Suasana pagi ini terasa sangat baru bagi Gavin, sejak Al berjalan dengan wajah bantal sambil menguap hingga punggung Kanaya yang sibuk di dapur, semua berubah. Ia merasa seperti sedang melakoni sebuah drama bersama sang mantan istri di depan Alvaero anaknya. Seakan mereka adalah keluarga bahagia, Gavin harus menikmati perannya yang nyatanya meninggalkan luka.
Dalam benaknya ia terus menyalahkan diri, mengapa baru sekarang ia memberikan semua ini pada Al, mengapa saat anak itu tidak mengingat apapun bahagia baru bisa diberikan. Penyesalan besar menganga di dalam hati Gavin, meninggalkan rasa sakit tak bertepi. Ia rindu sang anak, ia rindu Al yang dulu dan segala hal yang mereka lalui berdua. Gavin menyesal.
"Papa"
"Hah? Apa?"
"Vin, are you oke? Kamu melamun dari tadi?"
Gavin menggelengkan kepalanya menanggapi Kanaya yang terlihat khawatir. Gavin lalu menatap Al bertanya apa yang anak itu inginkan, mereka memang tengah makan di meja makan, dan Gavin belum juga menyentuh makanannya.
"Semalam, kok Mama tidurnya di kamar tamu?" Tanya Al tiba-tiba, topik yang dibahas anak itu sangat random
Kanaya dan Gavin pun sontak menganga, tak tau harus menjawab bagaimana.
"Kalian lagi berantem?"
Kembali mendapat pertanyaan dari sang anak membuat Kanaya sigap, ia tersenyum, "Gak sayang, semalam Papa kamu jahilin mama, jadi mama kesel, ngambek deh ke kamar tamu, tapi malamnya mama balik kok ke kamar sama Papa. Ya kan Vin?"
"Hah? Oh, ya"
Gavin mencoba meyakinkan Al walau ia sendiripun bingung, skenario yang dibuat Kanaya benar-benar diluar dugaan.
"Oh gitu. Ma, Al udah boleh sekolah kan?"
"Eh, gak boleh dulu ya sayang, kamu masih belum bener-bener diperbolehkan beraktivitas di luar rumah sama dokter"
"Yah, Al bosen di rumah terus Ma"
"Dengerin kata dokter Al, Papa gak mau kamu tiba-tiba sakit kepala di sekolah. Nurut ya?"
Al merenggut, anak itu benar-benar memanyunkan bibirnya dengan wajah ditekuk.
"Mau ke kantor Papa?" Tawar Gavin yang membuat mata Al berbinar, wajah ditekuknya tiba-tiba menghilang, tergantikan oleh wajah antusias.
"Mau, boleh kan Ma?"
Kanaya menggelengkan kepalanya, Al benar-benar keras kepala, "Yaudah boleh, tapi main di ruangan Papa kamu aja ya, jangan kemana-mana"
"Siap boss" ujar Al lalu mulai menyantap sarapannya dengan semangat. Gavin dan Kanaya hanya saling menatap, keduanya mengisyaratkan bahwa sepertinya mereka harus mengatur semua hal di rumah agar hubungan mereka terlihat alami di depan Al.
***
Gavin tak bisa fokus saat bekerja karena Al yang terus mondar mandir mengelilingi ruangannya, kalau saja anak itu berjalan keliling sambil diam mungkin ia tidak akan kehilangan gokus, masalah, Al begitu cerewet menanyakan ini itu yang membuat Gavin tidak bisa berkonsentrasi.
"Al"
"Wahh Pa, Al mau ini ya?"
Gavin menggelengkan kepalanya, kini anak itu tengah menjelajahi kulkas mini di ruangannya. Berkali-kali anak itu takjub pada isi kulkas mininya yang kebanyakan snack, Gavin sejak lama memang suka meletakkan snack-snack di dalam sana karena Al sering berkunjung namun dulu ia berkata kalau snack itu untuk tamu nya padahal ia selalu mengisi snack untuk anak itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Pulang
FanfictionAlvaero Nathaniel Gavindra selalu berusaha menjadi anak baik untuk sang ayah, tak pernah membuat masalah, selalu berusaha menjadi yang terbaik di sekolah, patuh dan tak banyak tigkah. Selama 16 tahun hidup berdua dengan ayah, Al tidak pernah menunt...