4

13 0 0
                                    

Ivy sedang berjalan menuju ruang makan. Disana semua orang sudah berkumpul dan siap untuk sarapan

"Pagi" sapa Ivy

"Pagi dek," jawab mereka semua yang ada disana

"Bundaa," sapa Tata saat melihat Ivy datang

"Halo sayang," balas Ivy sambil mencium kening Tata kemudian ia duduk di depan Tata yang tengah disuapin oleh sus Mirna

Ivy kemudian memilih sarapan dengan nasi goreng, ia memilih sarapan berat karena jadwalnya hari ini padat

"Kamu jadi kan kerumah sakit dek ?" tanya Iva

"Jadi kak. Tapi agak sorean," jawab Iva

"Siapa yang sakit dek ?" Tanya mamanya

"Ibunya Rian ma," jawab Ivy

"Sakit apa ? Kok mama gak tau kalau ibunya Rian sakit,"

"Ibunya Rian udah lama sakit jantung ma. Beliau dulu salah satu pasien kakak,"  jawab Iva

"Trus gimana sekarang kondisinya ?" Tanya papanya

"Dua hari lalu sempat drop pa. Tapi kemarin udah jauh lebih baik kok kondisinya," jawab Iva

"Iyaudah nanti adek ke rumah sakit sama siapa ? Biar mama antar ya," ucap mamanya

"Adek berangkat sama Rian ma,"

"Iyaudah kalau gitu. Salam buat ibunya Rian ya, mama belum bisa jenguk kesana,"

"Iya ma nanti aku sampaikan," ucap Ivy

Mereka kemudian melanjutkan sarapan paginya. Setelah selesai sarapan, Ivy berangkat ke kedainya seperti biasa.

.
.
.

Sementara itu di rumah sakit, terlihat Alan yang baru saja memasuki ruang kerjanya

"Pagi dok," sapa Sari suster yang membantu Alan

"Pagi. Oh iya Sar, hari ini ada berapa pasien yang harus saya operasi ?"

"Hari ini ada 6 operasi dan 20 visite pasien dok,"

"Terimakasih Sari. Masih ada waktu 10 menit lagi sebelum kita pergi ke ruang operasi. Siapkan semua ya,"

"Baik dok. Oh iya dok tadi ada pesan dari dokter Sarah, kalau nanti siang dokter diajak makan bareng diluar,"

"Bilang sama dokter Sarah kalau saya ada operasi jadi ga bisa," jawab Alan

"Baik dok. Saya permisi dulu," pamit suster Sari

Alan selalu menolak ajakan setiap wanita yang berusaha untuk mendekatinya. Sarah adalah dokter kandungan, ia sudah lama menaruh hatinya kepada duda anak satu tersebut. Menyandang status duda anak satu, tak membuat para wanita menjauhi Alan, malah para dokter wanita dan suster disana kerap mendekatinya. Mereka berebut untuk mendapatkan perhatian dan hati Alan. Namun semua usaha mereka terbilang sia-sia, Alan yang terkenal dingin sejak dulu tidak pernah meresponnya, ia malah risih dan tidak suka dengan kelakuan para wanita itu. Menurutnya, kelakuan mereka itu terlalu genit dan murahan.

"Akhirnya selesai juga," ucap Alan yang baru saja menyelesaikan serangkaian operasinya. Ia melihat ternyata sudah pukul 4 sore.

Setelah istirahat 15 menit, kemudian ia bangkit dari duduknya dan meraih jas sneli serta stetoskop dan berjalan keluar ruangannya. Alan masih menggunakan scrub medisnya yang kini dilapisi dengan jas sneli, saat ini ia sangat malas untuk mengganti pakaiannya.

Alan berjalan menyusuri lorong rumah sakit diikuti oleh 2 suster dibelakangnya

"Selamat sore," sapa Alan saat memasuki ruangan salah satu pasiennya

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang