"Memangnya kapan aku pernah penting buat Papa?"
- Alvaero -
_______________
Pagi hari bagi seorang remaja tanggung seperti Alvaero adalah waktu krusial dimana ia harus bisa mengatur segala sesuatu dalam waktu yang sangat singkat. Ia tidak pernah mengeluhkan apapun selama ia hidup kecuali hari Senin. Hari yang sangat menyebalkan bagi Al, ia selalu saja seperti anak ayam bingung yang tak tau harus melakukan apa, padahal ia sudah mempersiapkan segala hal di malam hari tapi kenapa ia masih saja bisa telat. Ditambah tatapan datar sang ayah terus menghunus sejak ia berlari keluar masuk kamarnya mencari kaos kaki, yang demi tuhan Al sudah menyiapkannya semalam.
"Al sarapannya"
"Nggak keburu Pa, Al ke sekolah dulu ya, Assalamualaikum!!!"
Dengan kecepatan penuh, Al mengayuh sepedanya menuju ke sekolah, jarak sekolah dengan komplek perumahannya tidak terlalu jauh, 10 menit dengan sepeda bisa ia tempuh jika bersantai tapi kalau sedang gupuh seperti sekarang Al bisa sampai dalam 5 menit ke sekolah.
Tin tin
"Al, mau ikut Om nggak?"
"Hah? Eh nggak usah om, udah dekat"
Al kembali mengayuh sepeda dengan kecepatan penuh setelah menyahuti orang yang menyapanya dari dalam mobil, Om Mahendra teman Papa nya.
Tak lama Al sampai di sekolah tepat semenit sebelum gerbang di tutup.
"Al!!"
Setelah memarkirkan sepedanya, Al menatap ke arah sumber suara, disana sudah ada Ryu yang menunggunya.
"Hampir aja lo telat, tu pak Dadang udah mau nutup pintu, mana mukanya jutek banget"
"Gue gupuh terus kalau hari senin, heran dah, padahal udah siap-siap dari semalam"
Kedua pemuda berumur 16 tahun itu berjalan bersama memasuki sekolah sambil berbincang, membicarakan pagi Senin yang masih saja menjadi pagi terburuk sepanjang hidup mereka menjadi siswa.
"Gue juga, Mami selalu mengomel setiap pagi Senin, gue sama Papi jadi sasaran" keluh Ryu yang terdengar agak membuat iri.
"Gue nggak diomelin, malah dipelototin sama pak Gavin, serem"
Keduanya tertawa, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Pagi senin yang sangat krusial akhirnya berangsur terlewati.
***
Ruangan kerja seorang pengacara tidak akan pernah bisa rapi seperti di drama-drama, banyak sekali berkas-berkas menumpuk di sudut ruangan, meja kerjanya pun dipenuhi keras dan alat-alat tulis berbagai macam yang selalu Gavin gunakan untuk mengerjakan beberapa kasus. Firma hukum yang ia bangun bersama sahabat-sahabatnya kini telah berkembang pesat, sehingga banyak kasus-kasus besar ia mereka tangani. Tak ayal kadang membuat Gavin tidak pulang dan tidak punya waktu untuk menjalani hidupnya sendiri.
Suara ponselnya beberapa kali terdengar, Gavin sudah hafal waktu ponselnya itu akan berdering, selalu seperti itu sejak Al putra semata wayangnya ia beri izin memegang ponsel sendiri. Anak itu pasti mengiriminya banyak sekali pesan seperti biasa, entah untuk menanyakan kabar nya ataupun sekedar bertanya kapan ia pulang padahal Al sudah tau jam pulang nya.
Namun Gavin, bak seseorang berhati dingin, tak pernah sekalipun ia membalas pesan sang anak, tak pula mencoba mengerti akan arti semua tindakan Alvaero, Gavin terlalu buta akan cara mendidik anak, ia hanya menjalani hidup bersama Alvaero sebagaimana mestinya seorang anak dan ayah. Memberinya nafkah, menyekolahkannya, menyiapkan sarapan, makan malam, juga menjadi wali Al di sekolah. Hanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Pulang
FanficAlvaero Nathaniel Gavindra selalu berusaha menjadi anak baik untuk sang ayah, tak pernah membuat masalah, selalu berusaha menjadi yang terbaik di sekolah, patuh dan tak banyak tigkah. Selama 16 tahun hidup berdua dengan ayah, Al tidak pernah menunt...