part 69

353 20 116
                                    

Pagi hari nya setelah selesai sarapan bersama, habib zaidan dan khansa memutuskan untuk pergi ke ndalem untuk membicarakan kejadian semalam yang terjadi di asrama santri.

"ada apa sayang" ucap umi yang kini sudah duduk berdua dengan khansa di gazebo ndalem

"tapi janji jangan marah ya umi" khansa

"memang nya pernah melihat umi marah?" umi

"gak pernah umi" khansa

"yowes ayo cerita, umi ra bakal marah masa umi tega marah sama menantu umi yang tersayang ini" ucap umi mengusap lembut pipi khansa

"jadi gini umi" ucap khansa lalu mulai menceritakan masalah kemarin malam dari awal sampai akhir

"astagfirullahaladzim" ucap umi bereaksi sama seperti suaminya

"diberi hukuman saja ya umi, jangan di keluarkan dari pondok" ucap khansa, umi yang melihat khansa hanya menatap dalam wajah menantu nya itu

"memang nya kenapa kalau sampai dikeluarkan" tanya umi

"kasihan umi dia masih mau belajar disini, lagian sudah kelas akhir juga jadi sayang banget mi" khansa

"sekarang umi tanya, memang nya khansa gak sakit hati?" umi

"sakit hati? memang nya kenapa khansa harus sakit hati mi?" khansa

"ya sakit hati karena santri khansa sendiri menyukai suami khansa" umi

"alhamdulillah khansa gak sama sekali sakit hati umi, karena pikiran khansa ya mungkin wajar seseorang menyukai, mengagumi orang lain asal tidak keterlaluan saja" khansa

"bahagia banget umi dapat menantu seperti khansa" ucap umi menggenggam tangan khansa

"seharusnya khansa yang lebih bahagia dapat orang tua seperti umi" ucap khansa, umi pun tersenyum lebar

"jadi jam piro kita ke ruang keadilan?" umi

"jam 10 umi" khansa

"ini sudah jam 10 lewat 10 menit, ayo kesana" umi

"khansa bilang ke mamas dulu ya mi" ucap khansa lalu mendatangi suaminya yang berada di dalam ruang keluarga sedang mengobrol bersama abi dan habib anis

"mba mau kemana?" datang muna

"ayo kalau mau ikut" ucap khansa, lalu mereka bertiga pun segera berangkat ke ruang keadilan untuk menyelesaikan masalah kemarin malam, sampai di ruang keadilan sudah ada resya, nabila dan ustadzah yang menunggu.

"ada apa umi" bisik muna bertanya ke umi

"sudah di lihat saja" ucap umi, mereka bertiga pun duduk

"kok iso- iso nya kalian bertengkar, umi gak habis pikir" ucap umi, resya yang mendengar langsung mendatangi umi memegangi kaki umi

"umi maaf umi saya salah, resya mohon jangan keluarkan resya dari pondok" mohon resya

"kalau kamu tidak mau di keluarkan dari pondok lantas kenapa kalian berdua bertengkar hanya karna masalah yang mustahil" ucap umi yang tidak lama tangannya di gengggam oleh khansa dengan harapan hati "jangan keluarkan mereka dari pondok umi"

"umi kami berdua salah, kami siap menerima apapun hukuman yang diberikan tapi jangan keluarkan kami dari pondok" nabila

"hukuman apa yang pantas umi berikan untuk kalian?" umi

"apapun hukuman nya umi kami siap menerima dan menjalani" nabila

"kalian tau kan perbuatan kalian ini bisa di contoh oleh teman- teman kalian di asrama, saya gak perduli ya tentang pengakuan suka dengan bib zaida, mengagumi dia, saya gak mikirin itu tapi yang saya pikirkan kalian sudah membuat onar di asrama dan saya takut kelakuan kalian bakal di contoh santri lain" ucap umi yang membuat muna tercengang akan akar dari masalah ini

Habib kuu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang