungai kan. . . belum lagi suara jangkriknya itu.
Tapi syukurlah semuanya bisa tertidur lelap karena capeknya menjalani aktivitas seharian itu. . .
Bayangkan lah, selama tiga hari ini, kerja mereka antara memburu untuk makan sendiri atau menimba air dan menyaringnya sendiri dengan apa yang sudah diajarkan dalam kelas.
Benar-benar seperti game survival yang ada di HP atau video-video YouCube. Dimana mereka membangun tenda sendiri, buru sendiri, masak sendiri, keliling hutan pun sendiri.
Aigo, gimana ini, gimana??
Dah tiga hari, macam mana [Name] gak khawatir?
Jadi, karena kekhawatirannya itu lah [Name] memutuskan untuk melakukan sesuatu yang diluar nalar.
Malam ini juga, [Name] akan pergi ke villa itu langsung buat jemput mereka.
Tentunya hal ini diketahui oleh Ying dan Yaya, terus Fang dan Gopal juga malah tau karena Yaya memberitahu mereka.
"Serius kau [Name]? Ini dah tengah malam, ketahuan guru gimana?! Berabe kita–!" ujar Gopal.
"Mulut kau yang berisik itu lah yang buat kita ketahuan, Gopal." potong Fang, mewakili [Name] yang juga ingin memotongnya.
"Villa itu dekat mana?" tanya Ying pada Yaya.
Yaya mengotak-atik jam kuasanya.
Entah apa lah yang dia ketikkan hingga muncul hologram peta kecil dari jamnya.
"Jalan kaki mungkin butuh empat jam untuk sampai. Tempatnya dekat. . ." Yaya memperbesar petanya.
"Batu besar."
[Name] mengerutkan alisnya.
"Batu besar?"
"Ya. . . itu lah. Kelihatannya kita harus jalan sekarang, keburu matahari terbit kalau kita berlama-lama di sini."
"Yaudah, gas jalan–"
"Bawa minummu [Name]. Di tengah perjalanan kau mungkin bisa lapar." kata Ying.
Oh okay, itu masuk akal.
"Terus mau bawa makanan gak?" tanya [Name].
"Itu bagian aku." dengan bangganya, Gopal membuka tasnya yang berisikan dengan banyak roti.
Tapi rotinya dah pada penyet-penyet semua. . .
Mulut [Name] sempat mangap. "Kok bisa kau bawa? Gak ketahuan Cikgu Papa?"
"Haaa. . ! Itu lah keahlian aku." kekehnya sembari menaik turunkan alisnya.
Woahh. . .
Ya boleh lah boleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Penjaga Y/N
FanfictionKisah nya si reader (Y/N) mempunyai 7 kucing yang sudah bersama nya sejak kecil. Reader (Y/N) sudah mempunyai para kucing ini sejak kehilangan sahabat-sahabat cowok nya saat masih di sekolah dasar. Rupa-rupanya para kucing itu lah sahabat reader (Y...