20-Menyerbu

136 21 1
                                    

Karena lagi baik nih suasana hati ku. Ku kasih bonus chapter

***

Gayatri menatap para Kurawa yang keras kepala, apa-apaan mereka?

Apa kalian ingin bertindak sendiri?

"Bukankah tidak adil jika kalian yang hanya bertujuh, menikmati kemenangan dari kami seratus bersaudara? "Ejek Duryudana dengan tatapan angkuh.

"Hmph! Apa kamu berpikir dirimu akan menang, hanya karena keunggulan jumlah?"ejek Bima tak kalah pedas.

"Jika begitu, mari kita buktikan! Kami akan menyerang lebih dulu!"Duryudana turun gunung, lalu menyerang pasukan Pancala, bersama saudara-saudaranya.

"Aku tidak tau, apakah aku harus menganggumi keberaniannya atau kebodohannya " Gayatri menggelengkan kepalanya, lalu menatap kelima kakak-kakaknya.

"Jadi apa rencana kita?"tanya Gayatri.

Tidak ada yang berbicara, mereka mengabaikan Gayatri, sepertinya mereka masih marah karena Gayatri bersikeras membawa Karna untuk berpartisipasi, dalam perang.

Gayatri terpaksa menarik Karna bergabung, kerena khawatir dengan keselamatan mereka. Tetapi mereka sepertinya salah paham, jika dirinya berpihak pada Karna.

"Kakak Yudistira, apa kamu juga akan mengabaikan ku?"tanya Gayatri mendesah sedih.

"Hah.... Bukannya seperti itu, kami hanya tidak nyaman karena kamu membelanya terus-menerus, dan melupakan kami"ungkap Yudistira dengan jujur.

Gayatri tersenyum, dan berjalan kearah kakaknya, dia memeluknya satu persatu, "Kalian adalah keluarga ku, bagaimana aku bisa melupakan kalian? Bukankah ini konyol~"

"Tapi kamu memang melupakan kami, kamu bahkan hanya berbicara dengan Raja Angga sedari tadi. Katakan padaku, kamu tidak menjalin asmara dengannya kan?"marah Arjuna.

"Tidak, tidak ada yang seperti itu. Jangan khawatir, sekarang bagaimana rencana kita?"tanya Gayatri penasaran.

***

"Apa Pangeran Kuru selemah ini?~
Aku tidak sabar, melihat wajah Bisma yang penuh air mata, saat aku menjadikan pangeran-pangeran Kuru menjadi pelayan ku!"tawa Raja Drupada dari Kerajaan Pancala

Duryudana mengepalkan tangannya menahan amarahnya yang akan meledak, ditengah kemarahannya itu, dia mendengarkan suara hujan panah yang mempesona.

Panah dengan tiga warna.....

Panah Biru yang seperti tetesan hujan.

Panah Kuning yang terlihat seperti kobaran api mentari, yang akan membakar apapun yang dilewatinya.

Terakhir, Panah Merah seperti darah kental milik musuh-musuh mu.

"Serangan Pandawa!"para prajurit meneriaki nama penyerang.

Serangan bertubi-tubi datang menerpa pasukan Pancala, Raja Drupada yang mendapatkan serangan itu, tak kenal takut. Dia tertawa terbahak-bahak dan tidak sabar untuk membiarkan musuhnya memasuki tengah formasi pasukannya.

Seperti keinginan Drupada, semua penyerang telah memasuki inti dari formasi miliknya.

Drupada tiba-tiba muncul dan berubah menjadi lima. Ini membuat mereka kebingungan yang mana asli, diantara kelimanya?

Tetapi tidak ada waktu untuk bingung lagi!

Bima, Nakula, Sadewa, Yudistira, Gayatri, serta Karna sedang sibuk untuk mengalahkan pasukan yang mulai menyakiti mereka. Mereka hanya bisa diam-diam melindungi Arjuna, biarkan Arjuna yang menentukan siapa Drupada yang asli!

"Aduh, aku sangat lapar"keluh Bima dengan tatapan sedih.

"Kapan kamu tidak lapar, kakak Bima?~"ejek Nakula.

"Hmph! Aku lapar karena terlalu banyak mengalahkan musuh!"elak Bima.

"Hahahaha...."Sadewa menertawakan lelucon Nakula atas Bima, meskipun dia tertawa, dia tidak melepaskan kesempatan menghabisi musuh-musuhnya.

"Kita sedang bertarung, mohon serius kakak!"marah Gayatri, bisakah kalian lebih serius?

Tolong jangan bercanda!

"Jangan terlalu serius, adik. Kami pasti menang~"yakin Sadewa.

"Meskipun kepercayaan diri itu bagus, tapi jangan sesantai itu! Kita sedang perang!"kesal Gayatri.

"Aduh.... Kamu ini mulai mengomel-ngomel seperti Arjuna lagi"keluh Nakula yang di angguki Bima.

Disisi lain, Arjuna berbinar saat melihat kelima batu yang diberikan Krishna, kelima batu itu membantunya untuk mencari Raja Drupada yang asli.

Akhirnya kemenangan diraih oleh Pandawa!

"Kita menang!"Gayatri tersenyum bahagia, dan bahkan melompat memeluk Karna yang ada disampingnya.

"...."kebahagiaan para Pandawa, berubah menjadi kesunyian.

"Jauhi adik ku!"Arjuna sangat marah dan melepaskan pelukan itu.

"Ekhm.... Maafkan aku"Karna meminta maaf dengan tulus.

"Tidak, aku yang memulai duluan. Ini bukan salah Karna, jadi jangan meminta maaf"Gayatri merasa tidak enak, kebiasaan memeluk orang ini, sepertinya perlu diperbaiki.

"Baiklah, hentikan pertikaian kalian. Sebaiknya kita bebaskan saudara-saudara kita yang lain"bujuk Yudistira.

"Saudara? Aku tidak ingat kita memiliki saudara yang lain, kakak Yudistira"sinis Gayatri sambil melirik seratus Kurawa yang telah dirantai.

"Ngomong-ngomong~ kalian sangat cocok di rantai disana. Terutama kamu, apa disana menyenangkan? Pangeran Duryudana~"Gayatri tersenyum dengan seringai lucunya.

Duryudana menggertakkan giginya menahan amarah, dia tidak pernah dipermalukan seperti ini.

Beraninya kamu!

Dasar anak pelayan!

Aku akan membalas dendam ini, seratus kali lipat dikemudian hari!

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang