Al menatap kakinya yang masih diperban, ia tidak diizinkan turun dari tempat tidurnya kecuali ke kamar mandi itupun harus dengan kursi roda dan harus dibantu tante Ghina. Sudah 3 hari Al di rumah sakit, dan ia belum melihat Papa nya lagi sejak ia berteriak marah waktu itu. Hanya ada tante Ghina dan tante Naya yang menemaninya di rumah sakit, kadang Nino juga datang bersama tante Ghina, kadang juga Nino datang dengan teman-temannya, Hana, Ryu dan Luna yang baru pindah.
Usut punya usut Nino sudah pindah ke sekolahnya tapi dia sudah tidak tinggal dengan Papa nya, Nino tinggal dengan kakak dan Mama nya di komplek perumahan yang sama dengannya. Mereka baru pindah 2 hari yang lalu, Al melewati banyak hal karena harus diam di rumah sakit, padahal kakinya sudah tidak sakit, dokter juga bilang jahitan kakinya mulai kering, tapi ia masih saja tidak boleh keluar dari rumah sakit.
Al bosan, ia juga merindukan Papa, baru 3 hari mereka tidak bertemu, mungkinkah Papa masih marah padanya? Harusnya ia tidak mengungkit soal Mama lagi dihadapan Papa, itu mungkin saja menyakiti hati Papa. Tapi Al benar-benar ingin bertemu Mama, ia hanya ingin dipeluk sekali saja, hanya sekali.
"Al"
"Eh, tante, sejak kapan tante datang"
"Baru aja, kamu sih melamun terus"
"Tante, Papa lagi sibuk ya?"
Kanaya terdiam, Gavin memang sedang sibuk mengurus kasus Nino yang akan segera selesai.
"Sibuk ya"
Tak ingin anak nya merasa sedih, dengan cepat Kanaya membuka tas yang baru ia bawa dari rumahnya, ia mengeluarkan beberapa kotak makan.
"Tadi tante masak makanan kesukaan kamu, kata dokter kamu boleh makan masakan rumah sekarang, gak harus makanan rumah sakit"
"Makasih tante, Al banyak ngerepotin tante, maaf ya"
"Kok minta maaf"
"Papa benar tante, Al selalu merepotkan banyak orang terutama Papa, kayaknya kalau Al gak lahir Papa pasti akan lebih bahagia, gak harus repot ngurusin Al"
"Al, jangan ngomong gitu nak"
"Papa gak menginginkan Al tante, Al dengar tante Ghina ngomong sama Papa. Harusnya emang Al gak lahir biar Papa sama Mama terus samaan. Kalau Al menghilang sekarang apa bisa buat Papa sama Mama Al baikan lagi?"
"Alvaero, kamu ngomong apa nak, ya allah, gak boleh ngomog gitu nak, kamu mau kemana? Papa kamu sayang sama kamu, gak mungkin dia bahagia kalau kamu gak ada apalagi mama kamu. Jangan mikir yang macam-macam ya"
"Papa gak sayang sama Al, Papa cuma menjalankan kewajiban jadi seorang ayah, mungkin aja supaya nenek sama tante Ghina gak ngomel. Papa...kayaknya lebih senang kalau Ak gak ada"
"Al, jangan mikir gitu dong. Dengerin tante"
Alvaero menatap Kanaya lamat, tangannya di genggam oleh Kanaya erat.
"Setiap orang tua punya cara berbeda dalam menyampaikan rasa sayang mereka nak, kadang ada yang kita langsung tau dan mengerti kadang juga ada yang tersirat dan tidak kita mengerti. Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya"
Al terdiam, ia menatap tangannya yang baru saja diberi plaster karena infusnya dilepas, "Tapi Papa gak peduli sama Al tante, buktinya Papa gak pernah kesini lagi"
Kanaya menghela napas pelan, ia tidak bisa memaksa Al untuk tidak berpikir buruk karena sikap Gavinlah yang membuat anak itu memiliki pemikiran seperti itu.
Baik Al maupun Gavin, keduanya belum bisa memahami satu sama lain, Al yang ingin diberi perhatian secara terang-terangana harus berhadapan dengan Gavin yang cuek, canggung dan sulit mengungkapkan isi hatinya.
***
Dering ponsel berkali-kali terdengar, Gavin yang awalnya melamun terdistrak, dengan gerakan cepat ia mengambil ponselnya lalu menjawab panggilan anonim yang ternyata sudah 10 kali menelepon. Karena penasaran, Gavin mengangkatnya.
Alvaero Nathaniel Gavindra, anak kucing kecil yang manis dan patuh, ayo bersenang-senang sedikit sebelum semua selesai besok
Gavin terkejut saat mendengar nama anaknya disebut, dengan cepat ia mengakhiri telepon lalu melihat beberapa pesan masuk, foto Al yang sedang berada di rumah sakit terpampang nyata, bagaimana mungkin mereka bisa masuk ke kamar anaknya.
Secepat kilat, Gavin bergegas menuju ke rumah sakit, ia berlari tergesa-gesa bahkan tak menghiraukan panggilan Rendi yang bertanya ada apa.
Sesaat setelah sampai di rumah sakit, Gavin memasuki ruang rawat Al, akhirnya ia bisa bernafas tenang saat melihat Al tertidur pulas dengan Kanaya yang berada di sisinya.
"Gavin, kamu kenapa?" Tanya Kanaya pasalnya, Gavin ngos-ngosan saat sampai, bahkan ia berlarian masuk tadi.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Gavin mendekati bed Al, ia mengecek suhu di dahi sang anak, lalu mengecek tangan Al yang sudah tidak diinfus dan beberapa bagian tubuh Al yang lain.
"Dia udah baik sih, tadi abis minum obat makanya tidurnya pulas banget, cuma dari kemarin nyariin kamu terus. Kamu kemana aja katanya udah 3 hari gak datang liatin dia"
Gavin terdiam, ia masih menatap wajah sang anak yang tertidur pulas karena efek obat itu. Ia memperbaiki rambut Al yang berantak, "Aku selalu datang" gumam Gavin, ia jujur, ia memang selalu datang, setiap pagi sebelum Al bangun, lalu siang saat anak itu sudah tidur siang, dan malam saat Al sudah terlelap. Gavin sengaja datang saat Al tidur, ia tidak mau mengganggu istirahat Al dan berakhir membuat anak itu marah karena terus mencari ibunya.
"Vin, Al gak baik-baik saja, dia merasa gak kamu sayang, kenapa kamu harus selalu menyembunyikan perhatianmu. Dia tau soal kita di masa lalu, dia denger kamu ngomong sama mbak Ghina katanya"
Gavin menghela napas pelan, "Aku gak mau dia jadi manja, aku juga gak bisa menjadi Papa yang seperti dia mau, aku tidak bisa seterbuka Rendi ke Ryu atau sesantai Hesa ke Hana dan aku gak mau memanjakan Al seperti Nathan ke Luna. Dia tidak sama seperti teman-temannya yang lain, dia tidak punya kamu disisinya, hanya ada aku yang penuh kekurangan. Aku mencoba membuatnya bergantung pada dirinya sendiri, dibanding harus bergantung padaku atau pada kamu"
"Tapi coba sedikit saja perlihatkan afeksimu ke Al Gavin, dia cuma minta kamu sayang, sedikit saja"
"Aku coba, nanti, setelah kasus ini berakhir"
"Maksudmu?"
"Aku mungkin akan nyakitin dia setelah ini, cuma sebentar, nanti setelah semua ini berakhir, aku akan lakukan semua yang kamu katakan. Nanti"
Kanaya mengerutkan keningnya, ia tak mengerti apa yang diucapkan Gavin, namun ia menangkap maksud laki-laki itu kalau dia ingin menyakiti Al lagi setelah ini? Apa yang akan dia lakukan lagi?
"Vin, kamu mau apain Al?"
"Untuk sementara, Al akan ku buang, sama seperti kamu dulu"
"Kamu gila!!!"
"Gak ada pilihan lain Nay"
Gavin mengelus kepala Al lalu mencium kepala anaknya, "Maaf" gumam Gavin
To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Pulang
FanfictionAlvaero Nathaniel Gavindra selalu berusaha menjadi anak baik untuk sang ayah, tak pernah membuat masalah, selalu berusaha menjadi yang terbaik di sekolah, patuh dan tak banyak tigkah. Selama 16 tahun hidup berdua dengan ayah, Al tidak pernah menunt...