34

220 42 7
                                    

Habislah.

Gimana tuh nasib kucing-kucingnya?

Sudah tiga hari lewat, belum juga waktunya bagi mereka untuk ke Villa yang dimaksud. Harus ada berpergian ke beberapa destinasi lagi sebelum ke villa untuk menjumpai kucing-kucing nakalnya itu.

Aduh– aduh. Migrain [Name] dibuat mereka.

Entah dah hilang kah?

Mati kelaparan kah?

Gimana tuh keadaan mereka sekarang?

Tiga hari berturut-turut tak ada makanan, gimana ceritanya coba mereka bisa bertahan?

Berburu?

Kucing rumahan macam mereka berburu?? Ragu [Name].

Saat ini mereka sedang bertenda di dekat sungai. Langit malam yang indah juga membuat orang lebih betah di sini meski banyak nyamuknya.

Gak heran, karena di sini dekat sungai kan. . . belum lagi suara jangkriknya itu.

Tapi syukurlah semuanya bisa tertidur lelap karena capeknya menjalani aktivitas seharian itu. . .

Bayangkan lah, selama tiga hari ini, kerja mereka antara memburu untuk makan sendiri atau menimba air dan menyaringnya sendiri dengan apa yang sudah diajarkan dalam kelas.

Benar-benar seperti game survival yang ada di HP atau video-video YouCube. Dimana mereka membangun tenda sendiri, buru sendiri, masak sendiri, keliling hutan pun sendiri.

Aigo, gimana ini, gimana??

Dah tiga hari, macam mana [Name] gak khawatir?

Jadi, karena kekhawatirannya itu lah [Name] memutuskan untuk melakukan sesuatu yang diluar nalar.

Malam ini juga, [Name] akan pergi ke villa itu langsung buat jemput mereka.

Tentunya hal ini diketahui oleh Ying dan Yaya, terus Fang dan Gopal juga malah tau karena Yaya memberitahu mereka.

"Serius kau [Name]? Ini dah tengah malam, ketahuan guru gimana?! Berabe kita–!" ujar Gopal.

"Mulut kau yang berisik itu lah yang buat kita ketahuan, Gopal." potong Fang, mewakili [Name] yang juga ingin memotongnya.

"Villa itu dekat mana?" tanya Ying pada Yaya.

Yaya mengotak-atik jam kuasanya.

Entah apa lah yang dia ketikkan hingga muncul hologram peta kecil dari jamnya.

"Jalan kaki mungkin butuh empat jam untuk sampai. Tempatnya dekat. . ." Yaya memperbesar petanya.

"Batu besar."

[Name] mengerutkan alisnya.

"Batu besar?"

"Ya. . . itu lah. Kelihatannya kita harus jalan sekarang, keburu matahari terbit kalau kita berlama-lama di sini."

"Yaudah, gas jalan–"

"Bawa minummu [Name]. Di tengah perjalanan kau mungkin bisa lapar." kata Ying.

Oh okay, itu masuk akal.

"Terus mau bawa makanan gak?" tanya [Name].

"Itu bagian aku." dengan bangganya, Gopal membuka tasnya yang berisikan dengan banyak roti.

Tapi rotinya dah pada penyet-penyet semua. . .

Mulut [Name] sempat mangap. "Kok bisa kau bawa? Gak ketahuan Cikgu Papa?"

"Haaa. . ! Itu lah keahlian aku." kekehnya sembari menaik turunkan alisnya.

Woahh. . .

Ya boleh lah boleh.

Kucing Penjaga Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang