Gavin dan Kanaya

450 53 2
                                    







_____________

Bicara soal cinta, tak pernah ada yang tau bagaimana eksistensinya, hanya rasa aneh yang melingkupi dada yang mewakili rasa yang disebut cinta. Bagi Gavin, rasa aneh yang melingkupi dada nya hanya terasa saat bersama seseorang, cinta nya habis disatu orang dan orang itu adalah Kanaya Anindya, ibu dari putra semata wayangnya. Wanita yang ia nikahi diumur 21 tahun, dan ia ceraikan di umur 23 tahun saat sang anak berumur 1 tahun.

Mungkin banyak orang akan menyalahkan keduanya karena menikah terlalu dini, namun Gavin tidak akan menyesali keputusannya menikah dengan Kanaya saat itu karena sejak awal keduanya berkomitmen bersama agar bisa mencapai kesuksesan bersama, lulus dari fakultas hukum berdua dan menjadi penegak hukum sesuai prinsip mereka.

Namun di umur 22 tahun, saat mereka sedang sibuk mengerjakan skripsi, Kanaya hamil diluar kehendak mereka, kehamilan Kanaya cukup membawa perubahan yang luar biasa bagi keduanya. Kanaya yang harus berhenti kuliah selama 1 semester karena tak tahan dengan keadaannya, juga Gavin yang tidak bisa fokus pada pendidikannya karena keadaan finansial serta hubungannya dengan Kanaya yang semakin berjarak. Perbedaan pendapat dan keegoisan keduanya membawa keduanya pada keputusan besar yaitu perceraian.

Tepat setelah Al berumur 1 tahun, Kanaya menggugat cerai suaminya sendiri dan menyerahkan hak asuh anaknya pada Gavin karena ia ingin melanjutkan pendidikannya yang tertunda, bukan hanya itu, penolakan Gavin terhadap kehadiran Al membuat Kanaya geram, ia sengaja membuat Gavin merawat Al agar laki-laki itu tau bagaimana susahnya ia mengandung, melahirkan bahkan merawat anak mereka.

Keegoisan Kanaya berlanjut hingga beberapa bulan, ia membiarkan Gavin merawat Al sendirian hanya dengan bantuan Ghina sang kakak. Tepat setahun setelahnya, Kanaya tidak tahan, ia merindukan sang anak, berniat membawa Al bersamanya namun semua sia-sia. Gavin membawa sang anak entah kemana, keluar dari kota yang mereka tinggali, bahkan beberapa tahun sempat lost contact dengan orang tua dan keluarganya. Gavin hilang di telan bumi selama beberapa tahun.

Sejak saat itu, Kanaya tak berhenti menciba mencari tau kemana Gavin membawa Al, ia melanjutkan kehidupannya dengan penyesalan besar. Harusnya ia tidak menggertak Gavin, harusnya ia tidak bermain-main dengan laki-laki itu, harusnya ia lebih sabar. Penyesalan Kanaya berlanjut hingga 15 tahun lamanya.

"Vin"

"Bisa bersikap profesional bu Kanaya"

"Gak bisa, Al mana? Kenapa dia gak kesini? Ini udah mau malam. Kemarin dia jatuh lututnya luka, kamu tau?"

Tak ada tanggapan, Kanaya mendengus, kebiasaan laki-laki ini tidak hilang, ia sangat suka membuat orang lain emosi.

"Gavin!!"

"Apa?!"

"Al luka!! Kok kamu santai aja?"

"Emang saya harus apa? Dia sudah besar"

Kanaya mendengus, "Besar besar, dia masih 16 tahun, dia masih kecil, masih imut, pipinya masih ada lemak bayinya. Kalau jam segini Al lagi ngapain di rumah kamu?"

Tak ada tanggapan, Kanaya menatap datar pada Gavin yang sibuk menatap foto-foto visum kliennya.

"Gavin"

Tempat PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang