Janji

611 87 0
                                    









________________

Suasana pagi di rumah selalu dilingkupi keheningan, Al sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Ia yang sibuk menghabiskan sarapannya dan Papa yang sibuk dengan kertas-kertas kasus yang sampai dibawa ke meja makan. Ingin protes tapi Al tak punya keberanian sebesar itu.

"Pa, Al berangkat dulu"

"Tunggu"

Al menatap pada Papa yang duduk di depannya, laki-laki berumur itu sedang membereskan kertas-kertasnya.

"Mulai hari ini kamu tidak boleh ke kantor Papa lagi"

"Kenapa?" Tanya Al dengan kening berkerut

"Tidak usah banyak bertanya"

Sikap Papa nya yang seperti ini selalu membuat Al frustasi, ia tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang semua tingkah Papa yang membuatnya sakit hati dan merasa tak berguna.

"Papa gak pernah angkat telepon Al, balas chat dari Al juga gak pernah, gimana caranya Al tau kabar Papa kalau gak ke kantor? Atau...gimana Papa tau kabar Al kalau Al gak ke kantor Papa"

"Kamu bukan anak kecil Al, dan Papa bisa menjaga diri, kita cukup bertemu di rumah"

Al menatap sang ayah dengan tatapan marah, bagaimana ia tidak marah, di rumah mereka hanya bertemu pagi saat sarapan dan malam saat akan tidur, itupun jarang, Papa tidak akan repot-repot mencari nya ke kamar, hanya Al yang biasanya mencari keberadaan Papa saat malam hari. Lalu kapan mereka bisa bertemu? Ia juga ingin menghabiskan waktu dengan Papa walaupun waktu yang ia maksud hanya sebatas percakapan sekata-dua kata yang lebih banyak keluar dari mulut Al.

"Papa sebenarnya kenapa sih, Al cuma mau ketemu Papa di kantor"

"Kamu mengganggu, tidak tau aturan dan selalu berbuat semaumu di kantor Papa, jadi diam saja di rumah"

Sakit, rasanya menyakitkan mendengar hal seperti itu terucap dari mulut orang tua sendiri

"Aku cuma diam di ruangan Papa, itu mengganggu Pa? Kehadiran ku mengganggu Papa?"

"Iya"

Al tersenyum miris, "Papa se-enggak suka itu sama Al?"

"Jangan mulai berdrama Al"

"Berdrama? Papa yang harusnya ngomong gitu ke diri Papa sendiri, kenapa ada Papa yang sebenci itu sama anaknya---" ujar Al, belum selesai ia berbicara namun Papa sudah lebih dulu meninggalkannya di meja makan.

Lagi-lagi, Al tidak bisa menyuarakan isi hatinya dan lagi-lagi, Papa membuat hari nya menjadi buruk. Harus seperti apa Al meminta pada Papa agar mau sedikit saja memberinya perhatian dan kasih sayang. Ia tidak ingin muluk-muluk, hanya ingin Papa bisa bicara lebih lama dengannya, membicarakan hari-hari mereka, menanyakan keadaan satu sama lain juga bercanda ria seperti ayah dan anak-anak lain.

Perdebatan kecil dengan Papa ternyata cukup membuat Al tidak fokus di sekolah, beberapa kali ia ditegur oleh guru selama belajar, bahkan kini ia terjatuh karena tak memperhatikan jalan yang ia lalui.

"Lo kenapa sih Al? Ada masalah?,  perasaan dari tadi murung mulu, terus gak fokus"

Al menggelengkan kepalanya, ia menatap Hana yang sibuk memberi betadine di kakinya, perih memang tapi tapi tak bisa mengalahkan sakit di hatinya yang sejak pagi sudah ditorehkan Papa.

Tempat PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang