1. Rumah, tetapi bukan rumah.

15 4 0
                                    

Flashback - Kisah hidup seorang Sisilia Rona Renjana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback - Kisah hidup seorang
Sisilia Rona Renjana.

(Part yang di tulis miring adalah
POV dari diary Sisilia)

-----

20 Juli 2018


Pada pertengahan tahun 2018 ini, seorang gadis baru saja keluar dari rumahnya sambil bersenandung. Dia terlihat begitu bersemangat untuk menjalani kehidupan sebagai seorang siswi SMA. Berbeda dari kebanyakan siswa atau siswi di sekitarnya yang menaiki sepeda atau transportasi lainnya, gadis dengan rambut panjang itu memilih berjalan kaki menuju sekolah.

Senyum sumringah yang ada di wajahnya itu sama sekali tidak luntur sepanjang perjalanan. Bahkan dia menyapa setiap tanaman yang dilewati seolah-olah hal itu sudah menjadi kebiasaan. Entah apa yang membuatnya begitu bersemangat. Mungkin karena ini hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang.

"Sisilia Rona Renjana." Suara berat yang memanggil namanya membuat gadis itu sontak menghentikan langkah dan mengalihkan pandangan untuk melihat sang pemilik suara.

Terlihat seorang pemuda dengan seragam yang sama dengannya sedang bersandar di tembok yang ada di ujung gang. Laki-laki tinggi itu mengangkat satu tangannya. Menyapa gadis bernama Sisilia yang akrab dipanggil Sisi itu.

"Lama sekali kau ini," gerutu laki-laki itu.

"Aku kan tidak menyuruhmu untuk menungguku."

Mereka berdua terlihat cukup akrab karena laki-laki itu berjalan dengan merangkul pundak gadis di sebelahnya.

"Kau tumben sekali mau berjalan kaki." Entah apa yang merasuki laki-laki manja ini hingga tiba-tiba saja dia menawarkan diri untuk berangkat ke sekolah bersama dengan berjalan kaki.

"Hanya penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang Sisilia yang selalu memilih berjalan kaki daripada naik angkutan umum. Dan kurasa ini tidak buruk," ungkapnya.

"Awas saja jika nanti kau mengeluh dan menyalahkanku karena kakimu sakit setelah berjalan kaki ke sekolah." Gadis itu memberinya peringatan.

Laki-laki tinggi itu hanya menunjukkan raut wajah menyebalkannya sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Pagi ini, seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Kembali melakukan rutinitas menuntut ilmu serta bisa dibilang ini juga kesempatan bagiku untuk menikmati suasana di luar rumah. Jujur saja aku selalu merasa bersemangat setiap kali pergi ke sekolah. Mungkin karena di sana aku bisa merasa begitu bahagia. Tertawa lepas tanpa takut kesepian.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, akhirnya kita sampai di sekolah. Dan sesuai dugaan, si anak manja ini terlihat ingin sekali mengeluh. Tetapi dia menahannya karena mungkin tidak mau melihat Sisi memarahinya.

Semesta dan Sisinya [On Going - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang