27-Firasat Buruk

114 21 0
                                    

Gayatri mendesah sedih, meksipun dia sudah menduga jika hasilnya adalah seri. Dia tetap berharap akan adanya sebuah keajaiban~

Walaupun sangat disayangkan, memang sudah menjadi dugaannya, jika Duryudana pastinya berhasil. Bagaimanapun tidak seperti aku yang sibuk mengalahkan monster, dia malah sibuk bersikap pura-pura keren.

Hmph!

Jika kamu bukan seorang Pangeran yang punya pendukung seperti Raja Destarasta. Ditambah memiliki kekayaan karena status mu itu. Apa kamu pikir dapat menang dengan mudah?!

"Ada apa? Kamu terlihat sangat marah"tanya Karna khawatir.

"Mungkinkah kamu marah karena hasilnya seri?"tanya Karna yang menebak dengan tepat sasaran.

"Hmph! Aku tidak marah, hanya saja orang ini benar-benar sulit dikalahkan"bisik Gayatri tidak berdaya. Ini benar-benar membuatnya sedikit frustasi.

"Aku tidak tau, pertandingan apa yang akan menjadi penentunya?"Gayatri menatap langit yang telah menutupi dirinya dengan awan-awan gelap, sepertinya tidak lama lagi akan turun hujan.

***

"Mengurus tempat yang dilanda bencana alam. Sepertinya ini sangat mendesak"gumam Gayatri, Karna menatap awan yang telah menghitam.

"Sebentar lagi hujan deras, apa kamu akan mengantarkannya besok?"tanya Karna, Gayatri menggelengkan kepalanya. Disini tertulis kata mendesak, jika mereka menunda. Maka akan banyak anak kelaparan.

"Kita harus berangkat sekarang!"

***

Dursala memunguti bunga-bunga yang berhamburan, bunga-bunga ini adalah bunga yang sudah dia pilih dengan benar, untuk dibuat kalung kemenangan kakaknya saat upacara penobatan Putra Mahkota.

Dia yakin, jika kakaknya adalah pemenang akhirnya!

Karenanya dia ingin membuatnya segera, saat sibuk dengan pekerjaannya. Seorang wanita cantik tiba-tiba muncul dan membantunya, "Biar ku bantu"

"Hah? Siapa kamu?"

"Nama saya, Kirana. Putri Dursala"ungkap Kirana dengan senyuman lembutnya, entah mengapa Dursala merasakan keakraban yang aneh dengannya.

"Kenapa aku merasa akrab dengan mu? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Kirana tersenyum dalam hati, tentu saja kamu merasakan keakraban. Kami adalah ibu dan anak, akan aneh jika tidak merasakan ikatan batin, bukan?

***

"Dia akan mati disini!"Sangkuni menunjuk peta, dimana lokasinya itu bertatapan dengan jurang.

"Bagus! Ku harap dia segera mati!"dengus Duryudana dengan senyuman.

"Benar, dimana Dursala? Ku dengar, dia membuatkan Kakak Duryudana kalung kemenangan"senyuman lembut, muncul dibibir Duryudana.

"Hahaha... Ayo Dursasana! Mari kita cari Dursala!"Sangkuni tersenyum tipis melihat interaksi keponakannya.

"Hey! Bukankah itu Dursala?! Siapa wanita itu?"Dursasana mengerutkan keningnya, mengapa wanita itu terlihat mirip dengan Dursala?

"Kakak"Dursasana memanggilnya pelan, Duryudana yang melihat keraguan dimata adiknya, akhirnya memilih bertanya.

"Ada apa?"

"Mengapa Dursala terlihat mirip dengannya?"tanya Dursasana ragu, Duryudana tersenyum lucu. Bagaimana mungkin seorang pelayan mirip dengan seorang tuan Putri? Terutama adiknya yang terkenal akan kecantikannya?

"Lihat baik-baik!"

Awalnya dia meremehkan pernyataan Dursasana, sampai akhirnya merasakan kejanggalan yang sama. Ini aneh, kenapa dia selalu memiliki perasaan jika keduanya terlihat seperti ibu dan anak?

Hati Sangkuni juga berdegup kencang, dia bukanlah orang bodoh, dia memiliki banyak kemungkinan dipikirannya.

"Duryudana! Periksa orang itu!"Sangkuni yakin ada sesuatu yang besar, yang tersembunyi didalam tubuh wanita itu.

Rahasia ini kemungkinan akan menjadi jawaban dari kegelisahan hatinya!

***

"Ada apa?"tanya Destarasta pada Gandari yang berhenti memakan makanannya.

"Hati ku tidak tenang, seolah anak ku akan direnggut dari dunia ini"

"Bagaimana mungkin? Semua anak kita di istana. Bagaimana bisa ada hal buruk yang terjadi?"

"Aku harap itu bukan pertanda buruk"gumam Gandari khawatir.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang