21

3 0 0
                                    

Ivy berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Kemarin ia sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Niatnya, ia akan menemani Alan di rumah sakit, namun suaminya itu melarangnya. Karena paksaan dari Alan, Ivy akhirnya memilih untuk pulang dan menunggu kabar Miwa dari rumah.

Hari ini Ivy datang lagi ke rumah sakit untuk membawakan Alan sarapan dan baju ganti untuk suaminya. Semalam Ivy kesulitan untuk tidur, ia sangat khawatir dengan kondisi Miwa.

"Mas,"

"Kok kamu kesini ? Kamu harus istirahat di rumah sayang,"

"Aku udah gapapa kok mas. Kalo di rumah malah gak tenang, kepikiran terus,"

"Kamu kesini sama siapa ?" Tanya Alan

"Aku tadi naik taxi,"

"Kenapa gak minta pak Hasan buat antar kamu ?"

"Pak Hasan nanti mau antar mama kesini. Kasihan kalo bolak-balik. Ini aku bawain mas sarapan,"

"Aku belum lapar,"

"Ayo dong mas di makan dulu. Kamu juga perlu makan biar tetap sehat, Miwa sedang butuh kamu mas. Kalau kamu sakit, nanti siapa yang bakal jagain Miwa," bujuk Ivy

"Baiklah,"

"Aku suapin ya," tawar Ivy yang di balas anggukan oleh Alan

Suapan demi suapan pun di lakukan oleh Ivy hingga makanan yang ia bawa habis tak tersisa

"Ini aku juga bawain baju ganti. Ada peralatan mandi juga. Kamu mending mandi dulu mas, biar seger,"

"Iyaudah aku mandinya di ruanganku aja ya. Sekalian mau check kerjaan sebentar,"

"Iya mas,"

"Aku titip Miwa ya sayang. Kalo ada apa-apa kabarin aku. Gapapa kan kalo aku tinggal sendiri ?" Tanya Alan

"Gapapa kok mas. Bentar lagi mama juga kesini,"

"Iyaudah aku pergi sebentar ya sayang," ucap Alan lalu mencium kening, pipi, dan bibir Ivy

Setelah kepergian Alan, Ivy juga memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Meskipun di sana sudah di handle oleh Rian dan Anit, namun Ivy tetap memantau dari rumah

"Kok mau sendirian ? Alan mana ?" Tanya mama Maya yang baru saja datang

"Mas Alan sedang mandi ma. Katanya juga mau check beberapa pekerjaannya," jawab Ivy lalu mencium punggung tangan mertuanya

"Miwa udah ada perkembangan ?" Tanya mama Maya

"Belum ma,"

Tak lama setelah keduanya ngobrol, baik mama Maya maupun Ivy di kejutkan dengan dokter dan beberapa perawat yang berlarian menuju ruangan Miwa di rawat

Ivy dan mama Maya segera berdiri mendekati ruangan Miwa, namun tirai di ruangan Miwa di tutup rapat oleh salah satu perawat, sehingga keduanya tidak dapat melihat apa yang terjadi di dalam

Dengan segera, Ivy menghubungi Alan untuk memberitahu kondisi di ruangan Miwa

Tak lama kemudian, Alan datang dengan tergesa-gesa. Terlihat juga jika rambut Alan belum kering sepenuhnya

"Gimana kondisi Miwa ?" Tanya Alan

"Dokter masih di dalam mas. Jadi kita belum tau kondisinya," jawab Ivy

Sekitar 20 menit mereka menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan Alan

"Gimana kondisi anak saya dokter Syam ?" Tanya Alan

"Maaf pak Alan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkata lain. Pasien tidak dapat kami selamatkan. Karena terjadinya pendarahan lokal di jaringan otak yang di sebabkan oleh pecahnya arteri atau pembuluh darah otak. Kondisi ini menyebabkan jaringan otak di sekitarnya mati. Sehingga itulah penyebab putri anda tidak bisa di selamatkan," jelas dokter Syam

"Dokter jangan main-main ya. Anak saya pasti sembuh dok,"

"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin dokter Alan. Tetapi Tuhan lebih sayang dengan putri anda,"

"Gak mungkin dok," pekik Alan

Alan langsung berlari masuk ke dalam ruangan Miwa, ia juga meninggalkan Ivy dan mama Maya yang masih syok disana

"Miwa bangun sayang. Jangan tinggalin ayah," tangis Alan sambil terus mengelus pipi Miwa

"Mas," panggil Ivy yang baru saja masuk bersama mama Maya. Kedua wanita itu sama-sama menangis di samping Alan

Ivy terus mengelus lengan Alan untuk memberikan ketenangan

"Udah Alan. Kamu harus ikhlasin Miwa, kasian dia Alan. Setidaknya dia udah gak ngerasain sakit lagi," ucap mama Maya di sela-sela tangisnya

"Enggak ma, Miwa gak boleh pergi ninggalin Alan. Ini semua salah Alan ma," teriak Alan histeris

"Udah mas, kamu gak boleh kayak gini. Kasihan Miwa, jangan seperti ini," ucap Ivy

Tubuh Alan seketika luruh di pelukan Ivy. Ini kali pertama Ivy melihat suaminya nangis seperti ini. Ivy sangat memahami betul perasaan Alan saat ini

.
.
.
.
.
.
.

Kini semuanya sudah berkumpul di kediaman keluarga Kalandra. Jenazah Miwa juga sudah tiba sejak 2 jam yang lalu. Semua orang datang berbondong-bondong ke rumah Alan untuk melayat. Banyak sekali pelayat yang hadir disana

Alan terlihat duduk melamun di depan jenazah putrinya. Begitupun dengan Ivy, ia selalu setia menemani Alan yang tengah berduka

"Lan ayo, sudah saatnya putrimu di makamkan," ucap papa Heri

Mereka semua sama-sama mengantarkan jenazah Miwa ke tempat peristirahatannya yang terakhir

Semua orang merasa sangat kehilangan gadis kecil yang sangat ceria itu. Tak terkecuali Tata, sahabat baik Miwa. Tata menangis di pelukan sus Mirna, sedangkan Ivy tengah memeluk mama Maya yang sedang menangis karena kehilangan cucu pertamanya

Semua prosesi pemakaman udah dilaksanakan, kini tinggal tahap akhir yaitu tabur bunga

Alan terlihat duduk di depan makan putrinya, tak peduli dengan pakaiannya yang kotor, penuh dengan tanah. Ingin rasanya Alan memeluk gundukan tanah itu dan tak ingin beranjak dari sana

"Ayo kita pulang Lan," ajak papa Heri

"Aku gak mungkin ninggalin Miwa di sini pa," ucap Alan lirih

"Kamu gak boleh terus-terusan seperti ini. Kasian putrimu kalo liat kamu seperti ini Lan. Ayo pulang," bujuk papa Heri

"Ayo mas kita pulang. Kita do'akan Miwa dari rumah," ajak Ivy

Alan pun akhirnya berdiri dan mau ikut mereka pulang

Setelah 30 menit perjalanan, mereka tiba di rumah. Alan langsung membersihkan dirinya, sedangkan Ivy masih di ruang tamu untuk menemani beberapa tamu yang masih berdatangan

Malam harinya, akan diadakan pengajian untuk Miwa selama 7 hari. Sedari tadi, Alan terlihat sangat murung dan sering melamun. Semua orang sangat memakluminya, mereka tau betapa sedihnya Alan yang ditinggal putri satu-satunya.
Ivy pun sebenarnya juga sangat sedih dan begitu kehilangan Miwa, namun ia enggan menunjukkan kesedihan itu di depan semua orang, terutama Alan. Ivy hanya tidak ingin kesedihannya membuat Alan makin terpuruk

"Mas makan dulu yuk. Udah di tunggu sama mama papa," ajak Ivy

"Aku masih ingin disini," ucap Alan yang masih betah berdiam diri di kamar Miwa

"Aku tau mas sedih, tapi mas harus tetap jaga kesehatan mas. Mas gak boleh seperti ini terus, nanti Miwa sedih. Miwa sangat senang kalo ayahnya itu ceria kan,"

"Kamu benar. Pasti Miwa sedih kalo lihat aku seperti ini. Tapi ini terlalu menyakitkan buat aku,"

Ivy langsung memeluk Alan, ia membiarkan suaminya menangis di dalam pelukannya

Setelah di rasa sudah tenang, barulah Ivy mengajak Alan untuk makan malam bersama

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung

Jangan jadi pembaca gelap ya, tolong hargai author nya yang sudah susah payah menulis

Cukup vote dan komen aja
Karena itu sangat berarti buat author

Terimakasih

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang